2. Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja atribut buah jeruk berdasarkan penilaian konsumen jeruk lokal dan jeruk impor di Giant Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik umum konsumen Giant Bogor dan tahapan proses
keputusan pembelian buah jeruk. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen
dalam mengkonsumsi jeruk lokal dan jeruk impor di Giant Bogor. 3. Menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut buah jeruk berdasarkan
penilaian konsumen jeruk lokal dan jeruk impor di Giant Bogor.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi petani dan pemasar buah-buahan dalam perencanaan peningkatan produksi, serta
penetapan strategi pemasaran yang tepat. Bagi pemerintah, khususnya Dinas Pertanian serta Dinas Perind ustrian dan Perdagangan, diha rapkan dapat membantu
dalam pembuatan kebijakan yang dapat mendukung peningkatan daya saing buah lokal. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi perbendaharaan penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan erat dengan masalah perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal dan buah impor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mengenai perilaku konsumen ini dibatasi pada jeruk lokal Jeruk Medan dan Jeruk Pontianak dan jeruk impor Jeruk Lookam dan Jeruk
Ponkam yang tersedia di Giant Bogor dengan tujuan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. Hal ini dilakukan karena jenis-jenis jeruk tersebut banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik umum konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian buah
jeruk, faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
mengkonsumsi jeruk lokal dan jeruk impor, serta tingkat kepentingan dan kinerja atribut buah jeruk jeruk lokal dan jeruk impor.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Jeruk
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia yaitu Asia Timur dan Tenggara. China merupakan negara yang dipercaya sebagai
tempat pertama kalinya jeruk tumbuh. Saat ini tanaman jeruk telah berkembang di seluruh dunia. Bahkan dipercayai juga bahwa tanaman jeruk tumbuh di Indonesia
sejak ratusan tahun yang lalu sebagai peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan Italia.
3
2.1.1 Klasifikasi Buah Jeruk
Klasifikasi botani tanaman jeruk sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Sub divisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Rutales Keluarga
: Rutaceae Genus
: Citrus Spesies
: Citrus sp. Di Indonesia terdapat beberapa spesies jeruk yang dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu kelompok Mandarin, kelompok Lime dan Lemon, kelompok Pummelo dan Grapefruit, kelompok Orange atau jeruk manis, serta kelompok Citroen.
Masing- masing kelompok ini mempunyai spesies tersendiri, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
3
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2006. Tentang Budidaya Pertanian
. http:www.ristek.go.id. diakses tanggal 13 Januari 2007.
Tabel 7 Spesies Buah Jeruk yang Terdapat di Indonesia
No Kelompok
Spesies Keterangan
1. Kelompok
Mandarin jeruk keprok
C. nobilis Loureiro § biasanya berkembang di daerah
dataran tinggi § kandungan gula cukup tinggi
jeruk siem C. reticulata Blanco
§ berwarna hijau, kulitnya tipis, dan agak lengket
§ kandungan asam relatif rendah 2.
Kelompok Lime dan
Lemon jeruk nipis
C. aurantifolia Swing
§ kandungan asamnya tinggi § biasanya digunakan untuk
masak atau minuman jeruk jeruk lemon
C. limonia Osbeck 3.
Kelompok Pummelo
dan Grapefruit
jeruk besar C. grandis
§ hanya Jeruk Nambangan yang berkembang pesat dan
menguasai pasar jeruk besar di Jakarta dan sekitarnya
Grapefruit § tidak berkembang karena
kurangnya permintaan pasar dan keterbatasan lokasi yang
sesuai dengan varie tas tersebut
4. Kelompok
Orange atau
jeruk manis C. sinensis
Osbeck Jeruk Manis Valencia § paling banyak diproduksi di
dunia tetapi tidak terlalu berkembang di Indonesia
§ cocok untuk daerah subtropika Jeruk Baby Pacitan
§ warna kulit hijau § bentuk oval
§ kandungan gula tinggi dan
kandungan asam sangat rendah 5.
Kelompok Citroen
C. medica Jeruk Sukade
§ disebut jeruk pepaya karena bentuk buahnya seperti pepaya
§ kulit buah yang tebal digunakan untuk membuat jam atau
manisan § tidak berkembang di Indonesia
Sumber : disarikan dari Pracaya, 2002
Terdapat delapan varietas jeruk besar yang berkembang di Indonesia, yaitu Jeruk Bali, Jeruk Cikoneng, Jeruk Pandan Wangi, Jeruk Pandan, Jeruk Delima,
Jeruk Adas, Jeruk Gulung, dan Jeruk Nambangan. Jeruk Sukade pernah membuat berita yang heboh di surat kabar, karena dikatakan sebagai hasil perkawinan
pepaya dengan jeruk.
2.1.2 Varietas Buah Jeruk yang Berkembang di Indonesia
Saat ini terdapat beberapa varietas jeruk yang telah berkembang baik di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Varietas Buah Jeruk yang Berkembang di Indonesia
No Varietas
Keterangan 1
Jeruk Siem § beradaptasi di daerah rendah
§ cepat berproduksi dan produktivitasnya tinggi § kadar asam jeruk ini rendah dan aroma jeruk kurang
tajam hal ini menyebabkan cita rasa jeruk kurang, selain itu lengketnya kulit dengan daging buah juga
kurang disukai
2 Jeruk Keprok
Brasitepu § warna kulit buah yang mendekati jingga kuning ke
arah jingga dan cukup menarik § cita rasa buah dan kemudahan untuk dikupas baik
§ ketahanan simpan jeruk ini masih rendah pada suhu ruangan hanya dapat bertahan selama satu minggu
§ hanya dikembangkan di Brastagi Sumatera Utara 3
Jeruk Pummelo Nambangan
§ terdapat sekitar delapan kultivar jeruk pummelo diantaranya Jeruk Nambangan yang berkembang luas
di daerah Magetan, Jawa Timur § ciri khas yaitu ukurannya yang besar, rasanya segar,
dan mempunyai daya simpan relatif lama § warna daging buah putih, merah muda sampai dengan
merah tua
Sumber : disarikan dari Pracaya, 2002
Jeruk Siem merupakan jenis jeruk yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Di pasar, jeruk siem dengan kualitas rendah banyak beredar. Hal ini
ditunjukkan dengan buah yang dikotori dengan embun jelaga. Kualitas jeruk siem ini masih dapat diterima oleh sebagian konsumen Indonesia. Dengan teknik
pemupukan yang benar, nisbah gulaasam jeruk ini dapat diperbaiki dan dengan penanganan pasca panen yang baik penampilan jeruk siem dapat ditingkatkan.
Jeruk Pummelo Nambangan adalah salah satu jeruk pummelo yang berkembang pesat karena adanya penanganan yang baik oleh Pemda Magetan yang
bekerjasama dengan Balai Penelitian Buah Tlekung.
Sentra jeruk di Indonesia tersebar di berbagai daerah, meliputi : Garut Jawa Barat, Tawangmangu Jawa Tengah, Batu Jawa Timur, Tejakula Bali,
Selayar Sulawesi Selatan, Pontianak Kalimantan Barat dan Medan Sumatera Utara. Adanya serangan virus CVPD Citrus Vein Phloen Degeneration
menyebabkan beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi.
2.1.3 Varietas Buah Jeruk yang Berkembang di Dunia Subtropika
Kelompok jeruk manis atau orange banyak diproduksi di dunia. Jeruk ini lebih cocok untuk daerah subtropika Pracaya, 2002. Jeruk manis biasa paling
banyak ditanam dan merupakan salah satu kelompok jeruk yang terpenting karena produktivitasnya tinggi. Kelompok jeruk manis ini terbagi menjadi empat
golongan yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Varietas Buah Jeruk yang Berkembang di Dunia Subtropika
No Spesies
Varietas Keterangan
1 Jeruk Manis
Biasa Common
Orange, Blond Orange
Jeruk Manis Valencia
Valencia Late Orange
§ mudah menyesuaikan diri di dataran rendah tropis
§ masa panen buah 7-9 bulan § memiliki rasa yang lebih asam
dan berkulit tebal Jeruk Manis
Hamlim Norris § berasal dari Florida Amerika
§ masa panen buah 6-7 bulan § buah berukuran sedang
§ memiliki biji dan ada juga yang
tidak memiliki biji § kulit buah tipis, halus dan
memiliki warna yang bagus § daging buah bagus, halus, berair,
sedikit asam § aromanya harum
2 Jeruk Manis
Pusar Navel Orange
Jeruk Manis Washington
Washington Navel Orange
§ berukuran besar, bulat atau elips, pada ujung buah sering terdapat
tonjolan kecil atau puting yang lebar
