hardening  yaitu  suatu  keadaan  dimana  bagian  luar  bahan  akan  menjadi  keriput dan keras, sedangkan air terperangkap di dalamnya. Air ini tidak  bisa menerobos
bahan  dengan  proses  difusi  secara  normal.  Jika  suhu  terlalu  rendah  pengeringan akan  berlangsung  lama.  Sementara  jika  suhu  terlalu  tinggi  tekstur  bahan  akan
kurang baik. Semakin  tinggi  suhu  pengeringan,  maka  proses  pengeringan  akan
semakin  cepat.  Rata-rata  waktu  pengeringan  buah  dari  tiga  tingkat  kematangan berturut-turut untuk suhu 50°C adalah 9, 8 dan 7 jam, suhu 65°C adalah 7, 6 dan 5
jam,  sedangkan  untuk  suhu  80°C  adalah  5,  4  dan  3  jam.Dengan  demikian  dapat disimpulkan  bahwa  makin tinggi suhu pengeringan,  maka  laju pengeringan akan
semakin tinggi dan waktu pengeringan akan semakin singkat. Adapun nilai kadar air asam sunti yang mendekati kadar air asam sunti kontrol yaitu pada perlakuan
buah  belimbing  wuluh  setengah  matang  pada  suhu  pengeringan  65°C  dengan kadar  air    akhir  pengeringan  sebesar  71.12,   dan  buah  belimbing  matang  pada
suhu  pengeringan  65°C  dan  80°C  dengan  nilai  kadar  air  masing-masing  adalah 71.02 dan 71.69.
4.2.1.3. pH Asam Sunti
Derajat  keasaman  atau  pH  digunakan  untuk  menyatakan  tingkat keasaman  atau  kebasaan  yang  dimiliki  oleh  suatu  larutan  atau  produk  pangan.
Dari  hasil  pengamatan  diperoleh  rata-rata  pH  asam  sunti  berkisar  antara  1.53- 1.93. Nilai pH  produk asam sunti hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan nilai
pH produk asam sunti tradisional kontrol yaitu 1.54. Nilai pH terendah terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh yang
belum matang dengan suhu pengeringan 80°C selama 5 jam dan nilai pH tertinggi terdapat  pada  perlakuan  buah  belimbing  wuluh  matang  penuh  dengan  suhu
pengeringan 50°C selama 7 jam dan 65°C selama 5 jam Gambar 9.
Gambar 9.   Perbandingan  pH  asam  sunti  berdasarkan  tingkat  kematangan  buah dan suhu pengeringan
Dari  Grafik  di  atas  terlihat  bahwa  semakin  tinggi  suhu  pengeringan maka  nilai  pH  akan  semakin  rendah.  Penggunaan  suhu  tinggi  pada  pengeringan
mekanis  mengakibatkan  makin  rendahnya  pH  karena  pengeringan  pada  suhu tinggi  dengan  cepat  dapat  menyebabkan  kulit  luar  testa  mengeras  dan  bersifat
tidak  permeabel,  sehingga  asam-asam  organik  yang  terdapat  dalam  bahan  tidak dapat  terbebaskan  secara  sempurna.  Derajat  keasaman  pH  yang  rendah  dapat
memperlambat pertumbuhan  mikroorganisme di  dalam  bahan pangan Yanti dan Rochima, 2009.
Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 6, terlihat bahwa perlakuan tingkat  kematangan  buah  belimbing  wuluh  berpengaruh  nyata  P0.05 terhadap
pH asam sunti yang dihasilkan, sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan. Dengan uji lanjut Duncan diketahui bahwa pH asam sunti dari belimbing wuluh setengah
matang  tidak  berbeda  nyata  dengan  pH  asam  sunti  dari  belimbing  wuluh  belum matang dan matang penuh, tetapi nilai pH asam sunti dari belimbing wuluh belum
matang dan matang penuh berbeda nyata. Nilai pH terendah terdapat pada produk asam  sunti  dari  buah  belimbing  wuluh  yang  belum  matang,  sedangkan  produk
asam  sunti  dari  buah  belimbing  wuluh  matang  penuh  memiliki  nilai  pH  yang paling  tinggi  Lampiran  7.  Suhu  pengeringan  dan  interaksi  antara  perlakuan
tingkat kematangan belimbing wuluh dan suhu pengeringan tidak memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata P0.05 terhadap pH asam sunti yang dihasilkan.
Tingkat  kematangan  belimbing  wuluh  sangat  mempengaruhi  nilai  pH atau tingkat keasaman yang ada didalam buah. Buah belimbing wuluh yang belum
matang memiliki pH lebih rendah dibandingkan dengan buah yang sudah matang.
0.5 1
1.5 2
50 C 65 C
80 C
pH
Suhu Pengeringan  C
Belum Matang Setengah Matang
Matang
Tingkat  keasaman  yang  tinggi  memberikan  nilai  pH  yang  rendah  dapat ditunjukkan  oleh  kadar  asam  total  dari  ketiga  tingkat  kematangan  belimbing
wuluh  yang  digunakan  yaitu  21.87-26.74  untuk  belimbing  wuluh  yang  belum matang,  21.55-26.48  untuk  belimbing  wuluh  setengah  matang  dan  21.26-25.07
untuk  belimbing  wuluh  matang.  Zulkarnain  2010  menyatakan  bahwa  selama proses  pematangan,  kadar  asam  organik  cenderung  menurun  akibat  dikonversi
menjadi gula. Tingkat  keasaman  atau  pH  berkaitan  erat  dengan  konsentrasi  ion
hidrogen  yang  terkandung  pada  suatu  larutan  atau  produk  pangan  yang  diukur. Konsentrasi ion hidrogen dalam makanan merupakan  faktor pengontrol beberapa
reaksi  kimia  dan  mikrobiologi.  Konsentrasi  ion  hidrogen  dipengaruhi  oleh  sifat dan jenis asam, suhu serta adanya zat-zat lain yang mungkin terlarut didalamnya.
Semakin  tinggi  tingkat  keasaman  suatu  bahan  pada  larutan  maka  semakin  besar kecenderungan untuk melepaskan proton ion H
+
sehingga pH menjadi turun. Derajat  keasaman  pH  suatu  bahan  sangat  mempengaruhi  daya
simpannya,  karena  mikroba  dapat  tumbuh  baik  pada  batas  pH  tertentu.  Bakteri paling  baik  tumbuh  pada  pH  netral,  beberapa  suka  suasana  asam,  sedikit  asam
atau basa. Kapang tumbuh pada pH 2-8.5, biasanya lebih suka pada suasana asam. Sedangkan  khamir  tumbuh  pada  pH  4-4.5  dan  tidak  tumbuh  pada  suasana  basa
Susiwi,  2009.  Hayati  2002  menyatakan  bahwa  tidak  ditemukan  total  bakteri, bakteri  asam  laktat,  kapang  dan  khamir  dalam  asam  sunti  hasil  pengeringan
menggunakan  cabinet dryer  yang dilakukan dengan penambahan garam sebelum dilakukan pengeringan, karena pH yang dihasilkan rendah  yaitu 1.73-1.77.
4.2.1.4. Total Asam