yang membantu menjaga semua komponen dalam urine dalam bentuk larutan untuk mencegah pembentukan kristal. Tetapi batu ginjal akan terbentuk ketika
bahan kimia dalam urine tidak seimbang dengan komponen kemih lainnya, seperti kalsium dan oksalat. Hal ini dapat disebabkan karena asupan berlebihan dari
makanan kaya oksalat. Oleh karena itu asupan makanan dengan oksalat tinggi harus dihindari. Kadar asam oksalat yang tinggi akan berbahaya bagi kesehatan
bila dikonsumsi secara terus menerus.
4.2.2.6. Daya Kelarutan Bubuk Asam Sunti
Kelarutan merupakan suatu kemampuan bahan untuk larut dalam air. Kelarutan produk diukur untuk mengetahui daya kelarutannya didalam pelarut
air. Daya larut bahan semakin tinggi dengan meningkatnya nilai kelarutan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai kelarutan bubuk asam sunti dari
asam sunti hasil penelitian memiliki kisaran 88.60-96.47 dan nilai kelarutan bubuk asam sunti lokal berkisar antara 73.23-84.99. Dari data yang diperoleh
terlihat bahwa bubuk asam sunti dari asam sunti hasil penelitian memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bubuk asam sunti lokal. Hal ini
diduga karena kelarutan dipengaruhi oleh kadar air bubuk yang dihasilkan. Bila kadar air bubuk rendah akan membuat bubuk mudah larut Goula dan
Adamopoulos, 2005, sehingga ditandai dengan tingginya nilai kelarutan. Hasil analisis sidik ragam bubuk asam sunti dari pengering kabinet
pada Lampiran 51. menunjukkan bahwa penggunaan dekstrin dan suhu pengeringan spray dryer memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap
kelarutan bubuk asam sunti yang dihasilkan. Penggunaan dekstrin 50 menghasilkan kelarutan yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan dekstrin 30,
akan tetapi tidak berbeda nyata dengan dekstrin 40. Sedangkan dekstrin 30 menghasilkan kelarutan terendah yang berbeda nyata dengan dekstrin 40 dan
50. Perlakuan suhu pengeringan 170°C memberikan perbedaan yang tidak nyata terhadap suhu pengeringan 160°C dan 180°C. Kelarutan tertinggi diperoleh pada
penggunaan suhu pengeringan 180°C dan terendah pada suhu pengeringan 160°C yang memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata antara keduanya Lampiran
52. Sedangkan interaksi antara konsentrasi dekstrin dan suhu pengeringan spray
dryer tidak mempengaruhi daya kelarutan bubuk asam sunti dari pengering kabinet.
Gambar 37. Perbandingan daya kelarutan bubuk dari asam sunti hasil penelitian berdasarkan konsentrasi dekstrin dan suhu pengeringan
Hasil analisis sidik ragam Lampiran 53 dan uji lanjut Duncan Lampiran 54, menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi dekstrin
memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap nilai kelarutan bubuk asam sunti lokal. Semakin tinggi konsentrasi dekstrin yang ditambahkan, maka nilai
kelarutan bubuk akan semakin meningkat. Penambahan dekstrin sebesar 30 berbeda nyata dengan konsentrasi dekstrin 50 dan 40, namun penambahan
dekstrin 50 tidak berbeda nyata dengan penambahan dekstrin 40 tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi dekstrin 30. Sedangkan penggunaan suhu
pengeringan dan interaksi antara kedua pelakuan tidak memperlihatkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap nilai kelarutan bubuk yang dihasilkan.
Gambar 38. Perbandingan daya kelarutan bubuk asam sunti lokal berdasarkan konsentrasi dekstrin dan suhu pengeringan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
160 C 170 C
180 C
D ay
a K
e lar
u tan
Suhu Pengeringan C
Dekstrin 30 Dekstrin 40
Dekstrin 50 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
160 C 170 C
180 C
D ay
a K
e lar
u tan
Suhu Pengeringan C
Dekstrin 30 Dekstrin 40
Dekstrin 50
Dari Gambar 37 di atas, terlihat nilai kelarutan tertinggi terdapat pada penggunaan dekstrin 50 dengan suhu pengeringan180°C dan terendah pada
penggunaan dekstrin 30 dengan suhu pengeringan 160°C. Pada Gambar 38. juga terlihat bahwa konsentrasi dekstrin 50 dengan suhu pengering 180°C
meningkatkan daya kelarutan bubuk, sedangkan dekstrin 30 pada suhu pengeringan 160°C menghasilkan kelarutan bubuk yang rendah. Bubuk asam
sunti dari asam sunti hasil penelitian dan bubuk asam sunti lokal pada perlakuan yang sama menghasilkan tingkat kelarutan yang sama pula, hanya nilai
kelarutannya yang berbeda. Menurut Khotimah 2006, kelarutan berhubungan dengan kadar air
bahan, dimana semakin tinggi kadar air kelarutan cenderung semakin kecil, karena jika kadar air tinggi terbentuk gumpalan
–gumpalan sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk memecah ikatan antar partikel dan kemampuan produk
untuk larut menurun, sebagai akibat total padatan yang tersaring pada kertas saring meningkat. Kelarutan juga berhubungan dengan konsentrasi dekstrin yang
digunakan, semakin tinggi konsentrasi dekstrin yang ditambahkan maka nilai kelarutan produk akan semakin tinggi pula. Hal ini diduga karena sifat dekstrin
yang sangat mudah larut dalam air dingin maupun dalam air panas sehingga daya larut produk semakin tinggi.
Menurut Goula dan Adamopoulos 2005, kelarutan juga ditunjukkan dengan peningkatan suhu inlet. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh suhu
udara inlet terhadap kadar air. Rendahnya kadar air bubuk membuat bubuk mudah larut. Peningkatan suhu udara pengering pada umumnya menghasilkan
peningkatan ukuran partikel dan penurunan waktu terlarutnya bubuk. Semakin besar partikel maka sulit untuk larut. Waktu yang dibutuhkan untuk terlarutnya
bubuk seiring dengan peningkatan laju aliran udara yang termampatkan, ukuran partikel akan mempengaruhi laju kelarutan. Bila ukuran partikel besar maka akan
mengendap, dimana partikel yang kecil akan mengapung di atas air sehingga partikel tersebut tidak terbasahi dengan sempurna dan akhirnya terjadi
pengenceran.Rendahnya kadar air dan tingginya kelarutan menghasilkan produk yang lebih baik. Pada penelitian ini suhu pengeringan 180°C merupakan suhu
pengeringan yang optimum untuk menghasilkan produk bubuk asam sunti dengan kelarutan yang tinggi.
4.2.2.7. Uji Organoleptik Bubuk Asam Sunti