Ada tidaknya biji Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja

j. Daya tahan penyimpanan

Daya tahan penyimpanan adalah ketahanan buah jeruk apabila disimpan di rumah. Sebagian besar responden menyatakan jeruk yang mereka beli cepat habis untuk dikonsumsi, sehingga tidak terlalu masalah dengan daya penyimpanan. Menurut responden, daya tahan penyimpanan buah jeruk yang biasa dikonsumsi adalah tahan lama 2-3 minggu, sehingga skor rata-rata total dari kinerja daya tahan penyimpanan jeruk impor dan jeruk lokal hampir sama, perbedaan selisihnya 0,04.

k. Ada tidaknya biji

Ada tidaknya biji adalah banyaknya biji yang terdapat dalam buah jeruk menurut pandangan responden. Atribut ini dinilai responden adalah sama antara jeruk lokal dan jeruk impor, sehingga skor rata-rata total dari kinerja jeruk impor sama dengan jeruk lokal. Sebagian kecil responden menya takan ada tidaknya biji penting, terutama bagi responden yang mempunyai anak kecil yang cenderung takut kalau biji buah jeruk ikut termakan.

8.2 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja

Tabel 35 menunjukkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut jeruk lokal dan jeruk impor. Nilai-nilai tersebut diplotkan ke diagram kartesius. Diagram kartesius dibagi menjadi empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan skor rata-rata total tingkat kepentingan Y dan skor rata- rata total kinerja X . Untuk responden jeruk lokal, skor rata-rata total Y sebesar 3,23 dan X sebesar 3,04. Penempatan masing- masing atribut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Kartesius Penilaian Responden terhadap Atribut Jeruk Lokal. Keterangan : 1 = Rasa 7 = Kebersihan kulit 2 = Aroma 8 = Tekstur daging buah 3 = Tekstur buah 9 = Derajat Kematangan 4 = Ketersediaan buah 10 = Daya tahan penyimpanan 5 = Kandungan air 11 = Ada tidaknya biji 6 = Warna kulit Diagram kartesius jeruk impor dapat dilihat pada Gambar 9. Skor rata-rata total tingkat kepentingan Y sebesar 3,20 dan skor rata-rata total kinerja X sebesar 3,27. 3.40 3.20 3.00 2.80 2.60 KINERJA 3.60 3.50 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00 2.90 2.80 KEPENTINGAN 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 PRIORITAS UTAMA PRIORITAS RENDAH PERTAHANKAN PRESTASI BERLEBIHAN 3.60 3.50 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00 KINERJA 3.60 3.50 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00 KEPENTINGAN 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 PRIORITAS UTAMA PERTAHANKAN PRESTASI PRIORITAS RENDAH BERLEBIHAN Gambar 9 Diagram Kartesius Penilaian Responden terhadap Atribut Jeruk Impor. Keterangan : 1 = Rasa 7 = Kebersihan kulit 2 = Aroma 8 = Tekstur daging buah 3 = Tekstur buah 9 = Derajat Kematangan 4 = Ketersediaan buah 10 = Daya tahan penyimpanan 5 = Kandungan air 11 = Ada tidaknya biji 6 = Warna kulit Diagram kartesius menggambarkan posisi tiap atribut yang mempengaruhi kepuaan responden sesuai dengan kuadrannya masing- masing, dimana tiap kuadran memperlihatkan keadaan yang berbeda. Penjelasan mengenai keadaan masing- masing kuadran beserta atribut apa saja yang terdapat pada tiap kuadran ditunjukkan pada Tabel 36. Tabel 36 Atribut Penentu Kepuasan pada Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Buah Jeruk Kuadran Jeruk lokal Jeruk impor Kuadran I Atribut dinilai penting oleh konsumen tetapi kinerjanya masih rendah, sehingga kinerjanya harus ditingkatkan agar optimal. § Rasa § Kebersihan kulit § Warna kulit § Tekstur buah Tidak terdapat atrib ut buah jeruk dalam kuadran ini