Deskripsi Sistem Perikanan Tangkap di TNKJ .1 Kerangka pendekatan sistem

sehingga hubungan kebutuhan antar stakeholders dapat digambarkan secara lebih mendalam. Hasil stakeholder analysis disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel 16. Tabel 15 Pelaku dan kebutuhan dari pelaku pengelolaan perikanan tangkap di Karimunjawa No. Pelaku Kebutuhan No. Pelaku Kebutuhan 1. 2. 3. 4. 5. Nelayan Bakul Dinas Kelautan dan Perikanan DKP BTNKJ PPP Karimunjawa a Harga jual hasil tangkapan tinggi b Kontinuitas kerja c Kesejahteraan meningkat d Tersedianya prasarana penangkapan yang memadai a Pasokan ikan kontinu dan segar b Harga ikan yang menguntungkan c Keberlanjutan usaha a Perlindungan SDI untuk keberlanjutan perikanan b Pemberdayaan nelayan c Penerapan kebijakan perikanan tangkap yang menguntungkan semua pihak d Penegakan hukum a Kelestarian SDI b Kelestarian habitat perairan, terutama terumbu karang c Kontinuitas data dan informasi SDI d Penerapan kebijakan konservasi dan pemanfaatan a Kontinuitas aktivitas di pelabuhan perikanan b Tertatanya pelayanan operasional dengan baik dan lancar c Fasilitas pelabuhan terus meningkat 6. 7. 8. 9. 10. 11. Konsumen Lembaga Pendidikan dan Penelitian Pemda Investor Lembaga Keuangan Masyarakat Karimunjawa a Harga ikan terjangkau b Kontinuitas produksi ikan a Data dan informasi perikanan tangkap b Data dan informasi perairan c Data dan informasi wilayah d Pemberdayaan nelayan a Menjaga kestabilan harga ikan b Peningkatan PAD c Peningkatan lapangan kerja d Pengelolaan perikanan e Pengelolaan perairan f Peningkatan aktvitas perikanan tangkap a Keterjaminan pengembalian modal b Kelayakan usaha untuk investasi a Keterjaminan tingkat pengembalian kredit b Peningkatan jumlah nasabah c Kelayakan usaha untuk pengajuan kredit a Peningkatan perekonomian masyarakat b Keberlanjutan usaha c Tercipta lapangan kerja Tabel 16 Analisis stakeholder perikanan tangkap di TNKJ Stake- holders 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 S 3 S S 4 K N K 5 S S S K 6 S S N N N 7 S S S S S S 8 S S S K S S S 9 S S S S S N S S 10 S S N N N N N N S 11 N N N N N N N N N N Keterangan: S = saling mendukung sinergis N = netral K = kurang harmonis Dalam kajian ini stakeholders tidak dibedakan sebagaimana dalam kajian Keulartz dan Zwart, dengan melakukan pengelompokan antar stakeholders yang terlibat yaitu instansi pemerintah; masyarakat lokal; organisasi komersial; dan organisasi non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat LSM. Namun dilakukan berdasarkan penguraian kebutuhan masing-masing stakeholder yang terlibat 11 stakeholders sebagaimana diuraikan pada Tabel 15, sehingga dapat memperjelas jenis hubungan yang terbentuk antar stakeholders. Berdasarkan matriks hubungan antar stakeholders Tabel 16 diketahui terdapat hubungan yang kurang harmonis antara BTNKJ dengan stakeholder lainnya. Hubungan yang kurang harmonis terjadi antara BTNKJ 4 dengan nelayan 1; antara BTNKJ 4 dengan DKP 3; antara PPP Karimunjawa 5 dengan BTNKJ 4; dan antara Pemda 8 dengan BTNKJ 4. Kebutuhan yang saling bertentangan cenderung menimbulkan konflik di lapangan. Hubungan yang kurang harmonis tersebut antara lain disebabkan adanya perbedaan kebutuhan, yang umumnya dikarenakan kurangnya komunikasi dan sosialisasi kebutuhan masing-masing stakeholders. Peraturan pengelolaan TNKJ yang sangat mengikat tanpa dibarengi dengan komunikasi dan koordinasi yang efektif dengan stakeholders yang lain merupakan penyebab utama munculnya konflik dalam pengelolaan perikanan tangkap. Pengelolaan TNKJ yang mutlak berada dalam kewenangan BTNKJ menyebabkan stakeholders lain mengalami kendala atau hambatan dalam melakukan aktivitas pemanfaatan lainnya. Pengelolaan perikanan tangkap oleh DKP misalnya, tidak bisa dilakukan secara maksimal karena DKP tidak memiliki kewewenangn secara tertulis dalam pengelolaan TNKJ, meskipun di dalam UU No. 312004 jo. UU No. 452009 telah diberi kewenangan untuk pengelolaan kawasan konservasi laut atau kawasan konservasi perairan, termasuk di dalamnya taman nasional laut. Kewenangan DKP di dalam TNKJ saat ini hanya sebatas mengumpulkan data-data dan informasi terkait kegiatan perikanan; demikian halnya dengan PPP Karimunjawa yang mendata kegiatan perikanan tangkap dan aktivitas di pelabuhan, serta Pemda dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah. Pemda tidak dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan wilayah secara optimal karena wilayah Kepulauan Karimunjawa telah ditetapkan sebagai kawasan taman nasional laut, sehingga pengelolaan dan pengembangan wilayah bersifat terbatas dan harus disesuaikan dengan peraturan pengelolaan TNKJ yang ada. 2 Formulasi permasalahan Permasalahan dalam pengelolaan perikanan tangkap adalah konflik kepentingan antar pelaku dalam memenuhi kebutuhannya. Sistem dirancang untuk dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan para pelaku, baik yang bersifat memberikan sinergi positif maupun yang merugikan kepentingan pelaku lain. Keberhasilan sistem sangat dipengaruhi oleh kemampuan para pelaku untuk meminimalkan kepentingan yang dapat merugikan kepentingan pelaku lain dan bersinergi untuk mencapai tujuan pengelolaan yang optimal. Beberapa permasalahan yang muncul dari pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 Keberadaan stok SDI yang sulit diprediksi dengan tepat. Prediksi jumlah stok ikan sangat penting untuk dapat menentukan jumlah ikan yang dapat ditangkap dan alat tangkap yang digunakan, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan SDI. Prediksi jumlah diperlukan sebagai basis pemanfaatan SDI. Pemanfaatan SDI memerlukan alat tangkap yang sesuai, dimana jenis SDI yang berbeda akan memerlukan alat tangkap yang berbeda. 2 Penguasaan teknologi dalam penggunaan alat tangkap masih terbatas dan berdasarkan pengalaman. Kemampuan modal yang lemah menyebabkan teknologi dan alat tangkap yang digunakan adalah teknologi dan alat tangkap yang diwariskan secara turun temurun. 3 Lokasi yang terisolir dan sarana transportasi yang terbatas menyebabkan kegiatan pemasaran ikan hasil tangkapan menjadi terkendala lambat. 4 Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan masih rendah, hal ini karena nelayan sangat tergantung pada SDI dan tidak memiliki pekerjaan lain. Posisi tawar nelayan juga rendah, karena hasil tangkapan harus dijual ke tengkulak sebagai pemberi modal dan penentu harga. 5 Sarana dan prasarana perikanan tangkap kurang memadai. Sarana dan prasarana untuk pengembangan perikanan tangkap banyak yang tidak lagi beroperasi, seperti tempat pelelangan ikan, pabrik es dan prasarana air bersih di PPP Karimunjawa. 6 Hubungan kelembagaan dalam pengelolaan TNKJ yang kurang harmonis. Hubungan antara Kemhut sebagai pihak pengelola TNKJ dengan KKP sebagai pihak pengelola kegiatan perikanan kurang harmonis, sehingga tindakan pengelolaan yang dilakukan oleh masing-masing pihak seringkali tidak sejalan dengan kondisi penduduk, SDI dan kebijakan yang ada. 7 Strategi pengelolaan yang ada belum bisa mengakomodasikan kegiatan konservasi selaras dengan kegiatan perikanan tangkap, sehingga belum dapat mengeliminir konflik pemanfaatan perairan dan SDI. Permasalahan-permasalahan yang telah diformulasikan dikaji lebih lanjut untuk menentukan model yang dapat mengakomodasikan berbagai kebutuhan para pelaku sistem dan memanfaatkan SDI yang ada secara optimal dan berkelanjutan. Model dirancang untuk meminimalisasi konflik kepentingan antar pelaku, sehingga tercipta sinergi serta dapat memanfaatkan potensi SDI dan mengoptimalkan penggunaan perairan zona PPT dengan tetap menjamin keberlanjutan SDI dan habitatnya. Harapannya adalah pengelolaan perikanan tangkap akan memberikan manfaat yang besar bagi para pelaku yang terlibat. 