2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Pulau kecil menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil PWP3K, Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Kepmen KP No. 18 Tahun 2008 tentang Akreditasi terhadap Program PWP3K, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Permen KP
No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan PWP3K, adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km
2
beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau- pulau kecil adalah kumpulan beberapa pulau kecil yang membentuk kesatuan
ekosistem dengan perairan di sekitarnya. Karakteristik pulau kecil menurut Penjelasan UU No. 27 Tahun 2007
adalah terpisah dari pulau besar, sangat rentan terhadap perubahan yang disebabkan oleh alam dan atau manusia, memiliki keterbatasan daya dukung
pulau, apabila berpenghuni, penduduknya mempunyai kondisi sosial dan budaya yang khas, dan ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar
pulau, baik pulau induk maupun pulau kontinen. Pemanfaatan pulau-pulau kecil menurut Permen KP No. 20MEN2008
tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di sekitarnya, harus dilakukan untuk kepentingan pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan
budaya dengan berbasis masyarakat dan secara berkelanjutan. Pemanfaatan pulau-pulau kecil tersebut harus memperhatikan aspek:
1 Keterpaduan antara kegiatan pemerintah dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam perencanaan dan
pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya. 2 Kepekaan atau kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya
dukung lingkungan, dan sistem tata air suatu pulau kecil. 3 Ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan konservasi.
4 Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. 5 Politik yang mencakup fungsi pertahanan, keamanan, dan kedaulatan NKRI.
6 Teknologi ramah lingkungan. 7 Budaya dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal dan tradisional.
Pasal 35 UU No. 27 tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang untuk:
1 menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang,
2 mengambil terumbu karang di kawasan konservasi, 3 menggunakan bahan peledak, bahan beracun, danatau bahan lain yang
merusak ekosistem terumbu karang, 4 menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak ekosistem
terumbu karang, 5 menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem mangrove yang
tidak sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, 6 melakukan konversi ekosistem mangrove di kawasan atau zona budidaya
yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir dan pulau-pulau kecil,
7 menebang mangrove di kawasan konservasi untuk kegiatan industri, pemukiman, danatau kegiatan lain,
8 menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun, 9 melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis,
ekologis, sosial, danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan danatau merugikan masyarakat
sekitarnya, 10 melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara
teknis, ekologis, sosial, danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan
danatau pencemaran
lingkungan danatau
merugikan masyarakat sekitarnya,
11 melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan,
danatau pencemaran lingkungan, danatau merugikan masyarakat sekitarnya, dan
12 melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan danatau merugikan masyarakat sekitarnya.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut Permen KP No. 162008 adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara
ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan PWP3K merupakan suatu proses penyusunan tahap-