I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Peran buah-buahan dapat dilihat
dari fungsinya sebagai bahan makanan yang bergizi karena mengandung sumber vitamin dan mineral, sumber pendapatan, serta meningkatkan ekspor dan subsitusi
impor. Hal ini berarti buah-buahan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Jenis buah-buahan yang memiliki prospek baik untuk
dikembangkan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1 mangga, rambutan, pisang, jeruk, dan sirsak; 2 durian, manggis, ne nas, salak, dan nangka; 3
markisa, pepaya, duku, apel, anggur, lengkeng, dan melon Poerwanto, 2004. Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah yang memiliki prospek baik
untuk dikembangkan dan telah dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini karena buah jeruk memiliki citarasa, aroma, kesegaran, dan sumber vitamin bagi tubuh,
sehingga buah jeruk sangat digemari dan telah menjadi buah favorit keluarga. Sifat konsumsi buah jeruk sama seperti sifat konsumsi komoditi hortikultura
lainnya, yaitu memerlukan adanya keragaman jenis dan mutu yang tinggi. Sifat konsumsi yang demikian menjadikan komoditas hortikultura sebagai produk
fancy , pada saat tertentu suatu jenis buah menjadi populer dan banyak dikonsumsi
dan pada saat yang lain berkurang konsumsinya. Selain itu, konsumsi buah- buahan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen menuntut adanya
kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga produk yang baik.
Konsumsi buah jeruk penduduk Indonesia mengalami peningkatan Tabel 1. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran pola hidup kembali ke alam
back to nature, sehingga berpengaruh pada pergeseran pola makan konsumen yang lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Selain itu, masyarakat
semakin menyadari arti pentingnya sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat yang baik bagi kesehatan dan kecantikan.
Tabel 1 Konsumsi Buah Jeruk Per Kapita Penduduk Indonesia Periode 2002–2005
Tahun Konsumsi kgthn
2002 1,98
2003 2,44
2004 2,70
2005 2,60
Sumber : BPS, 2006 Hasil Susenas
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan permintaan buah yang mempengaruhi peningkatan konsumsi buah jeruk. Berdasarkan Dirjen Horti,
konsumsi buah jeruk penduduk Indonesia sebesar 10 persen dari total konsumsi buah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Proyeksi Konsumsi Buah Jeruk Dalam Negeri Indonesia Tahun 1995-2015
Tahun Jumlah
penduduk juta
Konsumsi per kapita
kgth Peningkatan
konsumsi Permintaan
ribu ton Konsumsi
jeruk 10 dari total buah
ribu ton 1995
200 30,00
- 6.000
600,00 2000
213 36,76
30,5 7.830
782,99 2005
227 45,70
32,5 10.375
1.037,39 2010
240 57,92
34,5 13.900
1.390,08 2015
254 78,74
34,5 20.000
2.000,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2004
Peningkatan konsumsi buah jeruk juga disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, akan
menyebabkan konsumen cenderung memvariasikan konsumsinya. Tabel 3 menggambarkan proporsi pengeluaran rumah tangga untuk makanan akibat
adanya peningkatan pendapatan. Semakin meningkat pengeluaran rata-rata per kapita dalam sebulan terhadap makanan, maka akan terjadi peningkatan proporsi
pengeluaran rata-rata terhadap bua h jeruk.
Tabel 3 Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Penduduk Indonesia Sebulan Menurut Kelompok Makanan
Golongan pengeluaran Rp Proporsi pengeluaran untuk jeruk Kg
60.000 0.001
60.000 – 79.999 0,001
80.000 – 99.000 0,005
100.000 – 149.999 0,009
150.000 – 199.999 0,023
200.000 – 299.999 0,049
300.000 – 499.999 0,087
500.000 0,173
Sumber : BPS, 2006
Konsumsi buah jeruk diharapkan akan terus meningkat karena kondisi konsumsi buah jeruk per kapita penduduk Indonesia pada tahun 2005 baru
mencapai 2,6 kg per kapita per tahun. Angka ini masih berada di bawah kecukupan pangan dan kesehatan yang disarankan oleh Badan Pangan Dunia
Food and Agricultural Organization untuk buah jeruk, yaitu 6,4 kg per kapita per tahun.
1
Peningkatan konsumsi buah jeruk penduduk Indonesia diikuti dengan peningkatan produktivitas jeruk lokal. Tabel 4 menunjukkan selama kurun waktu
2002-2005, peningkatan produktivitas buah jeruk sebesar 61,16 persen. Peningkatan produk tivitas buah jeruk Indonesia disebabkan oleh peningkatan
1
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2006. Tentang Budidaya Pertanian
. http:www.kai.go.idnewsreadNews.php?ID=1116CH=01. diakses tanggal 13 Januari 2007.
produksi dan luas panen. Walaupun pada tahun 2005, luas panen mengalami penurunan sebesar 6,1 persen, tetapi produktivitas buah jeruk tetap mengalami
peningkatan.