§ buahnya tidak berbiji § kulit buah sedang hingga tebal,
agak lembut, permukaan berlekuk sedikit kasar
lanjutan No
Spesies Varietas
Keterangan 2
Jeruk Manis Pusar Navel
Orange Jeruk Manis
Washington Washington
Navel Orange § warna daging buah oranye tua,
tekstur kuat, aroma harum, cairan sedang
§ berat buah 180-250 gram § berwarna oranye tua
Jeruk Manis Thomson
§ bentuk buah bulat telur dan kadang berbentuk elips
§ ukuran buah sedang sampai besar dengan berat 150-200 gram
§ tidak berbiji dan berkulit tipis sampai sedang
Jeruk Manis Australia
§ bentuk buah agak datar dengan ujung mengecil
§ daging buah bertekstur lunak dan lebih berair
§ kulit buah tebal dan kasar § kandungan air tinggi
3 Jeruk Manis
Merah Darah Pigmented
Orange Jeruk Manis
Maltaise Sanguine
§ berat 100-180 gram § berukuran sedang
§ bentuk buah bulat, bulat panjang
atau bulat telur § ketebalan kulit sedang, agak
lunak dan mudah dikupas § warna jeruk ini oranye merah
§ memiliki daging buah yang halus, dan banyak mengandung cairan
yang berwarna merah § memiliki aroma yang harum dan
rasa yang asam Jeruk Manis
Double Fine Amelioree
§ berasal dari Spanyol dan banyak ditanam di Aljazair dan Maroko
§ ukuran sedang sampai besar § bentuk buah bulat dengan warna
kulit merah darah § ketebalan kulit sedang
4 Jeruk Manis
Tidak Asam Jeruk Manis
Bergula Acidless
Orange Jeruk Manis
Imperial § bentuk agak bulat sampai bulat
§ ukuran kecil sampai sedang dengan ketebalan sedang
§ daging buah terasa hambar Jeruk Manis
Lima § banyak ditanam di daerah Brasil,
Spanyol, Afrika Utara dan Asia § bentuk agak bulat sampai bulat
§ ketebalan kulit sedang dan kulit agak berkerut
§ rasa daging buah terasa hambar karena tidak memiliki rasa asam
lanjutan No
Spesies Varietas
Keterangan 4
Jeruk Manis Tidak Asam
Jeruk Manis Bergula
Acidless Orange
Jeruk Manis Lima
§ banyak diminati seluruh kalangan karena memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi § berukuran kecil sampai sedang
§ berwarna oranye muda § daging buah lembut, banyak
mengandung cairan dan berwarna oranye muda
Jeruk Manis Maltese
§ bentuk buah agak bulat dan berukuran sedang
§ ketebalan kulit sedang dan permukaannya berbutir kecil
sampai sedang § banyak mengandung air dan
rasanya manis hambar
Sumber : disarikan dari Pracaya, 2002
2.1.4 Manfaat serta Kandungan Vitamin dan Zat Gizi Buah Jeruk
Masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi jeruk dalam bentuk segar. Konsumsi buah jeruk dapat dimakan secara langsung maupun diperas
terlebih dahulu untuk diambil sarinya. Hal ini karena manfaat yang dapat diperoleh dari buah jeruk, diantaranya :
1 Sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi. Tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk
memungkinkan buah jeruk dikonsumsi sebagai pencegah maupun penyembuh penyakit influenza. Buah jeruk juga mengandung zat fosfor
dan zat kapur tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang pada anak-anak. Kadar vitamin dan mineral buah jeruk dari tiap-tiap 100 gram
dapat dilihat pada Tabel 10.
2 Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk
dipakai untuk membuat minyak wangi dan sabun wangi. 3 Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat
tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.
Tabel 10 Kadar Vitamin dan Zat Mineral Buah Jeruk Tiap 100 gram
Jenis Jeruk
Vit.A LU.