3 Identifikasi sistem Identifikasi sistem merupakan rantai hubungan antara pernyataan- pernyataan kebutuhan para pelaku sistem dengan permasalahan yang telah diformulasikan di dalam sistem, yang digambarkan dalam diagram sebab akibat dan diagram input output. Diagram sebab akibat atau diagram lingkar causal loop menggambarkan keterkaitan antar komponen di dalam sistem, sehingga dapat terlihat mekanisme kinerja sistem dalam memenuhi kebutuhan para pelakunya Gambar 11. Hasil Tangkapan Kebijakan dan Kelembagaan Perikanan Tangkap Jenis Ikan Unggulan Keberlanjutan SDI dan Habitat Pasar + Teknologi Penangkapan Ikan + + Regulasi Pengelolaan SDI Tenaga Kerja Kesejahteraan Nelayan Pendapatan Asli Daerah + + + + + + - + + + + Prasarana Perikanan + + + + Gambar 11 Diagram sebab akibat sistem pengelolaan perikanan tangkap. Pada diagram sebab akibat yang disajikan pada Gambar 11 terlihat keterkaitan antar kebutuhan pelaku di dalam sistem, yaitu usaha perikanan tangkap memiliki teknologi penangkapan ikan untuk memanfaatkan SDI. Interaksi antara unit penangkapan ikan dengan SDI diperoleh hasil tangkapan. Hasil tangkapan dijual ke pasar, dan pasar akan memberikan imbalan berupa pendapatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Kesejahteraan yang meningkat akan dapat menarik tenaga kerja yang berusaha atau bekerja di bidang perikanan tangkap. Hasil tangkapan memerlukan prasarana perikanan tangkap sebelum dijual ke pasar. Prasarana perikanan tangkap dapat memberikan masukan bagi pendapatan asli daerah PAD. Pasar juga memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah PAD. Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator berperan dalam membuat peraturan dan kebijakan untuk pengelolaan dan pemanfaatan SDI, yang mampu menjaga keberlanjutan SDI dan habitat untuk kegiatan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Keberlanjutan SDI dan habitat perairan akan menunjang keberlanjutan usaha penangkapan ikan. Pemerintah perlu melakukan pengelolaan dan pengembangan terhadap prasarana perikanan tangkap agar dapat berfungsi secara optimal untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Karimunjawa. Pemerintah diharapkan mampu menciptakan suasana kondusif dan iklim usaha yang menguntungkan, yang bermanfaat bagi pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap di TNKJ. Diagram lingkar selanjutnya direpresentasikan dalam diagram input output, yang menggambarkan output yang harus dikeluarkan oleh sistem sesuai dengan tujuan sistem yang sudah dirancang Gambar 12. Output sistem dapat dipenuhi dengan merekayasa input-input yang masuk ke dalam sistem. Input-input yang masuk ke dalam sistem berupa input terkendali dan input tak terkendali. SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP MANAJEMEN PENGENDALIAN Input Lingkungan UU No. 51990 UU No. 452009 UU No. 322004 Komoditas unggulan TPI tepat guna Jumlah alat tangkap optimal Peningkatan kesejahteraan nelayan Peningkatan keuntungan usaha Peningkatan PAD Output tidak Dikehendaki Konflik antar stakeholders Konflik penggunaan perairan Konflik pengembangan wilayah Manfaat ekonomi TNKJ rendah Stok Sumberdaya ikan SDI Kondisi habitat perairan Nelayan dari luar Karimunjawa Input Terkendali Unit penangkapan ikan Modal usaha untuk investasi dan operasi Kebijakan dan kelembagaan Sarana dan prasarana Input Tak Terkendali Output Dikehendaki Gambar 12 Diagram input output sistem pengelolaan perikanan tangkap. Sistem mendapat pengaruh dari lingkungan. Adanya input tak terkendali dan pengaruh faktor lingkungan dapat menyebabkan sistem menghasilkan output tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan sistem memerlukan suatu mekanisme pengendalian agar kinerja sistem sesuai dengan yang direncanakan. Mekanisme pengendalian mendapatkan input balik feed back dari output yang tidak dikehendaki yang dikembalikan ke dalam sistem. Berdasarkan hasil identifikasi sistem, konsep sistem yang diajukan dalam penelitian ini mencakup tiga subsistem, yaitu subsistem sumberdaya ikan SDI, subsistem usaha penangkapan ikan, dan subsistem manajemen atau kebijakan dan kelembagaan, seperti yang disajikan pada Gambar 13. Keberhasilan pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap di TNKJ akan tergantung pada berfungsinya ketiga subsistem tersebut. Usaha Penangkapan Ikan: Unit penangkapan ikan - Jenis Teknologi Penangkapan - Nelayan - Kelayakan finansial Kebijakan dan Kelembagaan: 1 Kebijakan Perikanan Tangkap 2 Kelembagaan Perikanan Tangkap Sumberdaya Ikan: 1 Jenis SDI 2 Potensi SDI 3 Habitat lingkungan Me ma n fa a tka n Pe n g a tu ra n Manajemen Keberlanjutan SDI Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Pemanfaatan SDI optimal Pemanfaatan zona PPT optimal Peningkatan PAD Output Me n d u ku n g Me n d u ku n g Manajemen Pengelolaan SDI Gambar 13 Struktur sistem perikanan tangkap di TNKJ. Pemodelan sistem dimulai dengan melakukan analisis terhadap kinerja sistem saat ini, dan mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan. Hasil analisis sistem digunakan sebagai landasan untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap di TNKJ. 5.3 Pengelolaan Perikanan Tangkap di TNKJ 5.3.1 Sumberdaya ikan unggulan Pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ dimulai dengan pemilihan SDI unggulan, sehingga diketahui jenis SDI yang akan dikelola. Setelah diketahui jenis SDI unggulan, kemudian dilakukan analisis sistem perikanan tangkap. Sistem perikanan tangkap dalam kajian ini mencakup subsistem SDI, subsistem usaha, dan subsistem kebijakan-kelembagaan. Hasil analisis CPI, sebagaimana disajikan pada Tabel 17, menunjukkan ikan kuwe Caranx spp merupakan komoditas unggulan perikanan tangkap di Karimunjawa, kemudian diikuti oleh ikan ekor kuning Caesio cuning dan ikan kerapu Ephinephelus spp yang berada di urutan kedua dan ketiga. Perhitungan dengan teknik CPI beserta kriteria penilaian yang digunakan termasuk nilai LQ volume produksi dan nilai produksi disajikan pada Lampiran 10. Tabel 17 Nilai CPI jenis-jenis ikan hasil tangkapan di TNKJ No. Jenis ikan Olahan CPI Jumlah Prioritas LQ Produksi LQ Nilai Produksi Peluang Pasar Posisi dalam Rantai Makanan 1. Cumi-cumi 273,51 189,11 200,00 100,00 762,62 6 2. Ekor kuning 1.306,49 5.438,61 100,00 300,00 7.145,10 2 3. Tenggiri 434,59 406,93 200,00 100,00 1.141,53 5 4. Kerapu 1.247,57 3.385,15 300,00 300,00 5.232,72 3 5. Teri 851,89 249,50 100,00 400,00 1.601,40 4 6. Tongkol 100,00 100,00 100,00 100,00 400,00 7 7. Kuwe 4.394,05 6.167,33 100,00 200,00 10.861,38 1 Berdasarkan jenis ikan yang dianalisis dengan CPI, terlihat bahwa kuwe, ekor kuning, dan kerapu, merupakan jenis ikan karang. Ikan teri Stelophorus spp, cumi-cumi Loligo sp, tenggiri Scomberomorus commersoni, dan tongkol Auxis thazard adalah jenis ikan pelagis. Pengelolaan ikan kuwe, berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungannya, relatif tidak berbeda dengan ekor kuning dan kerapu. Aspek usaha yang meiputi armada penangkapan, alat tangkap, dan daerah penangkapan ikan; aksesibilitas pasar; serta kebijakan dan kelembagaan juga tidak berbeda, namun berbeda dengan jenis ikan lainnya teri, cumi-cumi, tongkol, dan tengiri.

5.3.2 Sistem perikanan tangkap

Jenis ikan unggulan menjadi acuan penentu komoditas unggulan untuk pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ. Pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ dilakukan dengan memperhatikan jenis ikan unggulan dan peluang pengembangannya lebih lanjut ke depan sesuai dengan prinsip pemanfaatan yang berkelanjutan, berdasarkan hasil kajian sistem perikanan tangkap. Sistem perikanan tangkap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga subsistem, yaitu subsistem sumber daya ikan SDI, subsistem usaha penangkapan kegiatan penangkapan ikan, dan subsistem kebijakan-kelembagaan. 1 Subsistem SDI Subsistem SDI terdiri dari kegiatan analisis untuk mengetahui besarnya potensi SDI di TNKJ yang dilakukan dengan menggunakan model bioekonomi. Hasil analisis potensi SDI disajikan pada Gambar 14 sampai dengan Gambar 17, sedangkan hasil perhitungan bioekonomi dengan software Maple disajikan pada Lampiran 11.