Kadar Air Asam Sunti

pengeringan pada suhu tinggi menjadi penyebab rendahnya rendemen yang dihasilkan. Pada buah yang belum matang rendemen produk yang dihasilkan lebih banyak, ini kemungkinan disebabkan karena pada buah yang belum matang terdapat kandungan air terikat yang sulit untuk diuapkan sehingga menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang matang. Semakin matang buah dan tingginya suhu pengeringan maka rendemen produk yang dihasilkan akan semakin sedikit, ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Tranggono 1989 bahwa kehilangan air dan susut berat akan lebih cepat pada buah yang besar daripada buah yang kecil, hal ini sesuai dengan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan bahwa ukuran buah yang belum matang lebih kecil dibandingkan dengan buah yang telah matang.

4.2.1.2. Kadar Air Asam Sunti

Air dalam bahan pangan merupakan komponen terpenting karena kandungan air dalam bahan ikut menentukan cita rasa, tekstur, serta kenampakan makanan. Air merupakan tempat utama perkembangan mikroba pada bahan pangan dan penyebab utama berbagai kerusakan bahan pangan. Salah satu kunci pengawetan bahan pangan adalah dengan mengurangi kadar air atau mengubah karakteristik dari air tersebut dengan proses pengeringan. Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapatkan penanganan yang tepat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh rataan kadar air asam sunti berkisar antara 71.02-74.97, sedangkan kadar air asam sunti kontrol adalah 71.99. Nilai kadar air tersebut hasil dari pengeringan mekanis belimbing wuluh dengan menggunakan suhu dan waktu pengeringan seperti yang telah ditetapkan pada penelitian pendahuluan. Kadar air akhir yang dihasilkan tidak selalu sama dengan kadar air yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan walaupun dengan suhu dan lama waktu pengeringan yang sama. Kisaran nilai kadar air hasil pengeringan pendahuluan 72.28-73.93 sedangkan hasil dari penelitian utama adalah 71.02-74.97. Besarnya perbedaan terbut masih dalam range kadar asam sunti yang ada di pasar sebagai kontrol. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya tingkat kecepatan pengeringan produk yang tidak sama pada saat proses berlangsung. Faktor yang diduga mempengaruhi laju perubahan kadar air pada produk asam sunti antara lain sifat bahan dan ukuran bahan yang dikeringkan. Jika beberapa bahan pangan dengan ukuran dan bentuk yang sama dikeringkan pada kondisi yang sama, maka bahan tersebut akan kehilangan air dengan kecepatan yang sama pula Wirakartakusumah, 1992. Keseragaman ukuran belimbing wuluh yang digunakan pada penelitian pendahuluan dengan penelitian utama menjadi kendala dalam penelitian ini. Masa produksi pohon belimbing yang sangat singkat menyebabkan buah yang digunakan tidak selalu berasal dari pohon yang sama dimana ukuran buah dapat berbeda dengan tingkat kematangan yang sama. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 4, terlihat bahwa perlakuan tingkat kematangan buah belimbing wuluh dan suhu pengeringan berpengaruh nyata P0.05 terhadap kadar air asam sunti yang dihasilkan. Untuk mengetahui pengaruh tersebut, hasil analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil uji memperlihatkan bahwa tingkat kematangan belimbing wuluh yang memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air akhir hasil pengeringan adalah antara belimbing wuluh belum matang dan matang penuh, sementara untuk belimbing wuluh setengah matang tidak berbeda bila dibandingkan dengan yang belum matang dan juga tidak berbeda bila dibandingkan dengan yang matang penuh. Kadar air asam sunti terendah terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh matang penuh dan kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh yang belum matang. Suhu pengeringan juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air asam sunti yang dihasilkan. Suhu pengeringan 80°C terlihat tidak berbeda nyata dengan suhu pengeringan 50°C dan 65°C, akan tetapi terlihat adanya perbedaan yang nyata antara suhu pengeringan 50°C dan 65°C Lampiran 5. Adapun interaksi antara perlakuan tingkat kematangan belimbing wuluh dan suhu pengeringan tidak memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata P0.05 terhadap kadar air asam sunti yang dihasilkan, sehingga tidak dilakukan uji lanjut Duncan. Gambar 8. Perbandingan kadar air asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai kadar air terendah terdapat pada produk asam sunti dengan tingkat kematangan penuh buah belimbing wuluh pada suhu pengeringan 65°C selama 5 jam dan kadar air tertinggi diperoleh pada buah belimbing wuluh yang belum matang dengan suhu pengeringan 50°C selama 9 jam Gambar 8. Tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan sangat menentukan nilai kadar air suatu produk yang dihasilkan. Semakin matang buah yang dikeringkan maka kadar airnya akan semakin berkurang karena didalam buah yang matang banyak terkandung air bebas yang tidak sulit untuk diuapkan dalam proses pengeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syarief dan Halid 1993, bahwa tinggi rendahnya kadar air suatu bahan sangat ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan. Air bebas menunjukkan sifat- sifat air dengan keaktifan penuh, sedangkan air terikat menunjukkan air yang terikat erat dengan komponen bahan pangan lainnya. Air terikat membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguapkannya daripada air bebas yang membutuhkan suhu yang relatif rendah untuk menguapkannya, sehingga bahan yang memiliki air terikat lebih banyak cenderung memiliki kadar air lebih tinggi. Air yang dibutuhkan untuk terjadinya berbagai reaksi di dalam bahan pangan serta tumbuhnya mikroba adalah air bebas. Air yang terikat kuat secara kimia sulit digunakan oleh mikroba untuk hidupnya. Gaman dan Sherrington 1992, menyatakan bahwa hal yang paling penting dalam proses pengeringan adalah suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi, karena akan menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada bahan pangan. Jika suhu yang digunakan terlalu tinggi akan menyebabkan case 10 20 30 40 50 60 70 80 50 C 65 C 80 C K ad ar A ir Suhu Pengeringan C Belum Matang Setengah Matang Matang hardening yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan akan menjadi keriput dan keras, sedangkan air terperangkap di dalamnya. Air ini tidak bisa menerobos bahan dengan proses difusi secara normal. Jika suhu terlalu rendah pengeringan akan berlangsung lama. Sementara jika suhu terlalu tinggi tekstur bahan akan kurang baik. Semakin tinggi suhu pengeringan, maka proses pengeringan akan semakin cepat. Rata-rata waktu pengeringan buah dari tiga tingkat kematangan berturut-turut untuk suhu 50°C adalah 9, 8 dan 7 jam, suhu 65°C adalah 7, 6 dan 5 jam, sedangkan untuk suhu 80°C adalah 5, 4 dan 3 jam.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suhu pengeringan, maka laju pengeringan akan semakin tinggi dan waktu pengeringan akan semakin singkat. Adapun nilai kadar air asam sunti yang mendekati kadar air asam sunti kontrol yaitu pada perlakuan buah belimbing wuluh setengah matang pada suhu pengeringan 65°C dengan kadar air akhir pengeringan sebesar 71.12, dan buah belimbing matang pada suhu pengeringan 65°C dan 80°C dengan nilai kadar air masing-masing adalah 71.02 dan 71.69.

4.2.1.3. pH Asam Sunti