Kuadran II Tngkat kepentingan tinggi dan kinerjanya juga tinggi, sehingga atribut pada kuadran ini harus dipertahankan kinerjanya. § Ketersediaan buah § Rasa § Kebersihan kulit § Tekstur daging buah § Kandungan air Kuadran III Atribut dinilai kurang penting oleh konsumen dan kinerjanya juga rendah, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan untuk saat ini. § Aroma § Tekstur daging buah § Daya tahan penyimpanan § Tekstur buah § Aroma § Ada tidaknya biji § Derajat kematangan § Daya tahan penyimpanan Kuadran IV Tingkat kepentingan rendah tetapi kinerjanya tinggi, sehingga atribut-atributnya perlu dipertimbangkan kembali karena terlalu berlebihan. § Ada tidaknya biji § Derajat kematangan § Kandungan air § Ketersediaan buah § Warna kulit Berdasarkan Tabel 36, terdapat perbedaan penempatan atribut antara diagram kartesius pada jeruk lokal dengan diagram kartesius jeruk impor. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menentukan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat konsumen dalam mengkonsumsi jeruk lokal. Perbedaan yang mencolok antara jeruk lokal dan jeruk impor adalah dari segi fisik. Pada kuadran I, atribut rasa, kebersihan kulit, warna kulit, dan tekstur buah pada jeruk lokal yang menandakan kualitas jeruk lokal masih kalah apabila dibandingkan dengan jeruk impor. Berdasarkan hasil analisis IPA, responden cenderung memperhatikan atribut-atribut yang dimiliki buah jeruk dalam mengkonsumsi buah jeruk. Perbedaan penilaian antara jeruk lokal dan jeruk impor digambarkan dalam diagram kartesius pada kuadran I, yaitu rasa, kebersihan kulit, warna kulit, dan tekstur buah. Hal ini menunjukkan kualitas, yang dilihat dari rasa dan penampilan kebersihan kulit, warna kulit, dan tekstur buah jeruk lokal lebih rendah dibandingkan dengan jeruk impor, sehingga responden akan lebih memilih jeruk impor daripada jeruk lokal. Atribut-atribut tersebut berkaitan dengan variabel yang signifikan pada analisis regresi logistik, yaitu variabel rasa dan penampilan. Kedua variabel tersebut menunjukkan peluang mengkonsumsi jeruk impor lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk lokal, yang artinya responden cenderung memilih jeruk impor untuk dikonsumsi. IX IMPLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP AGRIBISNIS JERUK LOKAL Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah yang disenangi oleh konsumen untuk dikonsumsi karena mengandung sumber vitamin. Seiring dengan perkembangan zaman, konsumen menginginkan produk ya ng aman dan berkualitas, termasuk buah jeruk. Keinginan konsumen ini digambarkan dengan pemilihan ritel modern sebagai tempat belanja, sehingga ritel modern merupakan pasar buah yang bermutu, termasuk buah jeruk. Ritel modern sebagai pemasar buah jeruk ingin memenuhi keinginan konsumen. Untuk memenuhi keinginan konsumen, ritel modern membutuhkan kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keragaman buah jeruk. Kebutuhan ini cenderung belum mampu dipenuhi secara optimal oleh petani buah jeruk Indonesia pada umumnya karena adanya keterbatasan keahlian dalam budidaya, pemasaran, dan kurangnya penyediaan dana untuk modal serta impor buah jeruk dari negara lain. Hal ini akan menjadi ancaman bagi petani Indonesia, jika tidak mampu menghasilkan buah sesuai keinginan konsumen. Untuk memenuhi keinginan konsumen akan buah jeruk yang berkualitas, bukan hanya tugas petani sebagai produsen buah jeruk, tetapi juga tugas dari pelaku agribisnis lainnya. Hal ini memerlukan keterbukaan informasi dari semua pelaku, kerjasama yang erat