Model Model pengembangan taman nasional laut optimalisasi pengelolaan perikanan tangkap di Taman Nasional Karimunjawa

sehingga model merupakan alat yang sangat berguna dalam mengevaluasi keadaan ataupun mendasari pengambilan keputusan. Model menurut Seijo et al. 1998 berisi hubungan antara subsistem dan jika akurat dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengevaluasi dampak bioekonomi alternatif strategi manajemen dan untuk membuat percobaan simulasi. Kosasi 2002 menyatakan model sebagai suatu tiruan dari kondisi yang sebenarnya, atau sebagai representasi atau formulasi dalam suatu sistem nyata, atau penyederhanaan abstraksi dari sistem yang nyata dari sebuah kejadian atau objek tertentu. Turban and Aronson 1998 menyatakan bahwa yang mendorong orang untuk membuat model adalah kenyataan bahwa hanya sebagian saja dari komponen-komponen pada suatu sistem nyata yang benar- benar dapat menentukan perilaku sistem untuk suatu persoalan yang sedang teramati. Hal ini mengisyaratkan bahwa penggunaan model merupakan suatu penyederhanaan masalah dengan tetap mempertahankan validitasnya. Model secara umum digunakan untuk memberikan sebuah gambaran, penjelasan dan perkiraan dari realitas yang diselidiki. Pendekatan penggunaan model biasanya dikenal dengan istilah simulasi. Jenis model pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga Eriyatno 2003, yaitu: 1 model ikonik fisik, adalah perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda, mempunyai karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan amat sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik dapat berdimensi dua foto, peta, cetak biru atau berdimensi tiga prototip mesin, alat; 2 model analog diagramatik, yaitu keadaan berubah menurut waktu. Model analog banyak berkesesuaian dengan penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan klas-klas yang berbeda. Contoh dari model analog ini adalah kurva permintaan, kurva distribusi frekuensi pada statistik dan diagram alir. Model analog dipakai karena kesederhanaan namun efektif pada situasi yang khas; dan 3 model simbolik matematik, format model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol dan rumus. Jenis model simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan. Pemodelan atau modeling adalah suatu gugus aktivitas pembuatan model. Pemodelan mencakup suatu pemilihan dari karakteristik dari perwakilan abstrak yang paling tepat pada situasi yang terjadi Eriyatno 2003. Pemodelan sistem dimulai dengan melakukan analisis terhadap kinerja sistem saat ini dan mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan sistem.

2.6 Efektivitas Pengelolaan

Keefektifan pengelolaan adalah tingkat sejauh mana upaya pengelolaan mencapai tujuan Hockings et al. 2000. Pada suatu kawasan perlindungan laut KPL atau TNL, beragam hal seperti faktor-faktor biofisik, tata-kelola dan sosio- ekonomi dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja pengelolaan secara menyeluruh, dan tingkat dimana KPL yang sedang dikelola, pada akhirnya, dapat mempengaruhi perubahan pada beberapa atau semua faktor terkait Parks et al. 2006. Jadi, proses untuk mengevaluasi keefektifan pengelolaan perlu melibatkan evaluasi terhadap tiga faktor yang mempengaruhi pengelolaan kawasan tersebut. Aspek ekologi meliputi parameter ekologi dan biologi yang dijadikan indikator pengukuran efektifitas. Aspek ekologi merupakan aspek dampak ekologi dari keberadaan TKNJ yang diukur secara insitu dengan menggunakan teknik-teknik survei SDI. Penilaian aspek ekologi didasarkan kepada perubahan ekosistem ataupun parameter biologi yang telah ditentukan. Parameter yang dapat dijadikan sebagai indikator menurut WCS 2009 diantaranya adalah: 1 penutupan habitat terumbu karang, padang lamun, mangrove, 2 biomassa ikan karang, ikan yang dilindungi, atau ikan indikator, 3 kelimpahan ikan karang, ikan yang dilindungi, atau ikan indikator, 4 rekruitmen ikan, dan 5 kelimpahan atau biomassa spesies yang dilindungi atau spesies indikator. Pengukuran aspek sosial-ekonomi dianalisis dari tiga kriteria umum, yaitu 1 kriteria efisiensi produktivitas, 2 kriteria keberlanjutan sosial dan biologi, dan 3 kriteria pemerataan Nikijuluw 2002. Kriteria efisiensi atau produktivitas, yaitu kriteria penilaian kinerja suatu rezim dengan melihat besaran magnitude output yang dihasilkan rezim tersebut secara relatif dibandingkan output rezim lain. Kriteria keberlanjutan suatu rezim pengelolaan dapat dinilai dari sikap masyarakat untuk menjaga lingkungan dan sumber daya alam stewardship dan kelenturan resilience sistem. Kriteria pemerataan adalah suatu hal yang paling banyak disoroti masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat tidak puas dengan apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka alami WCS 2009. Pengukuran aspek tata kelola merupakan pengukuran terhadap kegiatan- kegiatan pengelolaan yang dilakukan baik pada saat inisiasi pembentukan kawasan konservasi perairan maupun setelah kawasan konservasi perairan telah terkelola. Penilaian aspek tata kelola menggunakan teknik yang telah disusun Staub and Hatziolos 2004, dan dimodifikasi seusai kondisi TNKJ. Penilaian dilakukan terhadap enam hal, yaitu 1 ancaman dan kebijakan pengelolaan; 2 rencana pengelolaan; 3 input pengelolaan sumberdaya; 4 proses atau cara pengelolaan;5 program dan tindakan pengelolaan; dan 6 dampak dan tingkat pencapaian tujuan pengelolaan. Kawasan konservasi, seperti TNL, pada dasarnya dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup, baik manusia maupun ekosistem lainnya Fauzi et al. 2007. Manfaat-manfaat tersebut sebagian merupakan manfaat langsung yang bisa dihitung secara moneter dan manfaat tidak langsung yang sering tidak bisa dikuantifikasi secara moneter. Namun, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kawasan konservasi laut KKL memiliki nilai ekonomi yang tinggi, yang bersifat tangible terukur dan tidak terukur intangible. Manfaat terukur biasanya digolongkan dalam manfaat kegunaan baik yang dikonsumsi maupun tidak, sedangkan manfaat tidak terukur berupa manfaat non-kegunaan yang lebih bersifat pemeliharaan ekosistem jangka panjang. TNKJ sebagai KKL dengan kekayaan biodiversity yang cukup tinggi, namun juga sebagai daerah yang berfungsi sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi kawasan sekitarnya yang dimanfaatkan secara multi-use, dikahawatirkan akan berdampak terhadap penurunan, baik kualitas maupun kuantitas SDI dan ekosistemnya. Studi valuasi ekonomi, sebagai salah satu dasar pengelolaan, menjadi sangat penting untuk memahami sejauhmana TNKJ memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Manfaat ini harus dinilai secara ekonomi agar input kebijakan pengelolaan wilayah dapat dilakukan secara komprehensif.

2.7 Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tangkap

1 Sumber daya ikan unggulan Sumber daya ikan SDI unggulan atau biasa disebut komoditas unggulan menurut Hendayana 2003 merupakan suatu jenis komoditas yang paling diminati dan memiliki nilai jual tinggi serta diharapkan mampu memberikan pemasukan yang besar dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Penentuan komoditas ikan unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan