Taman Nasional Laut Model pengembangan taman nasional laut optimalisasi pengelolaan perikanan tangkap di Taman Nasional Karimunjawa

alam dan taman nasional. Taman hutan raya adalah KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman wisata alam adalah KPA dengan tujuan utama pemanfaatan untuk kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Taman nasional adalah KPA yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional laut TNL, berdasarkan definisi dalam UU No.51990 dan PP No. 282011, dapat diartikan sebagai kawasan dengan ciri spesifik di suatu perairan yang mempunyai fungsi lindung, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. Pasal 30 UU No. 51990 menyebutkan bahwa pengelolaan taman nasional adalah tercapainya tiga fungsi, yaitu: 1 perlindungan terhadap ekosistem kehidupan, 2 pengawetan sumber plasma nutfah dan ekosistemnya, dan 3 pemanfaatan yang lestari. Selain ketiga fungsi tersebut, taman nasional dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan pemanfaatan yang lestari. Sebagian wilayah taman nasional selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan perikanan tangkap. Seperti di TNKJ, sebagaimana diungkapkan oleh Irnawati 2008, dimana mayoritas penduduknya sangat tergantung pada SDI, atau dengan menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelolaan taman nasional berdasarkan Pasal 32 UU No. 51990 dilakukan dengan sistem zonasi. Zonasi taman nasional menurut Permen No. 562006 adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek- aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosek, dan budaya masyarakat. Penerapan sistem zonasi suatu kawasan laut dalam hal ini TNL yang dilindungi menurut UU No. 51990 dimaksudkan sebagai alat bantu pengelolaan yang berperan dalam 1 penentuan izin untuk pemanfaatan khusus terbatas pada areal atau daerah tertentu, 2 penentuan perlindungan bagi spesies tertentu dengan melindungi hewan kritis atau habitat yang memungkinkan kehidupannya, 3 pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, 4 mereduksi atau mengeliminasi potensi konflik, dan 5 meningkatkan dukungan masyarakat lokal bagi keberadaan kawasan laut yang dilindungi dengan menempatkan aturan atau regulasi spesifik tentang aktifitas pemanfaatan pada setiap zona, yang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Sistem zonasi yang berlaku saat ini di TNKJ berdasarkan SK Dirjen PHKA No. 79IVset-32005 membagi TNKJ menjadi tujuh zona Tabel 1. TNKJ telah mengalami dua kali revisi dalam penerapan sistem zonasi. Pada tahun 1998, TNKJ untuk pertama kalinya setelah ditetapkan sebagai taman nasional, dibagi menjadi empat zona, yaitu inti, perlindungan, pemanfaatan, dan penyangga. Pada tahun 2001 dilakukan revisi terhadap sistem zonasi menjadi delapan zona, yaitu inti, rimba, pemanfaatan wisata, pemanfaatan tradisional, pemanfaatan pelagis, penelitian dan pendidikan, pemukiman tradisional, dan penyangga. Pada tahun 2005 dilakukan revisi kembali, di mana sistem zonasi TNKJ dilakukan pengurangan jumlah zona yang ada menjadi tujuh zona, yaitu inti, perlindungan, pemanfaatan pariwisata, rehabilitasi, budidaya, pemukiman, dan pemanfaatan perikanan tradisional.

2.3 Pengelolaan Perikanan Tangkap sebagai Sebuah Sistem

Taman Nasional Karimunjawa merupakan sebuah TNL, dimana lebih dari 93 wilayahnya berupa perairan dan mayoritas penduduknya lebih dari 60 bekerja sebagai nelayan Irnawati 2008. Kegiatan perikanan tangkap telah dilakukan secara turun temurun jauh sebelum Karimunjawa ditetapkan sebagai TNL. Upaya pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Sistem perikanan tangkap dalam hal ini didefinisikan berdasarkan sistem perikanan menurut Charles 2001, yang mencakup tiga subsistem, yaitu: 1 subsistem SDI dan dan lingkungannya, 2 subsistem SDM dan kegiatannya, dan 3 subsistem manajemen. Subsistem SDI dan lingkungannya meliputi komponen ikan, ekosistem, dan lingkungan biofisiknya. Subsistem SDM dan kegiatannya meliputi jenis-jenis kegiatan penangkapan ikan. Subsistem manajemen meliputi komponen perencanaan dan kebijakan perikanan, kelembagaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan, serta pengembangan dan penelitian.

2.3.1 Subsistem SDI dan habitatnya

Subsistem SDI dan lingkungannya meliputi tiga komponen, yaitu ikan, ekosistem, dan lingkungan biofisiknya. Sumber daya ikan SDI menurut UU No. 31 Tahun 2004 adalah potensi semua jenis ikan. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Jenis SDI yang ada di dalam TNKJ adalah ikan-ikan karang, invertebrata, mamalia laut, dan reptilia WCS 2009. Jenis ikan karang seperti Pomacentridae 71 spesies, Labridae 52 spesies, Scaridae 27 spesies, Chaetodontidae 25 spesies, Serranidae 24 spesies, Acanthuridae 16 spesies, Nemiptheridae 16 spesies, Siganidae 13 spesies, Apogonidae 11 spesies, Lutjanidae 9 spesies, and famili lainnya 89 spesies. Angka yang cukup fantastis untuk area di mana tekanan antropogenik dari manusia dekat dengan pulau Jawa sangat tinggi namun masih memiliki jumlah spesies yang masih banyak. Terdapat beberapa famili fauna laut non-karang dan non-ikan karang yang tercatat di Karimunjawa WCS 2009. Kelompok mamalia laut terdapat Tursiops aduncus dari famili Delphinidae dengan nama lokal lumba-lumba hidung botol yang termasuk fauna yang dilindungi di Karimunjawa. Kelompok reptilia terdapat 3 spesies dari famili Cheloniidae, antara lain penyu lekang atau tempayan Caretta caretta, penyu hijau Chelonia mydas, dan penyu sisik Eretmochelys imbricata. Ketiga spesies penyu tersebut termasuk dalam status dilindungi. Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki biota laut lain yang dilindungi. Biota laut tersebut dilindungi karena keberadaannya di alam sudah semakin terancam, antara lain kepala kambing Cassis comuta, triton terompet Charonia tritonis, nautilus berongga Nautilus pompilius, batu laga Turbo marmoratus, akar bahar Antipathes Sp., lola Trochus niloticus, kima raksasa Tridacna gigas, kima selatan Tridacna derasa, kima pasir Hippopus hippopus, kima lubang Tridacna crocea, kima besar Tridacna maxima, kima sisik Tridacna squamosa WCS 2009.

2.3.2 Subsistem sumber daya manusia dan kegiatannya

Subsistem SDM dan kegiatannya di TNKJ meliputi kegiatan penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan disesuaikan dengan jenis alat tangkap yang ada dan berkembang di dalam TNKJ. Kegiatan usaha perikanan tangkap merupakan suatu proses untuk menghasilkan produksi ikan yang dilakukan oleh