Jumlah kapal yang ada di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan data PPP Karimunjawa terus mengalami penurunan sejak tahun 2007 Tabel 8, hal ini
karena data yang ada di PPP Karimunjawa merupakan jumlah kapal yang melakukan tambat labuh. Sejak 2006 aktivitas di PPP Karimunjawa telah
mengalami penurunan, yang berakibat juga pada penurunan jumlah kunjungan kapal. Jenis perahu atau kapal yang digunakan oleh nelayan di Karimunjawa
disajikan pada Lampiran 4-Lampiran 7.
4.2.2 Alat tangkap
Perkembangan jumlah alat tangkap di Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 9. Jika dibandingkan dengan data yang dikeluarkan oleh DKP Kab.
Jepara, jumlah alat tangkap terdapat perbedaan. Bagan perahu sebanyak 115 unit, pancing 932 unit, muroami 13 unit, bubu 573 unit, dan gillnet 168 unit.
Perbedaan nilai terbesar ada pada alat tangkap pancing, muroami, dan bubu. Alat tangkap gillnet tidak didata oleh PPP Karimunjawa, karena umumnya
nelayan menggunakannya secara bergantian dengan alat tangkap pancing. Kondisi di lapangan selama penelitian menunjukkan jumlah alat tangkap
muroami yang masih beroperasi berjumlah satu unit dengan tiga buah kapal. Pengoperasian bubu di Karimunjawa masih ada sebagian nelayan yang
melakukan operasi secara tradisional menggunakan perahu tanpa mesin. Tabel 9 Keadaan jumlah dan jenis alat tangkap di Karimunjawa tahun 2005-
2009
Tahun Bagan perahu
Pancing Ulur Muroami
Bubu Jumlah
2005 3.247
1.213 1.953
6.413 2006
611 917
718 371
2.617 2007
624 2.043
1.765 606
5.038 2008
130 565
419 215
1.329 2009
167 336
226 135
864
Sumber : PPP Karimunjawa 2010 Penurunan jumlah alat tangkap yang terus terjadi sejak tahun 2006 kecuali
2007 diduga disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan semakin berkurangnya jumlah alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Karimunjawa.
Berdasarkan kondisi di lapangan, misalnya, jumlah alat tangkap muroami tinggal satu unit dengan tiga buah kapal dan 15-20 orang nelayan.
Jenis alat tangkap yang berkembang dan digunakan secara turun temurun diantaranya pancing ulur, pancing tonda, jaring insang, bagan perahu, dan bubu.
Jenis alat tangkap muroami mulai masuk di Karimunjawa sejak tahun 2000-an. Muroami awalnya dibawa oleh nelayan-nelayan pendatang dari Kepulauan
Seribu. Kemudian ada sebagian yang menetap di Karimunjawa, ada juga yang memang hanya bekerja untuk juragan mereka di Karimunjawa. Jenis bubu juga
masih digunakan meskipun jumlahnya terus mengalami penurunan Tabel 8. Nelayan bubu umumnya melakukan penangkapan dengan bubu sepanjang
tahun tidak memiliki alat tangkap jenis lain. Nelayan pancing tonda, umumnya menggunakan pancing tonda selama enam bulan Agustus-Januari, dan juga
menggunakan pancing ulur Februari-Juli. Nelayan gillnet umumnya menggunakan gillnet selama tiga bulan Februari-April, kemudian juga
menggunakan ulur Mei-Juli dan tonda Agustus-Januari. Nelayan bagan perahu biasanya menggunakan bagan perahu selama tujuh bulan April-
Oktober, dan setelah tidak musim ikan teri, dan beralih menggunakan pancing ulur November-Maret.
Kombinasi jenis alat tangkap yang beragam ini menunjukkan nelayan di Karimunjawa telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang modern dalam
memanfaatkan SDI. Nelayan tidak secara terus menerus melakukan eksploitasi terhadap jenis ikan tertentu, tetapi berubah menurut musim dan keberadaan ikan.
Perubahan jenis ikan yang ditangkap juga menunjukkan perubahan daerah penangkapan ikan DPI. Hal tersebut menunjukkan nelayan telah memiliki
pengetahuan yang cukup baik dalam memanfaatkan SDI dan mencari DPI yang sesuai dengan musim ikan. Kondisi tersebut juga menunjukkan nelayan dapat
terus melakukan kegiatan penangkapan sepanjang tahun. Alat tangkap pancing ulur dan tonda biasa digunakan untuk menangkap