8.4.2 Trofik Level Ikan Dominan
Berdasarkan hasil identifikasi isi lambung setiap jenis ikan selama penelitian maka terlihat bahwa setiap jenis ikan cenderung memiliki jenis
makanan yang tidak berbeda menurut habitat. Variasi komposisi jenis makanan berdasarkan waktu pengamatan relatif sangat kecil. Kesamaan jenis makanan
antara ketiga habitat dapat terjadi dalam 2 dua mekanisme yaitu : 1 ikan menggunakan semua habitat sebagai daerah mencari makan feeding ground;
atau 2 ikan hanya menggunakan salah satu atau dua dari ketiga habitat sebagai daerah mencari makan. Dalam penelitian ini sangat sulit untuk memastikan
mekanisme mana yang terjadi karena faktanya bahwa setiap jenis ikan tertangkap di ketiga habitat muara sungai, lamun, dan sekitar mangrove dan jenis-jenis
makanan dalam isi lambung semua jenis ikan juga terdapat dalam ketiga habitat. Penjelasan yang mendukung apabila mekanisme kedua yang terjadi adalah bahwa
terjadi migrasi ikan secara harian di dalam ketiga habitat sehingga meskipun hanya menggunakan salah satu atau dua dari ketiga habitat sebagai tempat
mencari makan namun karena bermigrasi dan tertangkap di habitat lain yang bukan daerah feeding groundnya. Kejadian migrasi ikan dalam ketiga habitat
sangat mungkin terjadi karena lokasi antar ketiga habitat yang jaraknya relatif dekat.
Mengacu fraksi makanan penting Tabel 11 maka jenis-jenis ikan yang tertangkap di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga kelompok
yaitu : 1 ikan planktivor yang dominan makan alga bentik seperti yaitu ikan baronang dan baronang lingkis; 2 ikan omnivor yang mengkonsumsi plankton,
debris, dan beberapa jenis nekton diantaranya ikan kapas-kapas, pepetek, kerong- kerong, dan biji nangka; dan 3 ikan karnivor yang mengkonsumsi berbagai jenis
nekton, udang-udangan, cumi-cumi seperti pada ikan lencam, kuwe, dan barakuda.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata trofik level setiap jenis ikan dari semua habitat Tabel 12 terlihat bahwa semua jenis ikan yang tertangkap dengan
sero di perairan pantai Kecamatan Pitumpanua berkisar antara 2,50± 0,18 ikan baronang sampai 4,28 ± 0,72 ikan baracuda. Hasil perhitungan trofik level
ikan yang tertangkap dengan sero relatif lebih tinggi dibanding yang didapatkan oleh Asriyana 2011 di perairan Teluk Kendari dengan alat tangkap pukat pantai.
Ikan planktivor yang tertangkap berada pada kisaran trofik level 2,32 - 2,92; ikan omnivor berkisar antara 2,46 - 4,49; dan ikan karnivor 3,41 - 5,00. Rata-rata
trofik level dihitung dari semua waktu pengamatan setiap jenis ikan relatif sama antara ketiga habitat. Kemiripan rata-rata trofik level ikan spesies yang sama
antara ketiga habitat diduga terkait dengan pola migrasi harian jenis ikan yang terjadi diantara ketiga habitat sehingga jenis makanan yang menjadi dasar
penentuan trofik level juga mirip. Mengacu pada komposisi berat hasil tangkapan Tabel 4 maka diketahui
bahwa komposisi biomassa ikan planktivor, omnivor, dan karnivor hampir berimbang dengan persentase biomassa secara berurut 27,13, 36,94 dan
35,93. Apabila komposisi biomassa total hasil tangkapan dari semua habitat dihitung berdasarkan trofik level maka didapatkan bahwa persentase ikan trofik
level 3, 3-4 dan 4 secara berurut adalah 34,87, 29,20 dan 35,93. Proporsi biomassa hasil tangkapan yang relatif berimbang antar ketiga trofik
level mengindikasikan bahwa kondisi ekologis ketiga ekosistem pantai di perairan pitumpanua dilihat dari trofik level ikan yang tertangkap dengan sero relatif masih
baik. Masih tingginya proporsi ikan karnivor pada trofik level 4 khususnya barakuda merupakan indikator penting bahwa rantai makanan food chain relatif
masih baik dan mendukung untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan- ikan pada trofik level lebih tinggi. Berbeda dengan yang didapatkan Hatta 2010
dan Sudirman 2003 yang mendapatkan proporsi trofik level ikan karnivor yang tertangkap dengan bagan rambo sangat rendah di Perairan pantai Kabupaten Barru
yang menunjukkan bahwa telah terjadi overfishing di wilayah tersebut. Kesenjangan proporsi ikan karnivor yang cukup jauh antara ikan barracuda
dengan ikan kuwe, dan lencam pada trofik level yang hampir sama dengan barracuda mengindikasikan bahwa jejaring makanan food web di lokasi
penelitian sedikit terganggu. Fakta dari kesenjangan ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi perpindahan energi dan biomassa dari trofik level rendah sampai
ke trofik level lebih tinggi 4 namun hanya intensif pada salah satu jalur rantai makanan saja yaitu rantai pada ikan baracuda. Rantai makanan pada jalur yang