Jenis Makanan Ikan Dominan
9 PEMBAHASAN UMUM
Konsep dasar dalam manajemen perikanan tangkap mengacu pada perspektif pengelolaan sumberdaya berkelanjutan yaitu ramah lingkungan dan
menguntungkan secara ekonomis. Pengelolaan sumberdaya perikanan sebaiknya menerapkan sistem perikanan berkelanjutan sehingga tidak terjadi eksploitasi
yang menyebabkan overfishing. Hal ini dapat ditempuh melalui pemeliharaan ekosistem dan penggunaan alat tangkap yang bersifat ramah terhadap lingkungan.
Sebagai suatu sistem usaha apalagi jika berkembang sampai pada tingkat pengembangan industri perikanan maka secara ekonomis sebuah sistem perikanan
harus bersifat menguntungkan. Pengelolaan yang sifatnya menguntungkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan sebagai obyek pelaku.
Berkaitan dengan konsep manajemen perikanan yang dijelaskan di atas, maka sebaiknya dalam pengelolaan perikanan di wilayah pantai tetap menjaga
kelestarian fungsi-fungsi ekosistem yang beragam agar daya dukung lingkungan tetap dapat dipertahankan dan mampu mendukung produksi berbagai sumberdaya
yang menjadi target pengelolaan. Sehubungan dengan kemudahan akses wilayah pantai maka sebaiknya dampak aksesbilitas tinggi ini tidak bersifat negatif yaitu
merusak ekosistem, sebaliknya harus besifat positif dengan memaksimalkan pemeliharaan habitat-habitat dalam semua ekosistem penyusun pantai. Salah satu
aspek penting dan berpotensi merusak ekosistem dan mengganggu kelestarian sumberdaya alam dan biota laut di dalamnya adalah penggunaan alat tangkap
yang tidak ramah terhadap lingkungan. Oleh sebab itu sebaiknya alat tangkap yang digunakan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan di wilayah pantai adalah
alat tangkap yang selektif dan tidak merusak habitat bilamana alat tangkap tersebut dioperasikan. Selektivitas alat tangkap sebaiknya tidak hanya mengacu
kepada kalkulasi besaran populasi yang diloloskan tetapi juga mempertimbangkan aspek dinamika populasi sumberdaya ikan dalam wilayah pantai. Untuk itu sangat
diperlukan kajian mengenai sistem rantai dan jaring makanan yang terkait dengan target penangkapan setiap jenis alat yang digunakan.
Selain dicirikan oleh keberadaan vegetasi yang menjadi ciri utama, tiga habitat yang menjadi tempat pemasangan sero dengan experimental crib memiliki
karakteristik kimia fisika lingkungan yang berbeda Gambar 9 10 pada Bab V. Habitat muara sungai mempunyai ciri menonjol dalam hal kandungan nitrat,
fosfat, dan kecepatan arus yang tinggi. Sementara itu dua habitat lainnya yaitu lamun dan mangrove mempunyai ciri menonjol dalam hal suhu, DO, pH, salinitas,
dan silikat yang tinggi, dan secara statistik kandungan silikat tidak berbeda nyata berdasarkan habitat Lampiran 8.
Selanjutnya, komunitas ikan yang direpresentasikan sebagai kelompok dari 9 spesies ikan dominan, kepiting rajungan, dan udang putih ternyata memiliki
keterkaitan dengan karakteristik habitat. Perbedaan karakteristik lingkungan dan komunitas ikan menunjukkan bahwa komposisi taksa penyusun komunitas ikan
berkaitan erat dengan karakteristik habitat. Jenis ikan biji nangka, baronang lingkis, kerong-kerong, kuwe, baronang, dan barakuda lebih berasosiasi dengan
habitat lamun. Ikan pepetek, kapas-kapas, dan lencam lebih berasosiasi dengan habitat dekat mangrove sedangkan udang putih dan kepiting rajungan lebih
berasosiasi pada habitat muara sungai. Dengan demikian pendekatan atau strategi pengelolaan yang akan diterapkan pada kawasan pesisir harus memperhatikan
ragam dari ekosistem yang ada. Adanya ragam dari ekosistem tersebut memberikan konsekuensi bahwa pengelolaan perikanan di kawasan pesisir tropika
sebaiknya tidak menerapkan pendekatan single species fisheries management Widodo dan Suadi 2008.
Berdasarkan kondisi lingkungan secara umum di lokasi penelitian yang dijelaskan Bab V menunjukkan perbedaan yang signifikan parameter fisika-
kimia dan biologi antara ketiga habitat yang diteliti. Selama penelitian parameter lingkungan mengalami fluktuasi sehingga terlihat adanya variasi temporal
berdasarkan waktu pengamatan, meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam nilai rata-rata nutrien, klorofil-a, dan arus. Kisaran parameter
lingkungan pada tiga habitat selama penelitian menunjukkan bahwa perairan pantai di lokasi penelitian masih layak dan dalam batas nilai yang masih
ditoleransi untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap sero. Selain itu kondisi umum perairan juga
masih dalam batas yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan beberapa biota laut termasuk yang menjadi makanan ikan terhadap ikan yang tertangkap