Vit.B gamma
Vit.C Protein
gram Besi
mgr Kapur
mgr Pospor
mgr Keprok
400 60
30 0,5
- 40
20 Manis
200 60
50 0,5
0,3 40
20 Nipis
- 60
40 0,3
0,1 10
10 Grape
fruits -
60 50
0,3 0,1
20 20
Sumb er : Departemen Pertanian, 2006
2.1.5 Permasalahan Agribisnis Buah Jeruk di Indonesia
Era perdagangan global membuka peluang dan tantangan bagi pasar buah-buahan di Indonesia. Dalam upaya memanfaatkan peluang sekaligus
menjawab tantangan tersebut, peningkatan mutu buah merupakan kunci keberhasilan usaha agribisnis buah. Pelaksanaan usaha agribisnis secara utuh
sejak hulu hingga hilir adalah persyaratan mutlak bagi peningkatan mutu buah. Terdapat beberapa permasalahan dalam agribisnis jeruk di Indonesia yaitu :
a. Penyakit CVPD yang sampai saat ini telah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adanya penyakit ini berakibat pada kerusakan tanaman
buah jeruk yang sangat parah dan mematikan. b. Rendahnya mutu buah jeruk Indonesia jika dibandingkan dengan buah jeruk
impor dari Australia, China, dan Pakistan. Mutu jeruk Indonesia terutama Jeruk Siem sangat rendah.
c. Penggunaan teknologi produksi belum optimum, mulai dari penyediaan bibit sampai dengan pasca panen buah.
2.2 Ritel 2.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Bisnis Ritel
Secara harfiah, kata ritel atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran, dan peritelretailer diartikan sebagi pengecer atau pengusaha perdagangan
eceran Utami, 2006. Bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.
Kegiatan itu mencakup penjualan barang dan jasa kepada pengguna yang bervariasi mulai dari mobil, pakaian, makanan, hingga tiket bioskop. Mereka
menjual barang atau jasa langsung ke konsumen Ma’ruf, 2006. Kotler 2005 mendefinisikan usaha eceran retailing adalah kegiatan yang terlibat dalam
penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis, sedangkan pengecer retailer adalah
lembaga pemasaran yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir. Berdasarkan definisi di atas, maka ada dua hal yang terkait dengan bisnis
ritel, yaitu pertama, penjualan kepada end user konsumen akhir, dan kedua, motivasi pembelian konsumen adalah untuk kepentingan sendiri termasuk
keluarganya dan tidak untuk dijual kembali, atau paling tidak lebih dari separuh perjalanannya adalah kepada konsumen untuk kepentingannya sendiri. Oleh
karena itu, ruang lingkup bisnis ritel tidak hanya sekedar penjualan barang dalam arti fisik, namun pada hakikatnya juga termasuk penjualan jasa. Pengertian bisnis
ritel yang terkait dengan dilakukannya aktivitas penjualan, mencakup tidak hanya
digunakannya sebuah toko shopstore, tetapi juga termasuk aktivitas yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual beli. Begitu juga pada penjualan
partai besar grosir atau wholesaler, dan bahkan pabrikan manufacture dapat juga berlaku sebagai ritel, jika mereka melakukan penjualan barang dan jasanya
kepada konsumen akhir langsung Utami, 2006.
2.2.2 Fungsi Ritel
Fungsi ritel dalam rantai distribusi ada empat fungsi, yaitu fungsi perantara, penghimpun, tempat rujukan, dan penentu eksistensi. Fungsi perantara
dalam bisnis ritel merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai perantara antara distributor wholesaler ataupun importer dengan
konsumen akhir. Fungsi penghimpun dalam bisnis ritel artinya bahwa ritel tersebut melakukan kegiatan menghimpun berbagai kategori atau jenis barang
yang menjadi kebutuhan konsumen. Fungsi tempat rujukan dalam bisnis ritel artinya bahwa konsumen
menjadikan toko ritel tersebut sebagai tempat rujukan untuk mendapatkan to choose
, to find barang yang dibutuhkannya. Fungsi penentu eksistensi dalam bisnis ritel merupakan fungsi ritel yang berperan sebagai penentu eksistensi
barang dari manufacture di pasar konsumsi consumption market. Dengan demikian, manufacture dan distributor memiliki ketergantungan yang besar
terhadap entitas bisnis ritel Utami, 2006.
2.2.3 Jenis-jenis Ritel Modern
Jenis-jenis ritel modern di Indonesia Ma’ruf , 2006 adalah : a. Minimarket
Saranatempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari- hari, secara eceran dan langsung
kepada konsumen akhir dengan cara swalaya n. Luas lantai usaha minimarket adalah 50 m
2
sampai dengan 200 m
2
. b. Pasar Swalayan Supermarket
Saranatempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok secara eceran dan
langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan. Luas lantai usaha supermarket maksimal 4.000 m
2
. c. Hipermarket
Saranatempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok secara eceran dan
langsung kepada konsumen akhir. Hipermarket terdiri dari pasar swalayan dan toko serba ada yang menyatu dalam satu bangunan serta dalam pelayanannya
dilakukan secara swalayan. Pengelolaan hipermarket dilakukan secara tunggal dengan luas lantai usahanya di atas 5000 m
2
. d. Departemen Store atau toserba toko serba ada
Saranatempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga dan bukan kebutuhan sembilan bahan pokok, yang disusun
dalam bagian yang terpisah-pisah dalam bentuk counter secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir. Pelaya nannya dibantu oleh para
pramuniaga. Luas lantai usahanya beraneka ragam, mulai beberapa m
2
hingga 2.000 m
2
– 3.000 m
2
.
2.2.4 Sejarah Perkembangan Bisnis Ritel
Bisnis ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Bisnis ritel modern ini lahir dengan proses yang sangat panjang. Ritel-ritel
modern tersebut tumbuh dan berkembang melalui proses metamorfosis dari bentuk pasar tradisional, pusat-pusat perbelanjaan modern dan menjadi ritel
modern. Sebelum adanya ritel modern, pusat-pusat perbelanjaan modern merupakan tempat yang paling populer bagi masyarakat modern. Keberadaan
pusat-pusat perbelanjaan modern ini merupakan dampak yang diperoleh dari kemajuan peradaban manusia modern.
Awalnya pasar terselenggara secara tradisional, kemudian berkembang pasar yang dikelola secara modern dengan menawarkan kenyamanan belanja.
Perbedaan yang mencolok antara pasar tradisional dan pasar modern terlihat dari kondisi fisiknya. Pasar tradisional umumnya dikelola oleh pemerintah dengan
kondisi fisik sederhana, namun karena perawatannya cenderung terabaikan maka dikatakan kumuh. Sebaliknya, konsumen cenderung semakin memerlukan
kenyamanan dalam belanja, seperti suasana sejuk, tidak berdesakan, dan tidak mencium bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, pasar tradisional di kota-kota
besar semakin ditinggalkan oleh konsumen terutama golongan mene ngah ke atas. Pasar tradisional yang sudah mulai ditinggalkan oleh konsumen kelas
menengah ke atas, menyebabkan perkembangan pusat perbelanjaan modern semakin pesat. Pusat perbelanjaan ini pada perkembangannya ditandai dengan
penampilan bentuk fisik yang lebih mewah dan fasilitas yang lebih canggih dibandingkan pasar tradisional. Pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di
Indonesia diawali dengan berdirinya Sarinah Building di Bilangan Thamrin pada tahun 1964. Gagasan pendirian Sarinah sudah muncul tahun 1962, yang berasal
dari Presiden Soekarno. Gagasan tersebut menjadi kenyataan dalam waktu dua tahun setelah membangun gedung dengan dana rampasan perang yang berasal dari
Jepang. Namun, karena kondisi perekonomian saat itu sedang buruk dan ditambah situasi politik yang tidak stabil, membuat Sarinah gagal menjadi pelopor pasar
modern seperti yang dicita-citakan. Seiring dengan itu, konsep belanja di pusat perbelanjaan ikut gagal.
Pada akhir tahun 1970-an atau tepatnya tahun 1979, masyarakat Jakarta mulai diperkenalkan dengan pola pasar modern dengan berdirinya Aldiron Plasa
yang terletak di kawasan Blok M. Pada zaman keemasannya, sebagian besar orang dari luar Jakarta yang mengunjungi Jakarta pasti akan mengunjungi Aldiron Plasa
yang terkenal dengan pertokoan emas, kerajinan, baju dan kain. Kesuksesan Aldiron pada masa itu diikuti dengan dibangunnya Duta Merlin, Ratu Plaza,
Pasaraya Young Trendy dan Hayam Wuruk Plaza pada tahun 1980-an. Seiring dengan perkembangan pusat perbelanjaan modern, bisnis eceran
ritel mulai tampak dengan hadirnya supermarket yang mulai dirintis pada awal tahun 1970-an oleh Gelael dan Hero Supermarket yang kemudian diikuti oleh
perkembangan dan berdirinya supermarket lain seperti Golden Truly, Grasera, Tomang Tol, Permata, Jameson dan lain sebagainya. Setelah itu, tren bisnis ritel
sampai saat ini lebih berkembang pesat dibanding pusat perbelanjaan modern.
Ritel modern yang kini lebih dikenal dengan department store ataupun supermarket dimulai sejak berdirinya Sarinah Departement Store pada tahun
1964. Sementara itu, embrio pasar modern yang menjadi cikal bakal pasar modern di Indonesia telah muncul pada tahun-tahun sebelumnya, seperti toko Ataka,
Eropa dan Dezon. Toko-toko yang tergolong eksklusif pada waktu itu umumnya untuk konsumsi orang-orang Eropa yang ada di Indonesia yang telah mengenal
tradisi berbelanja di toko-toko semacam itu. Namun, selain orang Eropa terdapat juga konsumen Timur Asing dan kala ngan masyarakat pribumi.
Setelah gagalnya Sarinah sebagai perintis ritel modern di Indonesia, muncul perintis modern lainnya, seperti Gelael, Kemchick, Hero, dan Matahari
yang hingga saat ini masih bertahan. Gelael yang dimotori oleh Dick Gelael memulai bisnis ini dengan meniru pasar swalayan yang ada di luar negeri.
Kemudian pada tahun 1970, ia membuka supermarket di kawasan Melawai Raya, Blok M, Jakarta.
Bersamaan dengan berdirinya Gelael, Hero juga membuka outlet pertamanya di kawasan Blok M, atau tepatnya di Jalan Falatehan. Pada saat itu
pendiri Hero, Saleh Kurnia merupakan orang yang menekuni usaha dagang. Kemudian dia mengembangkan usahanya itu dengan membuka supermarket yang
didorong oleh relasi bisnisnya yang berkebangsaaan Kanada. Perkembangan para perintis ritel itu juga diikuti oleh ritel-ritel baru, seperti Golden Truly, Target,
Rama, dan sejumlah nama lainnya. Seiring perkembangan ritel modern dalam bentuk department store dan
supermarket, ritel modern dalam bentuk minimarket dan hipermarket mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1998 yaitu melalui Continent dan Careffour yang
keduanya berasal dari Perancis. Tumbuh suburnya ritel modern dalam konsep minimarket dan hipermarket tersebut, sebagai akibat krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1997. Pada saat itu daya beli masyarakat menurun, menyebabkan volume penjualan supermarket dan department store mengalami
penurunan, sehingga peritel merespon kondisi ini dengan mendirikan hipermarket dan minimarket yang memiliki keunggulan harga relatif lebih murah.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu akan menjadi acuan penelitian penulis. Adapun penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen pada komoditas buah-buahan
yang menjadi acuan penelitian ini diantaranya : 1 Munajat, dkk 2002 melakukan penelitian mengenai “Analisis Keputusan
Konsumen dalam Mengkonsumsi Jeruk Lokal dan Jeruk Impor”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam mengkonsumsi jeruk lokal dan jeruk impor serta mengkaji strategi yang perlu dilakukan dalam mendorong minat konsumen untuk
mengkonsumsi jeruk lokal di pasar dalam negeri. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Palembang dengan memilih pasar swalayan dan pasar
tradisional. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi logistik logit. Di pasar swalayan, faktor-faktor yang berpengaruh nyata
dalam keputusan konsumen adalah pendapatan, tingkat pendidikan, kontinuitas, penampilan, dan rasa. Pendapatan keluarga dan harga tidak lebih
berpengaruh nyata dibandingkan variabel kontinuitas, penampilan, dan rasa. Di pasar tradisonal, pendapatan konsumen, jumlah keluarga, kontinuitas, dan
rasa berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi jeruk impor. Pendapatan keluarga lebih berpengaruh nyata dibandingkan
dengan variabel tingkat pendidikan, penampilan, dan rasa, sedangkan variabel harga tidak berpengaruh. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah komoditas yang diteliti dan metode logit yang akan dilakukan, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan waktu penelitian penelitian,
serta metode IPA yang tidak digunakan pada penelitian Munajat, dkk. 2 Penelitian mengenai “Analisis Urutan Tingkat Kepentingan Atribut Produk
dan Rentang Harga dalam Proses Keputusan Pembelian Buah Jeruk Lokal dan Jeruk Impor” dilakukan oleh Aditiyah 2004. Penelitian ini dilakukan di
wilayah Jakarta Selatan, yaitu pasar tradisional Pasar Minggu dan Pasar Mampang dan Hero Supermarket Hero Mampang dan Hero Kalibata. Jenis