antara pelaku, dan yang lebih penting lagi adalah adanya kesadaran dan kesediaan dari masing- masing pelaku untuk melakukannya. Dengan demikian, akan terbentuk suatu rantai agribisnis yang memberikan efisiensi biaya, yang akan membuat petani berminat unt uk menghasilkan buah jeruk yang bermutu karena harga yang diterima lebih tinggi. Tabel 37 menunjukkan implikasi hasil penelitian ini terhadap agribisnis jeruk lokal yang diharapkan dapat memberikan informasi bagi pelaku agribisnis untuk mengembangkan agrib isnis buah jeruk di Indonesia. Tabel 37 Implikasi Hasil Penelitian No Hasil Penelitian Implikasi 1 Konsumen ingin buah jeruk yang berkualitas § Rasa seragam § Kulit buah yang bersih § Warna kulit seragam dan cerah § Tekstur buah padat Peningkatan kualitas jeruk lokal melalui Good Agricultural Practises GAP dan Standar Operasional Prosedur SOP buah jeruk 2 Perempuan paling banyak melakukan pembelian buah jeruk Memperhatikan penampilan, penempatan display buah, dan melakukan kegiatan promosi 3 Konsumen menyukai belanja di ritel modern Ritel modern merupakan peluang pasar bagi jeruk lokal 4 Harga buah jeruk terjangkau oleh konsumen Perlu dilakukan penetapan harga yang rasional oleh pemasar 5 Ketersediaan jeruk lokal dinilai konsumen kurang kontinu dibandingkan jeruk impor Sistem distribusi buah jeruk perlu diperhatikan produsen, lembaga penyalur, dan pemasar jeruk buah 6 Keragaman jenis jeruk dinilai penting oleh konsumen Menambah keragaman jenis jeruk yang dipasarkan 7 Pengetahuan konsumen tentang jeruk lokal masih rendah Meningkatkan pengetahuan tentang jenis jeruk lokal melalui penambahan jenis jeruk yang dipasarkan Berdasarkan hasil penelitian, kelemahan jeruk lokal terletak pada kualitasnya. Kualitas ini dilihat dari rasa dan penampilan. Rasa jeruk lokal dinilai konsumen kurang seragam dalam setiap buahnya, sedangkan konsumen menginginkan rasa yang seragam. Penampilan jeruk lokal yang tidak menarik apabila dibandingkan dengan jeruk impor dilihat dari kebersihan kulit, warna kulit, dan tekstur bua h. Jeruk lokal masih banyak kotoranbercakjelaga, warna kulit yang tidak seragam, tekstur buah tidak padat penuh, sehingga memberikan kesan ragu akan kualitas jeruk lokal. Pada negara- negara pengekspor buah jeruk, seperti China, Thailand, dan Malaysia, buah jeruk yang bermutu diproduksi sejak menanam. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas buah jeruk lokal diperlukan pembaharuan dalam budidaya, antara lain dengan menerapkan manajemen mutu melalui Good Agricultural Practises GAP dan standar prosedur operasional SPO. Hal ini tidak hanya tugas petani sebagai produsen buah jeruk tetapi perlu adanya kerjasama dengan pelaku agribisnis yang lain Poerwanto, 2005. GAP merupakan ketentuan dalam usaha tani dengan memanfaatkan teknologi yang tepat dan benar untuk menjamin keberlanjutan produksi yang sehat, aman, dan bermutu, dengan memperhatikan harkat kemanusiaan. GAP dilakukan dengan pembangunan Kebun Buah Percontohan, pengembangan kelembagaan petani, penyediaan varietas unggul, dan menjalin kemitraan ya ng saling menguntungkan dengan pelaku pemasaran. GAP ini diperuntukkan bagi para pelaku agribisnis buah skala sedang-besar Poerwanto, 2005. Pengenalan standar prosedur operasional SPO dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Buah. Penentuan persyaratan mutu ini dipengaruhi oleh tuntutan konsumen yang menginginkan produk bermutu dan aman untuk dikonsumsi. SPO buah jeruk telah diterapkan pada Jeruk Siem Madu di Kabupaten Karo dan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara dan diharapkan SPO ini dapat diterapkan di sentra-sentra buah jeruk Indonesia Direktorat Jenderal Tanaman Buah, 2005. Pengelompokkan buah jeruk berdasarkan kelas mutu tentunya akan mempengaruhi harga, tetapi dengan produk yang berkualitas, konsumen di ritel modern akan tetap membeli buah jeruk apabila terjadi kenaikan harga. Hal ini terkait konsumen ritel modern yang termasuk golongan menengah ke atas dengan pendapatan tinggi dan pendidikan baik. Menurut konsumen, selama ini harga buah jeruk dirasakan masih terjangkau. Keterjangkauan harga jeruk bagi konsumen, membuat pemasar ritel modern perlu untuk menerapkan harga yang rasional bagi konsumen agar konsumen tidak memilih buah lain sebagai buah subsitusi. Selain harga yang terjangkau, ternyata konsumen lebih memilih membeli jeruk di ritel modern karena kepastian harganya, sehingga tidak perlu membuang waktu untuk tawar menawar, seperti yang terjadi di pasar tradisional dan pedagang eceran. Keragaman jenis jeruk perlu diperhatikan oleh pemasar. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah jenis jeruk yang dipasarkan, misalnya jeruk keprok, Jeruk Baby Pacitan, Jeruk Pummelo Nambangan yang mempunyai kandungan gula tinggi dan kandungan asam sangat rendah. Jenis jeruk tersebut sesuai dengan keinginan konsumen yang menginginkan rasa jeruk yang manis dan seragam, sehingga diharapkan mampu mengimbangi dominasi jeruk impor di pasar dalam negeri, seperti Jeruk Mandarin Lookam dan Ponkam. Penambahan jenis jeruk yang dipasarkan dapat diikuti dengan memberikan informasi mengenai nilai gizi buah jeruk, sehingga dapat meningkatkan minat konsumen untuk mengkonsumsi jeruk lokal. Dengan adanya keragaman jenis jeruk maka diharapkan dapat menambah pengetahuan konsumen tentang jenis jeruk lokal. Pengetahuan konsumen mengenai jenis jeruk lokal masih sedikit dibandingkan dengan jeruk impor. Berdasarkan hasil penelitian, jenis jeruk lokal yang diketahui konsumen adalah Jeruk Medan, Jeruk Pontianak, Jeruk Bali. Konsumen mengenal jenis jeruk tersebut berdasarkan nama tempat asalnya. Padahal masih banyak jenis jeruk lainnya yang terdapat di Indonesia. Jeruk impor yang konsumen ketahui adalah Jeruk Mandarin Lookam, Jeruk Mandarin Ponkam, Jeruk Mandarin Shantang, Sunkist, Grape fruit. Konsumen mengenal jenis jeruk impor tersebut karena melihatnya di supermarket dan pedagang eceran. Jeruk Baby sweet dianggap konsumen sebagai jeruk impor, padahal jeruk tersebut berasal dari Pacitan. Pemasar perlu untuk memperhatikan display jeruk lokal agar dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli. Hal ini terkait dengan perempuan yang dominan untuk melakukan pembelian buah jeruk dan perempuan lebih memperhatikan estetika. Selain itu, promosi jeruk lokal melalui katalog harga juga dapat dilakukan dengan menambah frekuensi promosi. Giant Bogor sebagai salah satu pemasar bua h jeruk dapat melakukan berbagai kegiatan promosi, guna memperkenalkan jeruk lokal ke konsumen. Promosi dapat dilakukan dengan mempromosikan jeruk lokal melalui “Promo Murah Habis” dan “Promosi Pasar Segar” yang sering dilakukan Giant Bogor dengan memberikan diskon harga untuk berbagai jenis barang. Selama ini Giant melakukan promosi harga murah melalui katalog dan iklan di Kompas. Hal ini dilakukan agar konsumen mengetahui kalau ada harga murah di Giant. Display jeruk lokal dalam ukuran besar dapat dilakuk an Giant Bogor agar dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli jeruk lokal. X KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan