Penerimaan Sensori Terhadap Aroma

tingkat kematangan belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 50°C selama 8 jam dan terendah pada perlakuan tingkat kematangan penuh buah belimbing dengan suhu pengeringan 65°C selama 5 jam Gambar 18. Gambar 18. Perbandingan nilai penerimaan panelis luar Aceh terhadap warna asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan Dari hasil analisis sidik ragam uji organoleptik warna panelis dari Aceh Lampiran 18 dan panelis dari luar Aceh Lampiran 19, terlihat bahwa perlakuan tingkat kematangan buah belimbing wuluh, suhu pengeringan dan interaksi antara kedua perlakuan tidak memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata P0.05 terhadap nilai organoleptik warna asam sunti yang dihasilkan, sehingga tidak dilakukan uji lanjut Duncan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pengeringan dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma produk asam sunti yang dihasilkan.

4.2.1.7.3. Penerimaan Sensori Terhadap Aroma

Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk makanan yang disukai. Penerimaan panelis dari Aceh terhadap aroma produk asam sunti hasil penelitian berkisar antara 4.2-4.8 netral sampai mendekati agak suka, sedangkan untuk produk asam sunti lokal nilai yang diperoleh dari panelis adalah 5.4 agak suka. Panelis dari Aceh ternyata agak menyukai aroma produk asam sunti lokal, sedangkan aroma beberapa produk asam sunti hasil penelitian adalah sama. Rata-rata nilai aroma produk asam sunti tertinggi terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 50°C selama 8 jam dan nilai aroma produk asam sunti terendah 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 50 C 65 C 80 C N il ai War n a Suhu Pengeringan C Belum Matang Setengah Matang Matang terdapat pada perlakuan buah belimbing wuluh yang sudah matang dengan suhu pengeringan 65°C selama 5 jam dan 80°C selama 3 jam Gambar 19. Gambar 19. Perbandingan nilai penerimaan panelis Aceh terhadap aroma asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan Penerimaan panelis dari luar Aceh terhadap aroma produk asam sunti hasil penelitian berkisar antara 3.7-4.3 mendekati netral sampai netral, sedangkan untuk produk asam sunti lokal nilai yang diperoleh dari panelis adalah 4.3 netral, ini menunjukkan bahwa kepekaan panelis dari luar Aceh terhadap aroma produk asam sunti hasil penelitian dan asam sunti lokal tidak berbeda. Nilai aroma produk asam sunti tertinggi diperoleh dari perlakuan belimbing wuluh yang belum matang dengan suhu pengeringan 80°C selama 5 jam dan nilai produk asam sunti terendah diperoleh dari perlakuan belimbing wuluh setengah matang dengan suhu pengeringan 65°C selama 6 jam Gambar 20. Gambar 20. Perbandingan nilai penerimaan panelis luar Aceh terhadap aroma asam sunti berdasarkan tingkat kematangan buah dan suhu pengeringan Dari hasil analisis sidik ragam uji organoleptik panelis dari Aceh terhadap aroma produk asam sunti Lampiran 20, terlihat bahwa perlakuan 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 50 C 65 C 80 C N il ai A r o m a Suhu Pengeringan C Belum Matang Setengah Matang Matang 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 50 C 65 C 80 C N il ai A r o m a Suhu Pengeringan C Belum Matang Setengah Matang Matang tingkat kematangan buah belimbing wuluh memberikan pengaruh yang nyata P0.05 terhadap nilai organoleptik aroma asam sunti yang dihasilkan. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Lampiran 21, yang menunjukkan bahwa nilai penerimaan terendah diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh matang penuh dan nilai penerimaan tertinggi diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh setengah matang. Produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh yang tidak matang memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh setengah matang dan matang penuh, tetapi asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh dengan tingkat kematangan setengah matang berbeda nyata dengan asam sunti yang terbuat dari belimbing wuluh matang penuh. Sedangkan perlakuan suhu pengeringan dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak terperlihat adanya pengaruh yang nyata P0.05 terhadap penerimaan panelis pada aroma produk asam sunti yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pengeringan dan interaksi kedua perlakuan tersebut tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma produk asam sunti yang dihasilkan. Hasil uji sidik ragam panelis dari luar Aceh terhadap tingkat kesukaan aroma produk asam sunti Lampiran 22, menunjukkan bahwa tingkat kematangan belimbing wuluh memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik aroma asam sunti yang dihasilkan, sehingga dilakukanlah uji lanjut Duncan. Hasil uji Duncan untuk penerimaan panelis dari luar Aceh Lampiran 23, menunjukkan bahwa skor penerimaan aroma terendah diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh setengah matang yang berbeda nyata dengan asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh belum matang dan matang penuh, sedangkan skor penerimaan aroma tertinggi diperoleh pada produk asam sunti yang terbuat dari buah belimbing wuluh belum matang yang tidak berbeda nyata dengan buah belimbing wuluh matang penuh tetapi berbeda nyata dengan belimbing wuluh setengah matang.

4.2.1.7.4. Penerimaan Sensori Terhadap Tekstur