jeruk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jeruk Medan jeruk lokal serta Jeruk Mandarin dan Jeruk Sunkist jeruk impor. Berdasarkan
karakteristik responden, konsumen yang melakukan pembelian buah jeruk adalah perempuan berusia 16-25 tahun, sudah menikah, bekerja dengan
penghasilan berkisar Rp 1.000.000 – Rp. 2.000.000. Adapun alasan konsumen mengkonsumsi buah jeruk karena kebiasaan keluarga dan ingin mendapatkan
manfaat vitamin dari buah jeruk. Informasi tentang buah jeruk diperoleh melalui majalah dan buku-buku yang mereka baca, pengalaman keluarga,
penjual dan iklanpromosi yang banyak dilakukan. Atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli buah jeruk adalah rasa,
penampilan, dan ukuran buah. Konsumen lebih memilih pasar tradisional sebagai tempat untuk membeli buah jeruk karena dekatnya lokasi pasar dengan
tempat tinggal. Konsumen memilih supermarket karena kenyamanannya. Berdasarkan analisis Thurstone, lima atribut jeruk lokal yang diprioritaskan
sesuai urutannya adalah rasa, kesegaran, keterjangkauan harga, nilai gizi, dan ukuran buah, sedangkan jeruk impor, urutannya adalah rasa, kesegaran, nilai
gizi, keterjangkauan harga, dan kemulusan kulit. Berdasarkan kelima prioritas tersebut ternyata atribut fisik buah lebih menonjol. Persamaan dengan
penelitan yang akan dilakukan terletak pada komoditas yang akan diteliti, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan waktu penelitian serta
metode pengolahan data. 3 Lolita 2004 meneliti tentang “Analisis Perilaku dan Preferensi Konsumen
Mangga Arumanis di Kota Bogor”. Lokasi penelitian adalah Kota Bogor, meliputi Hero Supermarket Pajajaran, Jogya Supermarket Bogor Plaza, dan
Jogya Supermarket Cimanggu. Tujuan penelitiannya adalah mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli mangga Arumanis
di Kota Bogor. Salah satu analisis yang digunakan adalah analisis model logit. Berdasarkan analisis model logit terhadap peluang membeli mangga arumanis,
yang memiliki peluang terbesar antara lain ibu dalam status keluarga, jarak, dan jumlah keluarga. Hal ini me nunjukkan bahwa ibu dalam status keluarga
sangat berperan dalam pengambilan keputusan untuk membeli mangga arumanis. Peubah jarak memiliki peluang besar karena responden
mempermasalahkan jarak yang jauh dari lokasi pembelian. Alasan konsumen adalah lokasi tersebut selalu menyediakan mangga arumanis secara kontinyu.
Apabila mangga arumanis tidak ada di lokasi pembelian, maka konsumen tidak jadi membeli atau membeli buah lain. Jumlah keluarga memiliki peluang
yang cukup besar karena semakin banyak anggota keluarga yang menyukai mangga arumanis maka akan memberikan peluang yang besar untuk membeli.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen dan lokasi penelitian yaitu Kota Bogor tetapi dengan kasus yang berbeda. Selain itu, metode pengolahan data yang akan dilakukan juga sama,
yaitu menggunakan analisis regresi logistik, sedangkan perbedaannya terletak pada komoditi yang diteliti.
4 Penelitian yang dilakukan Uzlifah 2006 tentang “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumsi Buah Apel di Kota Bogor” mempunyai
tujuan untuk menganalisis karakteristik individu yang mengkonsumsi buah apel dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
buah apel. Penelitian ini dilakukan di Hero Supermarket, Matahari Ekalokasari, dan Yogya Supermarket. Metode yang digunakan adalah analisis
regresi logistik logit yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah apel adalah variabel jenis kelamin,
umur responden, dan tingkat pendidikan. Variabel jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keputusan pembelian. Persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada lokasi penelitian, yaitu Kota Bogor, tetapi dengan wilayah yang berbeda, serta metode pengolahan
data menggunakan analisis regresi logistik, sedangkan perbedaannya terle tak pada komoditi yang diteliti dan metode IPA yang tidak digunakan pada
penelitian Uzlifah.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis