Ekosistem atau habitat di TNKJ 1 Terumbu karang

dan penelitian. Banyaknya pengunjung yang datang untuk berlibur berwisata dan melakukan penelitian merupakan manfaat secara tidak langsung dari keberadaan ekosistem terumbu karang. Selain itu, terumbu karang juga dapat bermanfaat sebagai tempat budidaya kerapu dan rumput laut dan penahan gempuran gelombang atau erosi. Salah satu ancaman terhadap terumbu karang adalah penangkapan ikan dengan menggunakan jaring muroami. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh WCS pada tahun 2002-2003 mengenai studi sosial-ekonomi dan ekologi perikanan muroami di Karimunjawa WCS 2009, bahwa spesies target utama perikanan muroami adalah ikan ekor kuning dan banyak kasus menunjukkan dampak langsung kerusakan fisik terumbu karang. Menurut Mukminin et al. 2006, tekanan aktivitas perikanan terhadap terumbu karang meningkat rata-rata sebesar 26 trip per km 2 setiap tahunnya. 2 Padang lamun Struktur komunitas padang lamun di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan survei yang dilakukan oleh WCS tahun 2004 tersusun atas 9 spesies, yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichi, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila minor, Syringodium isoetilium, Thalassodendron ciliatum. Persentase penutupan padang lamun di wilayah Karimunjawa berkisar antara 9-83. Wilayah Kemujan berkisar antara 5,6-70, dan di wilayah Parang berkisar antara 1-65 WCS 2009. Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Padang lamun memiliki fungsi secara ekologis diantaranya sebagai produsen detritus dan zat hara; mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak; tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar dan daerah pemijahan bagi beberapa jenis biota laut. Padang lamun selain memiliki fungsi secara ekologis, dapat juga dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang- kerangan dan tiram, tempat rekreasi dan sumber pupuk hijau WCS 2009. Ancaman terhadap padang lamun menurut WCS 2009 adalah degradasi lingkungan perairan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, di antaranya pengerukan yang berkaitan dengan pembangunan pemukiman pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi, pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin, pembuangan sampah organik, pencemaran oleh limbah pertanian dan pencemaran minyak. 3 Mangrove Taman Nasional karimunjawa mempunyai ekosistem mangrove yang relatif masih asli dan tersebar hampir di seluruh kepulauan Karimunjawa dengan luasan yang berbeda-beda. Mangrove tumbuh di daerah pasang surut yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut dan komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki habitat mangrove yang masih asli dan tersebar hampir di seluruh kepulauan Karimunjawa dengan luasan yang berbeda-beda. Luas hutan mangrove yang terdapat di dua pulau terbesar yaitu pulau Karimunjawa dan Kemujan menurut WCS 2009 adalah seluas 396,90 Ha. Berdasarkan wawancara dengan pegawai BTNKJ, luasan hutan mangrove di TNKJ masih sama, dan saat ini tengah dilakukan program rehabilitasi hutan mangrove dan penambahan kegiatan pengawasan untuk mengurangi tindakan perusakan mangrove. Berdasarkan hasil dari kegiatan inventarisasi penyebaran mangrove di TNKJ tahun 2002 BTNKJ 2010 ditemukan 44 spesies mangrove yang termasuk dalam 25 famili. Dalam kawasan pelestarian ditemukan 25 spesies mangrove sejati dari 13 famili dan 18 spesies mangrove ikutan dari 7 famili. Sedang di luar kawasan ditemukan 5 spesies mangrove ikutan dari 5 famili berbeda. Pada tingkat tiang dan pohon hutan mangrove di kawasan Pulau Karimunjawa dan Kemujan didominasi jenis Excoecaria agallocha. Jenis yang penyebarannya paling luas adalah Rhizopora stylosa. Ancaman pada ekosistem mangrove berupa perambahan kawasan mangrove menjadi areal tambak dan kebun, serta penebangan jenis tertentu Lumnitzera littorea dan Bruguiera sp sebagai bahan membangun rumah. Jenis tertentu juga diambil kulitnya untuk mewarnai kapal, pengambilan rating dan kayu dengan diameter kurang dari 10 cm untuk kayu bakar. Adanya penebangan hutan mangrove yang dilakukan petani setempat juga menjadi ancaman pertumbuhan dan perkembangan penyu sisik. Tak hanya itu, adanya polutan yang berasal dari kapal yang lewat dan singgah juga mengancam keberadaan penyu sisik. Polutan tersebut menurunkan kualitas air laut sebagai habitat penyu sisik. Akibatnya, selain perkembangannya terhambat, mereka juga bermigrasi ke perairan yang lebih aman. Fungsi hutan mangrove menurut WCS 2009 secara fisik dapat menjaga garis pantai dan tebing sungai dari abrasi, mengendalikan intrusi air laut dan melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang. Mangrove juga dapat berfungsi secara biologis sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak jenis ikan, udang dan biota laut lainnya. Hutan mangrove secara ekonomi merupakan sumber kayu pertukangan dan bangunan, arang, tanin dan lahan wisata. Bentuk dan karakteristik pohon mangrove yang unik merupakan modal untuk tujuan wisata. Mangrove juga merupakan habitat bagi berbagai jenis burung, di Karimunjawa jenis burung yang banyak dijumpai di hutan mangrove diantaranya adalah elang laut perut putih Heliantus leucogaster, merbah cerucuk Pycnobotus goiavier dan pergam hijau Dudula aenea.

4.2 Profil Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap adalah aktivitas kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas DJPT 2005. Perikanan tangkap di TNKJ sudah ada sejak lama jauh sebelum Kepulauan Karimunjawa ditetapkan sebagai taman nasional dan masih terus dilakukan secara turun temurun hingga sekarang.

4.2.1 Kapal perikanan

Perkembangan jumlah kapal perikanan di Karimunjawa disajikan pada Tabel 8. Jenis kapal berdasarkan jenis alat tangkap yang dipakai oleh kapal tersebut yang digunakan disajikan pada Lampiran 4-Lampiran 7. Tabel 8 Keadaan jumlah kapal perikanan menurut ukuran di Karimunjawa tahun 2005-2009 Tahun Motor Tempel Kapal Motor 5 GT Jumlah 2005 3.739 2.674 6.413 2006 953 1.664 2.617 2007 1.919 3.119 5.038 2008 523 806 1.329 2009 359 505 864 Sumber: PPP Karimunjawa 2010 Jumlah alat tangkap ini berbeda dengan data dari DKP Jepara. Misal selama lima tahun terakhir 2005-2009, dimana jumlah perahu motor tempel sebanyak 125 unit, perahu motor 682 unit, dan perahu tanpa motor 3 unit. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah perahu di Karimunjawa tidak mengalami perubahan. Jumlah kapal yang ada di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan data PPP Karimunjawa terus mengalami penurunan sejak tahun 2007 Tabel 8, hal ini karena data yang ada di PPP Karimunjawa merupakan jumlah kapal yang melakukan tambat labuh. Sejak 2006 aktivitas di PPP Karimunjawa telah mengalami penurunan, yang berakibat juga pada penurunan jumlah kunjungan kapal. Jenis perahu atau kapal yang digunakan oleh nelayan di Karimunjawa disajikan pada Lampiran 4-Lampiran 7.

4.2.2 Alat tangkap

Perkembangan jumlah alat tangkap di Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Tabel 9. Jika dibandingkan dengan data yang dikeluarkan oleh DKP Kab. Jepara, jumlah alat tangkap terdapat perbedaan. Bagan perahu sebanyak 115 unit, pancing 932 unit, muroami 13 unit, bubu 573 unit, dan gillnet 168 unit. Perbedaan nilai terbesar ada pada alat tangkap pancing, muroami, dan bubu. Alat tangkap gillnet tidak didata oleh PPP Karimunjawa, karena umumnya nelayan menggunakannya secara bergantian dengan alat tangkap pancing. Kondisi di lapangan selama penelitian menunjukkan jumlah alat tangkap muroami yang masih beroperasi berjumlah satu unit dengan tiga buah kapal. Pengoperasian bubu di Karimunjawa masih ada sebagian nelayan yang melakukan operasi secara tradisional menggunakan perahu tanpa mesin. Tabel 9 Keadaan jumlah dan jenis alat tangkap di Karimunjawa tahun 2005- 2009 Tahun Bagan perahu Pancing Ulur Muroami Bubu Jumlah 2005 3.247 1.213 1.953 6.413 2006 611 917 718 371 2.617 2007 624 2.043 1.765 606 5.038 2008 130 565 419 215 1.329 2009 167 336 226 135 864 Sumber : PPP Karimunjawa 2010 Penurunan jumlah alat tangkap yang terus terjadi sejak tahun 2006 kecuali 2007 diduga disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan semakin berkurangnya jumlah alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Karimunjawa. Berdasarkan kondisi di lapangan, misalnya, jumlah alat tangkap muroami tinggal satu unit dengan tiga buah kapal dan 15-20 orang nelayan.