Penelitian Pendahuluan Tahap Kedua
pengeringan maupun kadar air akhir produk yang dihasilkan. Buah yang belum matang umumnya membutuhkan waktu pengeringan lebih lama dibandingkan
dengan buah yang sudah matang. Hal ini disebabkan kandungan air pada buah yang belum matang lebih banyak dalam bentuk air terikat, sementara pada buah
yang matang lebih banyak dalam bentuk air bebas. Air bebas lebih cepat untuk diuapkan dari jaringan buah dibandingkan air terikat.
Hasil pengukuran kekerasan buah menunjukkan bahwa buah yang belum matang nilai kekerasannya lebih tinggi dibanding dengan buah setengah
matang dan matang, sementara antara buah setengah matang dan matang perbedaan nilai kekerasannya kecil. Kandungan pektin di dalam buah
mempengaruhi kekerasan tekstur buah tersebut. Selama proses pematangan buah, terjadi perubahan komponen pektin, dari bentuk pektin tidak larut menjadi
larut sehingga tekstur buah menjadi lunak. Kekerasan buah belimbing wuluh diduga akan berpengaruh terhadap tekstur asam sunti yang dihasilkan.
Asam sunti merupakan produk bumbu yang diharapkan rasa asamnya, sehingga kandungan awal total asam dalam buah belimbing wuluh akan
berpengaruh terhadap kandungan atau rasa asam dari asam sunti yang dihasilkan. Berbeda dengan rasa asam yang diharapkan tinggi, maka kandungan asam oksalat
diupayakan untuk serendah mungkin karena sifat asam oksalat yang mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh bila dikonsumsi secara terus-menerus
dalam jangka panjang. Buah yang belum matang muda memiliki total asam dan asam
oksalat yang lebih tinggi daripada buah yang telah matang. Hal ini disebabkan pada buah muda banyak mengandung asam-asam organik dimana selama proses
pematangan buah, kandungan asam organik ini akan menurun. Data total asam dan asam oksalat diperlukan dalam pembuatan asam sunti karena merupakan
salah satu parameter mutu dari asam sunti yang akan dihasilkan.