system , yaitu: Want and Need, Direction and Doing, Self Evaluation, dan
Planning .
2.4 Meningkatkan Self Esteem pada Siswa yang Mengalami
Pengabaian Orangtua Melalui Konseling Realitas
Menurut Worchel dkk. dalam Dayaksini dan Hudaniyah 2006:82 “self esteem
adalah komponen evaluatif dari konsep diri, yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang dirinya sendiri yang dimiliki seseorang”. Individu yang
mempunyai pandangan positif dan keyakinan atas kemampuan yang dimiliki akan memberi penghargaan pada dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa
berharga dan pandangan yang sehat mengenai dirinya maupun lingkungan eksternalnya akan mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Sebaliknya individu
yang self esteemnya rendah merasa kurang percaya pada kemampuan yang dimiliki dan berpandangan negatif sehingga mudah terjebak dalam konflik
emosional sehingga kurang mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Anak yang mengalami pengabaian orang tua merasa hidupnya tidak
sempurna dibandingkan dengan teman-temannya yang tumbuh dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya. Anak yang mengalami pengabaian orang tua
memiliki kekurangan dalam memnuhi kebutuhannya yaitu kebutuhan cinta dan rasa memiliki love and belonging. Hal ini sesuai dengan pendapat Glasser dalam
Nelson 2011:282 yang menyebutkan bahwa, ‘kelima kebutuhan dasar manusia meliputi kelangsungan hidup, cinta dan belonging rasa memiliki, kekuasaan,
kebebasan, dan kesenangan’. Anak yang mengalami pengabaian orang tua akan
merasa keberhargaan dirinya hilang, merasakan dunia yang tidak dipercaya, tidak ramah dan seakan memusuhinya.
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari self esteem rendah yang dialami oleh siswa akibat pengabaian orang tua yaitu mereka sering sulit menemukan hal-hal
yang positif dalam tindakan yang mereka lakukan, mereka cenderung cemas mengenai hidupnya, cenderung kurang berani mengambil risiko, mereka
cenderung kurang menghargai keberhasilan yang mereka raih, mereka terlalu peduli akan tanggung jawabnya atas kegagalan yang mereka perbuat, mereka
merasa rendah diri ketika berhadapan dengan orang lain, mereka cenderung tidak termotivasi oleh keinginan untuk memperbaiki diri, mereka kurang puas dan
kurang berbahagia dengan hidupnya, kurang mampu menyesuaikan diri, mudah putus asa, cenderung menyalahkan diri sendiri dan sering melakukan self-talk
yang negatif. Untuk menghilangkan gejala-gejala self esteem rendah dan membantu
anak dalam mengatasi self esteem rendah, peneliti memberikan konseling individu dimana anak sebagai klien dibantu untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki
dirinya untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Adapun pendekatan konseling yang digunakan adalah konseling realitas dimana dalam konseling
realitas, individu diarahkan untuk memenuhi prinsip 3R yaitu right, responsibility, dan reality. Tahapan yang dilakukan melalui pendekatan WDEP system, yaitu:
Want and Need, Direction and Doing , Self Evaluation, dan Planning.
2.5 Hipotesis