Valuasi ekonomi TNKJ Pengelolaan TNKJ .1 Efektivitas pengelolaan TNKJ
Tabel 11 Manfaat ekonomi langsung dari kegiatan perikanan tangkap menurut alat tangkap di TNKJ
No Alat tangkap
Biayaunit x Rp 1 juta
Pendapatan Kotorunitth
x Rp1 juta Pendapatan
Bersihunitth x Rp 1 juta
Jumlah unit
Total x Rp 1 juta
1. Gillnet
148 169
21 168
3,528 2.
Bagan perahu 164
205 41
167 6,847
3. Bubu
8 12
4 135
540 4.
P. Tonda 141
196 55
336 18,480
5. Muroami
264 350
86 13
1,118
Total 30.513
Jika dilihat dari pendapatan bersih per unit alat tangkap, maka muroami merupakan alat tangkap yang memiliki pendapatan bersih terbesar, disusul
dengan pancing tonda dan bagan perahu, sedangkan pendapatan bersih terkecil diperoleh dari bubu. Namun muroami sebagaimana telah diuraikan dalam
bagian metodologi Bab 3, merupakan alat tangkap yang dilarang beroperasi di dalam TNKJ dan berasal dari luar Karimunjawa Kepulauan Seribu, sehingga
tidak direkomendasikan dalam penelitian ini.
2 Manfaat tidak langsung
Manfaat tidak langsung dari kegiatan wisata berupa biaya perjalanan wisatawan dan kesediaan untuk membayar willing to pay karcis masuk TNKJ.
Biaya perjalanan wisatawan dihitung berdasarkan pengeluaran wisatawan yang dibutuhkan selama berkunjung ke TNKJ pada tahun 20092010, serta kesediaan
membayar karcis masuk ke dalam TNKJ. Biaya perjalanan wisatawan ke TNKJ disajikan pada Tabel 12 dan WTP karcis atau tiket masuk ke kawasan TNKJ
disajikan pada Tabel 13. Tabel 12 Komponen biaya perjalanan pengunjung TNKJ tahun 20092010
No. Jenis Biaya
Komponen Biaya Rp Minimum
Rata-rata Maksimum
1. Transport
198.000 727.925
2.000.000 2.
Menginap 25.000
206.013 875.000
3. Makan
45.000 204.813
680.000 4.
Guide 28.375
700.000 5.
Sewa 186.538
2.100.000 6.
Souvenir 24.563
300.000
Total 268.000
1.378.227 6.655.000
Keterangan : = sewa perahu, sewa motor, sewa peralatan diving dan snorkeling
Tabel 13 Willing to pay wisatawan terhadap karcis masuk TNKJ tahun 2009
No. Nilai Rp
Jumlah Responden atau ni orang
Total Rp 1.
2.500 33
82.500,00 2.
5.000 33
165.000,00 3.
10.000 14
140.000,00 Jumlah
80 387.500,00
Rata-rata 4.843,75
Jika jumlah wisatawan pada tahun 2009 mencapai sebanyak 8.156 orang, maka biaya perjalanan berkunjung minimum ke TNKJ adalah Rp. 2.186 juta;
biaya perjalanan berkunjung rata-rata Rp. 11.241 juta; dan biaya perjalanan berkunjung maksimum Rp. 54.278 juta. Nilai total WTP dari pengunjung TNKJ
selama tahun 2009 sebesar adalah Rp. 39,5 juta. Jika diambil nilai rata-rata, maka total manfaat dari kegiatan wisata sebesar Rp. 11.281 juta. Hasil tersebut
menunjukkan nilai manfaat langsung dari kegiatan perikanan tangkap Tabel 11 jauh lebih tinggi jika dibandingkan nilai manfaat dari sektor pariwisata.
