D3S2 dengan nilai kesukaan terhadap rasa, warna, aroma dan penerimaan keseluruhan yaitu bertutur-turut adalah 5.1, 5.3, 5.3, 5.3 Lampiran 78.
Adanya perbedaan preferensi konsumen terhadap perlakuan pada pembuatan bubuk asam sunti lokal, maka perlakuan terbaik yang dipilih adalah
dengan melihat parameter fisik dan kimia yang memiliki nilai sesuai dengan mutu yang nantinya diharapkan akan lebih baik. Dari pertimbangan yang ada, maka
perlakuan terbaik dipilih berdasarkan hasil uji hedonik panelis luar Aceh yaitu pada perlakuan dekstrin 30 dan suhu pengering 170°C D3S2. Hal ini sebabkan
parameter mutu lainnya seperti rendemen dan kelarutan yang lebih tinggi yaitu masing-masing 14.84 dan 82.80, kadar air, pH dan asam oksalat yang lebih
rendah yaitu masing-masing adalah 6.36, 1.27 dan 7.71. Sedangkan total asam yang diperoleh dari perlakuan D3S2 yaitu 61.16, walaupun lebih rendah
dari perlakuan D1S2 yaitu 61.92 tetapi tidak lebih rendah dari perlakuan lainnya, sehingga perlakuan D3S2 dapat dipilih menjadi perlakuan terbaik dari hasil
preferensi konsumen dan pertimbangan pada parameter mutu lainnya.
4.3. Nilai Tambah Produk Asam sunti Semi Basah dan Bubuk Asam Sunti
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan. Nilai tambah
dalam proses pengolahan buah belimbing wuluh menjadi produk asam sunti semi basah dan akhirnya menghasilkan bubuk asam sunti bertujuan untuk melihat
apakah produk ini memiliki nilai tambah, sehingga layak untuk diproduksi dalam skala yang lebih besar. Prosedur perhitungan nilai tambah yang dicari adalah
berdasarkan dari perlakuan terbaik asam sunti semi basah dan bubuk asam sunti yang dihasilkan, sehingga nantinya dapat diketahui apakah proses pengolahan dari
perlakuan yang terpilih memiliki nilai tambah baik terhadap bahan baku yang diolah atau faktor produksi lain yaitu tenaga kerja dan sumbangan input lain.
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan asam sunti adalah buah belimbing wuluh yang dibeli dengan harga Rp 5000kg, sedangkan asam sunti
semi basah yang akan dijadikan dalam bentuk bubuk biasanya dijual dengan harga Rp 35000kg. Harga bahan baku merupakan salah satu faktor yang nantinya akan
mempengaruhi nilai tambah suatu aktifitas produksi. Tenaga kerja diukur berdasarkan standar Hari Orang Kerja HOK yaitu delapan jam perhari yang
terlibat dalam satu kali proses produksi. Nilai tenaga kerja menggambarkan produktifitas tenaga kerja yaitu efisiensi penggunaan tenaga kerja dalam proses
produksi belimbing wuluh menjadi asam sunti maupun pengolahan asam sunti menjadi bubuk. Biasanya tenaga kerja memperoleh upah langsung yang diterima
pada saat pengolahan produk dengan hitungan RpHOK. Sedangkan sumbangan input lain diperoleh dari biaya pemakaian input lain per kilogram bahan baku,
yang mana sumbangan input lain merupakan persentase input lain terhadap marjin.
Proses pengolahan belimbing wuluh menjadi asam sunti adalah melalui tahapan penyortiran, pencucian, penggaraman dan pengeringan. Waktu
kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg bahan baku belimbing wuluh dibutuhkan waktu 55 menit setara dengan 0.11 HOK dengan asumsi 1 hari kerja
adalah 8 jam. Bila upah tenaga kerja per HOK adalah Rp 20000 maka biaya untuk tenaga kerja adalah 2200kg. Sumbangan input dari pembuatan asam sunti
semi basah adalah bahan tambahan berupa garam, air dan alat pengering mekanis yang besarnya untuk 1 kg bahan baku adalah Rp 6840, secara rinci dapat dilihat di
Lampiran 79. Hasil perhitungan nilai tambah disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Asam Sunti Semi Basah
Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
1. Output Kg 0.5074
2. Input Kg 1
3. Tenaga Kerja HOK 0.1100
4. Faktor Konversi 0.5074
5. Koefisien Tenaga Kerja 0.1100
6. Harga Output RpKg 35000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung RpHOK 2200
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku 5000
9. Sumbangan Input Lain RpKg 6840
10. Nilai Output 17759
11. a. Nilai Tambah RpKg 5919
b. Rasio Nilai Tambah 33.3296
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung RpKg 242
b. Pangsa Tenaga Kerja 4.0885
13. a. Keuntungan RpKg 5677
b. Tingkat Keuntungan 95.9115
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin RpKg 12759
a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung 1.8967
b. Sumbangan Input Lain 53.6092
c. Keuntungan Pemilik Perusahaan 44.4941
Hasil analisis nilai tambah, menunjukkan bahwa komponen sumbangan input lain mempunyai persentase yang cukup tinggi terhadap margin
yang dihasilkan yaitu sebesar 53.61. Biaya penggunaan alat pengering mekanis merupakan komponen utama pada sumbangan input lain yaitu sebesar 76 Rp
5240 dari Rp 6840. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya alat pengering mekanis sangat berperan dalam membentuk nilai tambah. Hasil analisis nilai
tambah juga menunjukkan persentase keuntungan bagi pemilik usaha yang cukup tinggi yaitu 44.49, hal ini berarti bahwa peluang usaha pembuatan asam sunti
secara mekanis dapat memberikan kegiatan yang menguntungkan. Dari rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 33.33, maka dapat dikategorikan bahwa proses
produksi asam sunti memiliki nilai tambah yang sedang Sari, 2011.