Perumusan Masalah Model pengembangan taman nasional laut optimalisasi pengelolaan perikanan tangkap di Taman Nasional Karimunjawa
Sistem kelembagaan dan peraturan perundangan yang belum terintegrasi dalam pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ menyebabkan pengelolaan
menjadi tidak optimal. Pengawasan yang dilakukan belum efektif dan peraturan khusus di bidang perikanan dalam wilayah taman nasional belum ada.
Pengelolaan masih bersifat sektoral, dimana masing-masing instansi memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda dalam mengelola TNKJ. Kegiatan
pemanfaatan yang ada di TNKJ masih ada yang belum sinergi dengan kegiatan konservasi. Peranan lembaga atau institusi pemerintahan yang terkait dengan
upaya pengelolaan TNKJ belum optimal. Purwanti 2008 menyatakan terdapat ketidakharmonisan dalam peraturan dan kewenangan pengelolaan TNKJ, yang
menyebabkan timbulnya konflik institusional. Taman Nasional Karimunjawa, meskipun telah dikelola berdasarkan sistem
zonasi, dan kegiatan perikanan tangkap dialokasikan pada zona pemanfaatan perikanan tangkap yang memiliki luasan zona sangat luas 104 ha; 93, namun
dalam pengelolaannya belum efektif. Hal ini karena masih adanya tumpang tindih kepentingan dalam pengelolaan perikanan antara Dinas Kelautan dan Perikanan
DKP dengan BTNKJ, serta kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan wilayah. Pengelolaan perikanan tangkap juga melibatkan banyak stakeholder,
yang berarti antar stakeholder memiliki kepentingan yang beragam. Taman Nasional Karimunjawa dikelola dengan sistem zonasi. Saat ini telah
ditetapkan pembagian zona TNKJ menjadi tujuh zona. Di antara zona-zona tersebut terdapat zona pemanfaatan perikanan tradisional PPT. Di dalam zona
PPT sampai saat ini belum dilakukan pengaturan dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
apakah dapat dibuat suatu model pengelolaan perikanan tangkap untuk mengatur zona PPT sehingga dapat dicapai pemanfaatan perikanan tangkap di
zona PPT yang optimal dan berkelanjutan.