3 Manfaat keberadaan ekosistem TNKJ
Ekosistem yang divaluasi meliputi empat ekosistem penting yang ada di TNKJ, yaitu hutan tropis dataran rendah, terumbu karang, mangrove, dan
padang lamun. Manfaat ekonomi ekosistem hutan tropis dataran rendah dihitung berdasarkan nilai ekonomi hutan Indonesia yang dikeluarkan tahun 2004 oleh
NRM dan Suparmoko yang disajikan pada Lampiran 9. Perhitungan manfaat ekonomi keberadaan hutan tropis dataran rendah, terumbu karang, mangrove
dan padang lamun disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Nilai ekonomi ekosistem TNKJ tahun 2009
No. Ekosistem
Luas ha
Nilai Ekonomi USha
Total Nilai Ekonomi US
1. Hutan tropis dataran rendah
1.286 297
381.942 2.
Terumbu karang 713
710 506.230
3. Mangrove
397 828
328.716 4.
Padang lamun 97
350 33.950
Total 1.250.838
Sumber: WCS 2009 Nilai manfaat ekonomi ekosistem di TNKJ berdasarkan Tabel 14 adalah
sebesar US 1.250.838 atau Rp. 11.258 juta US 1 = Rp. 9.000,00. Nilai ekonomi ekosistem terumbu karang menyumbang nilai terbesar dalam nilai
ekonomi ekosistem, diikuti mangrove dan hutan tropis dataran rendah. Namun
jika dilihat dari nilai ekonomi per ha, maka nilai ekonomi mangove per ha menduduki nilai tertinggi, disusul oleh terumbu karang, lamun, dan hutan tropis
dataran rendah. Perbandingan antara ketiga jenis nilai manfaat dari keberadaan TNKJ,
yaitu perikanan tangkap, wisata, dan ekosistem, disajikan pada Gambar 10. Berdasarkan ketiga jenis nilai manfaat ekonomi Gambar 10, yaitu perikanan
tangkap; pariwisata; dan ekosistem; diketahui nilai manfaat ekonomi terbesar berasal dari kegiatan perikanan tangkap yaitu sebesar Rp. 30.513 juta 57,52,
kemudian kegiatan wisata Rp. 11.281 juta 21,26 dan ekosistem Rp. 11.258 juta 21,22. Nilai tersebut menunjukkan manfaat dari kegiatan perikanan
tangkap lebih tinggi dibandingkan manfaat dari kegiatan wisata dan ekosistem.
Gambar 10 Persentase nilai manfaat ekonomi TNKJ. Jika dilihat dari ketiga nilai manfaat tersebut Gambar 10, maka nilai total
manfaat keberadaan TNKJ adalah sebesar Rp. 53.051 juta. Nilai tersebut merupakan nilai korbanan opportunity cost atau nilai ekonomi minimum yang
harus ditanggung oleh masyarakat jika kawasan TNKJ mengalami kerusakan. Berdasarkan nilai manfaat tersebut, terlihat bahwa kegiatan perikanan
tangkap memberikan nilai manfaat ekonomi yang lebih dominan dibanding nilai manfaat yang lain wisata dan ekosistem. Untuk mengetahui bagaimana model
pengelolaan perikanan tangkap yang optimal di TNKJ guna peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dan keberlanjutan SDI, dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode pendekatan sistem, sehingga dapat dipahami sifat kompleksitas dari sistem perikanan tangkap yang ada di TNKJ.
5.2 Deskripsi Sistem Perikanan Tangkap di TNKJ 5.2.1 Kerangka pendekatan sistem
Pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ melibatkan banyak pihak di dalamnya. Kewenangan pengelolaan TNKJ menjadi wewenang Balai TNKJ.
Pengembangan dan pengelolaan wilayah, termasuk pengelolaan perikanan di daerah, di sisi lain, merupakan wewenang pemerintah daerah yang mendapat
pelimpahan kewenangan sebagai bentuk penerapan kebijakan otonomi daerah desentralisasi. Demikian pula kegiatan perikanan tangkap yang menjadi mata
pencaharian mayoritas penduduk setempat menjadikan Dinas Kelautan dan Perikanan DKP sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
perikanan, serta stakeholders lain yang juga terlibat dalam kegiatan perikanan tangkap di kawasan TNKJ. Sesuai dengan kompleksitas dan kedinamisan dalam
pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ, maka pengembangan perikanan tangkap di TNKJ idealnya berdasarkan konsep pendekatan sistem.
Pendekatan sistem dimulai dengan melakukan analisis sistem, yang meliputi tahap analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi
sistem. Berdasarkan pengamatan dan pendalaman awal terhadap perilaku sistem perikanan tangkap di TNKJ, diperoleh hasil analisis sistem yang meliputi
tiga tahap, yang diuraikan sebagai berikut.
1 Hasil analisis kebutuhan
Komponen pelaku yang terlibat dalam sistem perikanan tangkap di TNKJ diidentifikasi melalui pemahaman dan pendalaman terhadap kondisi di lapangan.
Stakeholders atau pelaku yang terlibat dalam pengelolaan perikanan tangkap di Karimunjawa terdiri dari 11 pelaku, yaitu nelayan; bakul; Dinas Kelautan dan
Perikanan DKP; Balai TNKJ BTNKJ ; PPP Karimunjawa; konsumen; lembaga pendidikan dan penelitian; Pemerintah Daerah Pemda; investor; lembaga
keuangan; dan masyarakat yang hidup di dalam TNKJ Tabel 15. Masing- masing pelaku memiliki kebutuhan atau kepentingan yang berbeda-beda
terhadap kegiatan perikanan tangkap di TNKJ. Terdapat kebutuhan yang saling mendukung sinergis, kurang harmonis atau saling bertentangan, maupun yang
bersifat netral. Hubungan kebutuhan antar stakeholders dianalisis dengan stakeholder analysis yang dilakukan dengan mengacu pada Keulartz and Zwart
2004, yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi perikanan tangkap di TNKJ,
sehingga hubungan kebutuhan antar stakeholders dapat digambarkan secara lebih mendalam. Hasil stakeholder analysis disajikan dalam bentuk matriks pada
Tabel 16. Tabel 15 Pelaku dan kebutuhan dari pelaku pengelolaan perikanan tangkap di
Karimunjawa
No. Pelaku
Kebutuhan No.
Pelaku Kebutuhan
1.
2.
3.
4.
5. Nelayan
Bakul Dinas
Kelautan dan
Perikanan DKP
BTNKJ PPP
Karimunjawa a Harga jual hasil
tangkapan tinggi b Kontinuitas kerja
c Kesejahteraan meningkat
d Tersedianya prasarana penangkapan yang
memadai a Pasokan ikan kontinu
dan segar b Harga ikan yang
menguntungkan c Keberlanjutan usaha
a Perlindungan SDI untuk keberlanjutan perikanan
b Pemberdayaan nelayan c Penerapan kebijakan
perikanan tangkap yang menguntungkan semua
pihak d Penegakan hukum
a Kelestarian SDI b Kelestarian habitat
perairan, terutama terumbu karang
c Kontinuitas data dan informasi SDI
d Penerapan kebijakan konservasi dan
pemanfaatan a Kontinuitas aktivitas di
pelabuhan perikanan b Tertatanya pelayanan
operasional dengan baik dan lancar
c Fasilitas pelabuhan terus meningkat
6.
7.
8.
9.
10.
11. Konsumen
Lembaga Pendidikan
dan Penelitian
Pemda Investor
Lembaga Keuangan
Masyarakat Karimunjawa
a Harga ikan terjangkau b Kontinuitas produksi
ikan a Data dan informasi
perikanan tangkap b Data dan informasi
perairan c Data dan informasi
wilayah d Pemberdayaan nelayan
a Menjaga kestabilan harga ikan
b Peningkatan PAD c Peningkatan lapangan
kerja d Pengelolaan perikanan
e Pengelolaan perairan f Peningkatan aktvitas
perikanan tangkap a Keterjaminan
pengembalian modal b Kelayakan usaha untuk
investasi a Keterjaminan tingkat
pengembalian kredit b Peningkatan jumlah
nasabah c Kelayakan usaha untuk
pengajuan kredit a Peningkatan
perekonomian masyarakat
b Keberlanjutan usaha c Tercipta lapangan kerja