Tabel 4 Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah Jeruk di Indonesia Periode 2002 – 2005
Tahun Produksi ton
Luas Panen ha Produktivitas tonha
2002 968.132
47.824 20,24
2003 1.529.824
69.139 22,13
2004 2.071.084
72.306 28,64
2005 2.214.020
67.883 32,62
Sumber : BPS, 2006
Peningkatan konsumsi buah jeruk penduduk Indonesia diikuti dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan tarif bea masuk impor buah dari lima
persen menjadi 25 persen dan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 358KptsOT.14092005 mengenai persyaratan phytosanitary yang harus
dipenuhi oleh buah impor, yaitu pembersihan hama dan tindakan karantina buah yang masuk wilayah Indonesia. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi
jumlah impor buah, sehingga memberikan kesempatan bagi para petani jeruk lokal untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya, tetapi sampai saat ini jeruk
impor masih mendominasi pasar dalam negeri. Tabel 5 menunjukkan nilai dan volume impor buah jeruk di Indonesia
yang berfluktuasi. Peningkatan impor terjadi pada tahun 2004, sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2003 dan 2005. Penurunan jumlah jeruk impor pada
tahun 2005 sebesar 5,57 persen. Hal ini terjadi karena adanya penerapan kebijakan pemerintah, tetapi kenyataannya jumlah impor buah jeruk pada tahun 2005 masih
menunjukkan angka yang tinggi.
Tabel 5 Nilai dan Volume Impor Buah Jeruk Indonesia Periode 2002 – 2005
Tahun Volume kg
Nilai US 2002
79.639.711 53.678.655
2003 59.534.727
49.239.585 2004
95.744.709 51.831.710
2005 90.409.222
39.417.189
Sumber : BPS, 2006 Hasil Susenas
Fenomena impor jeruk terjadi sejak pemerintah membuka tataniaga impor melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.135 tahun 1991, yang dikenal
dengan paket Juni 1991. Selain itu, pemerintah juga menghapus pengetatan terhadap impor buah yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan
No.505 Tahun 1982. Kebijakan impor ini dinilai longgar karena tarif bea masuk sangat rendah yaitu lima persen dan tidak diterapkannya kuota impor sesuai
ketentuan WTO yang mengatur impor buah kurang dari lima persen. Adapun tujuan pemerintah melakukan impor buah karena pada tahun 1991 terdapat selisih
produk si dan konsumsi buah-buahan, yaitu sekitar 5 kg per kapita per tahun atau kekurangan pasokan buah segar sekitar 900.00 ton per tahun.
2
Seiring dengan perkembangan zaman, pola hidup masyarakat mengalami perubahan. Perubahan pola hidup ini digambarkan dengan adanya kepedulian
masyarakat terhadap keamanan pangan dan kualitas produk, terutama di daerah perkotaan. Kepedulian tersebut dapat dilihat dari pemilihan produk yang dibeli
dan semakin banyaknya konsumen yang memilih ritel modern untuk membeli makanan segar.
Alasan konsumen memilih ritel modern sebagai tempat berbelanja karena saat ini konsumen menginginkan tempat berbelanja yang nyaman,
lokasinya mudah dicapai, dan ragam barang yang tinggi, sehingga tidak perlu
2 Anonim. 2006. Membanjrnya Buah Impor di Indonesia.
http:www.kai.go.idnewsreadNews.php?ID=1116CH=01. diakses tanggal 13 Januari 2007.
membuang waktu untuk mencari ke tempat lain. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah ritel modern di Indonesia.
Berdasarkan Tabel 6, peningkatan jumlah ritel modern yang tinggi terjadi pada hipermarket. Dalam kurun waktu tiga tahun tahun 2002-2005, hipermarket
di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 82 ritel atau menjadi 92 ritel. Jumlah hipermarket yang meningkat tidak hanya membuka pangsa pasar baru
tetapi juga mengambil share pasar tradisional. Hal ini karena konsep hipermarket yang menjual barang dalam rentang kategori barang yang sanga t luas, menjual
hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen.
Tabel 6 Jumlah Ritel Modern di Indonesia Tahun 2002 dan 2005
Ritel modern Tahun 2002
Tahun 2005 Hipermarket
Minimarket Supermarket
10 1035
1297 92
6191 1209
Total 7452
7452
Sumber : AC Nielsen dalam Majalah MIX, Desember 2005
1.2 Perumusan Masalah