Pengertian Pengabaian Orangtua Pengabaian Orangtua

5 Cara saling mendorong dan membesarkan hati Dorongan semangat mengkomunikasikan kepercayaan, respek dan keyakinan akan kemampuan seseorang kepadanya dorongan semangat itu ditujukan. Dorongan semangat dan ucapan tindakan yang bersifat membesarkan hati dapat membantu kita menemukan kembali nilai-nilai dan kegembiraan kita, mengenali kekuatan atau keunggulan kita, membebaskan pikiran dari beban yang timbul akibat kesalahan-kesalahan kita, menantang dan mengubah pola tingkah laku atau tabiat yang lama, serta untuk mampu berbesar hati menerima segala kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Semangat hidup yang positif mendorong kita mengkomunikasikan kepedulian dan kasih kita terhadap orang lain. Ringkasnya, dorongan semangat menumbuhkan harga diri. Sebaliknya, ucapan atau perbuatan yang bersifat membunuh semangat menyebabkan merosotnya harga diri dan pengucilan diri. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami self esteem rendah sebaiknya mau menerima keadaan diri, mensyukuri apa yang dimilikinya, baik itu kekurangan maupun kelebihannya. Selain itu, perlu pula untuk mengembangkan kelebihan yang dimiliki, salah satunya dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan yang positif.

2.2.2 Pengabaian Orangtua

2.2.2.1 Pengertian Pengabaian Orangtua

Orang tua dalam lingkungan keluarga memegang tanggung jawab dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya akan memberikan dampak bagi anak. Menurut Daradjat dalam Syaiful Bahri Djamarah 2004:85 orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Namun tidak sedikit dari orang tua baik ayah maupun ibu yang tidak memahami perananya dalam keluarga. Orang tua yang seharusnya menjadi pendidik, pelindung, pemberi rasa aman dan kasih sayang terkadang justru melakukan tindakan pengabaian terhadap anak. Pengabaian diartikan sebagai ketiadaan perhatian baik sosial, emosional dan fisik yang memadai, yang sudah selayaknya diterima oleh sang anak. Pengabaian ini dapat berbentuk kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak, tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan rumah dan pendidikan, mengacuhkan anak, tidak mengajak bicara, membeda-bedakan kasih sayang dan perhatian antara anak- anaknya, dipisahkan dari orang tua jika tidak ada pengganti yang stabil dan memuaskan Rohinah M. Noor, 2009:200. Salah satu penelitian tentang pengabaian juga menjelaskan bahwa membiarkan anak melakukan tindakan antisosial, membiarkan anak bolos sekolah atau tidak mau sekolah tanpa sebab, membiarkan anak tanpa pengawasan orang dewasa, mengacuhkan anak dan tidak mengajaknya bicara, membeda-bedakan kasih sayang dan perhatian di antara anak-anaknya itu sendiri sudah dikategorikan pengabaian. Pengabaian anak juga dapat digolongkan sebagai berikut: 1 Pengabaian fisik merupakan kasus terbanyak. Misalnya keterlambatan mencari bantuan medis, pengawasan yang kurang memadai, serta tidak tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga. 2 Pengabaian pendidikan terjadi ketika anak seakan-akan mendapat pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal. Lama kelamaan hal ini dapat mengakibatkan prestasi sekolah yang semakin menurun. 3 Pengabaian secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak menyadari kehadiran anak ketika ´ribut´ dengan pasangannya. Atau orang tua memberikan perlakuan dan kasih sayang yang berbeda diantara anak-anaknya. 4 Pengabaian fasilitas medis. Hal ini terjadi ketika orang tua gagal menyediakan layanan medis untuk anak meskipun secara finansial memadai. Dalam beberapa kasus orang tua memberi pengobatan tradisional terlebih dahulu, jika belum sembuh barulah kembali ke layanan dokter. Menurut Coopersmith dalam Dayaksini dan Hudaniah 2009:65 menyimpulkan ada 4 tipe orang tua yang dapat meningkatkan harga diri, yaitu: 1 M enunjukkan penerimaan, afeksi, minat, dan keterlibatan pada kejadian-kejadian atau kegiatan yang dialami anak, 2 M enerapkan batasan-batasan yang jelas pada perilaku anak secara teguh dan konsisten, 3 M emberikan kebebasan alam batas-batas dan menghargai inisiatif, 4 B entuk disiplin yang tak memaksa menghindari hak-hak istimewa dan mendiskusikan alasan-alasannya daripada memberikan hukuman fisik. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengabaian tidak hanya kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak, tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan rumah dan pendidikan, dipisahkan dari orang tua namun membiarkan anak melakukan tindakan antisosial, membiarkan anak bolos sekolah atau tidak mau sekolah tanpa sebab, membiarkan anak tanpa pengawasan orang dewasa, mengacuhkan anak dan tidak mengajaknya bicara, membeda- bedakan kasih sayang dan perhatian di antara anak-anaknya itu sendiri juga dikategorikan sebagai pengabaian orangtua terhadap anak.

2.2.2.2 Dampak Pengabaian Orang tua

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KARAKTER DASAR PADA SISWA KELAS VIII G MELALUI LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 34 SEMARANG TAHUN AJARAN 20152016

0 21 282

MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI (SELF ACCEPTANCE) SISWA KELAS VIII MELALUI KONSELING REALITA DI SMP NEGERI 1 BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN AJARAN 2012 2013

16 114 231

UPAYA MEMINIMALKAN PERILAKU KONSUMTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010 2011

1 8 208

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA DI KELAS VIII SMP PEMBANGUN MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 5 30

UPAYA MENINGKATKAN BACKHAND DRIVE TENIS MEJA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NAMORAMBE TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 22

KONSELING EKLEKTIK MELALUI MEDIA KREATIF DALAM MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN.

1 5 25

(ABSTRAK) UPAYA MEMINIMALKAN PERILAKU KONSUMTIF MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 2

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 213

MENGATASI MASALAH LOW SELF ESTEEM MELALUI KONSELING INDIVIDU MODEL PERSON CENTERED THERAPHY (PCT) PADA SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 25 SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 2016 -

0 0 56

PENINGKATAN SELF ESTEEM PADA PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING REALITAS KELAS VIII C DI SMP NEGERI 28 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 124