tingkat kematangan buah belimbing wuluh memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap nilai organoleptik aroma asam sunti yang dihasilkan. Oleh
karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Lampiran 21, yang menunjukkan bahwa nilai penerimaan terendah diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari
buah belimbing wuluh matang penuh dan nilai penerimaan tertinggi diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh setengah matang.
Produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh yang tidak matang memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap asam sunti yang
terbuat dari belimbing wuluh setengah matang dan matang penuh, tetapi asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh dengan tingkat kematangan setengah
matang berbeda nyata dengan asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh matang penuh. Sedangkan perlakuan suhu pengeringan dan interaksi antara kedua
perlakuan tersebut tidak terperlihat adanya pengaruh yang nyata P0.05 terhadap penerimaan panelis pada aroma produk asam sunti yang dihasilkan. Hal
ini menunjukkan bahwa suhu pengeringan dan interaksi kedua perlakuan tersebut tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma produk asam sunti
yang dihasilkan. Hasil uji sidik ragam panelis dari luar Aceh terhadap tingkat kesukaan
aroma produk asam sunti Lampiran 22, menunjukkan bahwa tingkat kematangan belimbing wuluh memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik aroma
asam sunti yang dihasilkan, sehingga dilakukanlah uji lanjut Duncan. Hasil uji Duncan untuk penerimaan panelis dari luar Aceh Lampiran 23, menunjukkan
bahwa skor penerimaan aroma terendah diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh setengah matang yang berbeda nyata dengan
asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh belum matang dan matang penuh, sedangkan skor penerimaan aroma tertinggi diperoleh pada produk asam
sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh belum matang yang tidak berbeda nyata dengan buah belimbing wuluh matang penuh tetapi berbeda nyata dengan
belimbing wuluh setengah matang.
4.2.1.7.4. Penerimaan Sensori Terhadap Tekstur
Penerimaan panelis dari Aceh terhadap tekstur produk asam sunti hasil penelitian berkisar antara 3.8-4.2 mendekati netral sampai netral, sedangkan
nilai panelis untuk produk asam sunti lokal adalah 5.2 agak suka. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa panelis Aceh agak lebih menyukai tekstur produk
asam sunti lokal yang lebih kenyal daripada produk asam sunti hasil penelitian. Rata-rata nilai tertinggi terdapat pada perlakuan tingkat kematangan buah
belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 50°C selama 8 jam dan 80°C selama 5 jam, serta perlakuan tingkat kematangan belimbing wuluh
yang belum matang dengan suhu pengeringan 65°C selama 7 jam. Sedangkan rata-rata nilai terendah terdapat pada perlakuan tingkat kematangan penuh
belimbing wuluh pada suhu pengeringan 65°C selama 5 jam dan tingkat kematangan belimbing wuluh yang belum matang pada suhu pengeringan 80°C
selama 5 jam Gambar 21.
Gambar 21. Perbandingan nilai penerimaan panelis Aceh terhadap tekstur asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan
Nilai penerimaan panelis dari luar Aceh terhadap produk asam sunti hasil penelitian berkisar antara 3.1-4 agak tidak suka sampai netral dan untuk
produk asam sunti lokal adalah 4.2 netral. Panelis dari luar Aceh ternyata kurang menyukai tekstur produk asam sunti baik produk hasil penelitian maupun produk
lokal, sehingga penilaian terhadap tekstur dianggap sama. Rata-rata nilai tertinggi terdapat pada produk asam sunti dengan perlakuan tingkat kematangan buah
belimbing wuluh yang belum matang dengan suhu pengeringan 80°C selama 5 jam dan terendah pada perlakuan tingkat kematangan penuh buah belimbing
wuluh pada suhu pengeringan 50°C selama 7 jam Gambar 22.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
50 C 65 C
80 C N
il ai
Te k
stu r
Suhu Pengeringan C
Belum Matang Setengah Matang
Matang
Gambar 22. Perbandingan nilai penerimaan panelis luar Aceh terhadap tekstur asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu
pengeringan
Dari hasil analisis sidik ragam uji organoleptik panelis Aceh Lampiran 24, terlihat bahwa interaksi antara tingkat kematangan belimbing
wuluh dan suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap organoleptik tekstur asam sunti yang dihasilkan, sedangkan perlakuan tingkat
kematangan buah belimbing wuluh dan suhu pengeringan memperlihatkan pengaruh yang tidak nyataP0.05 terhadap nilai organoleptik tekstur asam sunti
yang dihasilkan. Adapun uji lanjut Duncan dari interaksi perlakuan tingkat kematangan dan suhu pengeringan terhadap penerimaan tekstur panelis Aceh
Lampiran 25, menunjukkan bahwa nilai penerimaan tertinggi terdapat pada produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh setengah matang pada
suhu pengeringan 50°C yang berbeda nyata dengan perlakuan buah belimbing wuluh matang pada suhu pengeringan 50°C dan 65°C, serta tingkat kematang
buah belimbing wuluh yang belum matang dengan suhu pengeringan 80°C, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan penerimaan terhadap
tekstur dengan nilai terendah terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh matang dengan suhu pengeringan 65°C yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan belimbing wuluh yang belum matang pada suhu pengeringan 80°C, buah belimbing wuluh setengah matang pada suhu pengeringan 65°C dan buah
belimbing wuluh matang penuh pada suhu pengeringan 50°C, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil analisis sidik ragam panelis dari luar Aceh Lampiran 26, memperlihatkan bahwa suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata
P0.05 terhadap organoleptik tekstur asam sunti yang dihasilkan, tetapi tingkat
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
50 C 65 C
80 C N
il ai
Te k
stu r
Suhu Pengeringan C
Belum Matang Setengah Matang
Matang
kematangan dan interaksi kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap organoleptik tekstur asam sunti yang dihasilkan. Hasil uji
Duncan untuk penerimaan panelis dari luar Aceh terhadap tekstur produk asam sunti Lampiran 27, menunjukkan bahwa nilai penerimaan tertinggi terdapat pada
produk asam sunti dengan proses pengeringan pada suhu 80°C yang berbeda nyata dengan produk asam sunti pada proses pengeringan suhu 50°C dan 65°C,
sedangkan nilai penerimaan terendah terdapat pada produk asam sunti dengan proses pengeringan pada suhu 65°C yang tidak berbeda nyata dengan produk
asam sunti yang diproses pada suhu pengeringan 50°C.
4.2.1.7.5. Penerimaan Keseluruhan