Alat tangkap Profil Perikanan Tangkap

Jenis alat tangkap yang berkembang dan digunakan secara turun temurun diantaranya pancing ulur, pancing tonda, jaring insang, bagan perahu, dan bubu. Jenis alat tangkap muroami mulai masuk di Karimunjawa sejak tahun 2000-an. Muroami awalnya dibawa oleh nelayan-nelayan pendatang dari Kepulauan Seribu. Kemudian ada sebagian yang menetap di Karimunjawa, ada juga yang memang hanya bekerja untuk juragan mereka di Karimunjawa. Jenis bubu juga masih digunakan meskipun jumlahnya terus mengalami penurunan Tabel 8. Nelayan bubu umumnya melakukan penangkapan dengan bubu sepanjang tahun tidak memiliki alat tangkap jenis lain. Nelayan pancing tonda, umumnya menggunakan pancing tonda selama enam bulan Agustus-Januari, dan juga menggunakan pancing ulur Februari-Juli. Nelayan gillnet umumnya menggunakan gillnet selama tiga bulan Februari-April, kemudian juga menggunakan ulur Mei-Juli dan tonda Agustus-Januari. Nelayan bagan perahu biasanya menggunakan bagan perahu selama tujuh bulan April- Oktober, dan setelah tidak musim ikan teri, dan beralih menggunakan pancing ulur November-Maret. Kombinasi jenis alat tangkap yang beragam ini menunjukkan nelayan di Karimunjawa telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang modern dalam memanfaatkan SDI. Nelayan tidak secara terus menerus melakukan eksploitasi terhadap jenis ikan tertentu, tetapi berubah menurut musim dan keberadaan ikan. Perubahan jenis ikan yang ditangkap juga menunjukkan perubahan daerah penangkapan ikan DPI. Hal tersebut menunjukkan nelayan telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam memanfaatkan SDI dan mencari DPI yang sesuai dengan musim ikan. Kondisi tersebut juga menunjukkan nelayan dapat terus melakukan kegiatan penangkapan sepanjang tahun. Alat tangkap pancing ulur dan tonda biasa digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, seperti tengiri dan tongkol yang merupakan ikan sasaran utama dari pancing tonda, sedangkan bagan perahu biasa digunakan untuk menangkap ikan teri. Nelayan-nelayan di Karimunjawa biasanya memiliki berbagai jenis alat tangkap, hal ini dilakukan agar para nelayan dapat tetap melakukan kegiatan penangkapan ikan sepanjang tahun, sehingga meskipun terjadi pergantian musim, nelayan dapat tetap melakukan penangkapan ikan. Muroami mulai ada dan beroperasi di Karimunjawa sejak tahun 2000-an. Muroami yang ada di Karimunjawa merupakan alat tangkap yang di bawa oleh nelayan pendatang dari Pulau Seribu dengan ukuran kapal 70 PK. Biasanya nelayan muroami berkelompok 10-14 orang dengan ikan sasaran ekor kuning. Daerah operasi penangkapan ikan dengan muroami adalah daerah Karang Kapal, perairan sebelah timur Karimunjawa, Pulau Kemujan, Krakal Besar, Krakal Kecil, Nyamuk, Parang, Menyawakan, Bengkoang, Cemara, Cilik, Geleang, Burung, dan seruni. Kegiatan muroami sering mengancam degradasi sumber daya perikanan yang ada di kawasan TNKJ dan sering menimbulkan konflik dengan nelayan tradisional, sehingga perlu adanya pengaturan dan pengawasan dari instansi atau pihak terkait mengenai masalah ini, atau dengan pemberian sanksi yang jelas dan berat terhadap penggunaan muroami serta pengenalan aturan-aturan lokal local wisdom terhadap nelayan-nelayan pendatang Irnawati 2008.

4.2.3 Produksi perikanan

Perkembangan produksi ikan di Karimunjawa selama kurun waktu lima tahun terakhir 2005-2009 disajikan pada Gambar 7. Perkembangan produksi perikanan berdasarkan jenis ikan disajikan pada Tabel 10. Gambar 7 Keadaan produksi ikan ton di Karimunjawa tahun 2005-2009 Sumber: PPP Karimunjawa 2010. Produksi ikan di Karimunjawa yang disajikan pada Gambar 7 menunjukkan terjadi peningkatan produksi sejak tahun 2006-2008, meskipun kemudian mengalami penurunan pada tahun 2009. Jika produksi ikan secara keseluruhan dibandingkan dengan kondisi jumlah produksi per jenis ikan Tabel 10, maka jenis ikan ekor kuning mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama tahun 2006-2008, dan cukup besar produksinya. Kondisi tersebut menunjukkan muroami menyumbang produksi tertinggi dibanding alat tangkap yang lain. Tabel 10 Keadaan jumlah produksi jenis ikan kg di Karimunjawa 2005-2009 Jenis Ikan Produksi kg 2005 2006 2007 2008 2009 Ekor kuning 61.840 44.276 112.352 279.085 98.693 Tengiri 19.597 40.510 60.142 53.361 21.230 Tongkol 15.607 21.545 44.426 51.575 41.490 Kerapu 1.846 7.611 13.583 8.052 6.052 Teri 108.070 2.798 81.115 59.700 57.390 Kuwe Badong 5.027 5.279 32.767 31.039 32.466 Cumi 5.700 4.250 2.800 68.127 51.890 Ikan Lain-lain 1.780. 371 17.540 104.485 77.729 61.681 Sumber: PPP Karimunjawa 2010 Jenis ikan tertentu seperti ekor kuning, tengiri, tongkol, kerapu, kuwe, dan teri Tabel 10 mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak 2005. Hal ini diduga karena kegiatan penangkapan jenis ikan tersebut sangat intensif. Misal untuk ekor kuning dengan alat tangkap muroami, kegiatan penangkapannya dilakukan hampir sepanjang tahun delapan bulan, dari bulan Agustus hingga Maret. Meskipun saat penelitian ini dilakukan, masih tersisa satu unit muroami yang masih beroperasi. Muroami merupakan alat tangkap yang dilarang dioperasikan di dalam TNKJ, namun masih adanya muroami yang beroperasi merupakan bukti bahwa penegakan hukum belum sepenuhnya dilakukan dan pengawasan belum optimal.

4.2.4 Nelayan

Perkembangan jumlah nelayan di Kepulauan Karimunjawa selama lima tahun terakhir 2005-2009 berdasarkan data DKP Jepara disajikan pada Gambar 8. Jumlah nelayan di Karimunjawa terus mengalami penurunan sejak tahun 2006 hingga 2008, dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2009. Jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dan setelah itu cenderung mengalami jumlah yang stagnan. Jumlah juragan meningkat tajam pada tahun 2006 sebanyak 761 orang disbanding tahun 2006 sebanyak 299 orang, dan jumlahnya tidak mengalami penambahan yang berarti sejak tahun 2007-2009. Jumlah nelayan menurut DKP Jepara tahun 2009 sebanyak 2.844 orang. Data DKP Jepara sedikit di atas jumlah nelayan yang terdata menjadi anggota di KUD yaitu sebanyak 2.062 orang. Sedangkan berdasarkan data demografi dari kantor Kecamatan Karimunjawa 2010 jumlah penduduk yang memiliki mata