Ekosistem mangrove Ekosistem Perairan

Brond 1979 dalam Masrikat 2009 mengatakan bahwa ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya. Dipertegas oleh Ridho 2004 bahwa suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman memberikan pengaruh terhadap keberadaan jenis-jenis ikan demersal tertentu, sedangkan terhadap kepadatan biomassa ikan demersal pengaruh tersebut kecil. Pengaruh suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman terhadap biomassa ikan demersal tidak bersifat sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama mempengaruhi kepadatan biomassa ikan demersal. Lebih lanjut Pujiyati 2008 faktor-faktor abiotik seperti jenis substrat dasar perairan, kedalaman, kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap distribusi komunitas ikan-ikan demersal di perairan Laut Jawa. Hubungan antara keterkaitan tipe substrat dan komunitas ikan demersal di perairan Laut Jawa menunjukkan pola yang berbeda untuk lima jenis ikan dominan yaitu leiognathus splendens pepetek, Upeneus sulphureus biji nangka, Nemipterus japanicus kurisi, Leiognathus bindus pepetek dan Saurida longimanus beloso.

2.5.1 Suhu perairan

Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang memegang peranan di dalam kehidupan dan pertumbuhan biota perairan. Suhu berpengaruh langsung pada organisme perairan terutama di dalam proses fotosintesis tumbuhan akuatik, proses metabolisme, dan siklus reproduksi Sverdrup et al. 1961. Kenaikan suhu sebesar 10 o C akan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen hewan akuatik sebesar dua kali lipat Wardojo 1975 dalam Wardjan 2005. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor meterologi yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman Nontji 1993. Suhu air laut pada lapisan permukaan lebih hangat daripada suhu di lapisan dasar, namun variasi suhu pada perairan estuari lebih rendah dari pada perairan laut. Umumnya suhu tinggi pada estuari terjadi pada siang hari. Hal ini bisa terjadi karena daerah dangkal mudah menjadi hangat oleh pasokan aliran panas permukaan laut Douglas 2001. Suhu dalam lautan bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah trofik, panas sepanjang tahun yaitu 20-30 o C. Di bawah air permukaan suhu mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada kisaran kedalaman yang lebih dari 50-300 m Nybakken 1988. King 1963 suhu permukaan laut biasanya berkisar antara 27 o C-29 o C. Tidak berbeda jauh yang didapatkan oleh Afdal dan Riyono 2004 di Selat Makassar yaitu nilai rata- rata suhu pada lapisan permukaan 28,9±0,3 °C dengan kisaran antara 28,5-29,6 °C, sedangkan pada lapisan kedalaman suhunya telah mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman dan mencapai minimum pada kedalaman 300 m 10,86±0,43 °C di Selat Makassar. Lebih lanjut Hasanuddin 2007 menyatakan bahwa perbedaan temperatur permukaan sangat variatif, tergantung pada lokasi, pengaruh daratan serta profil kedalaman perairan seperti yang terjadi di Perairan Natuna. Hatta 2010 menggambarkan hasil pengukuran suhu perairan pada daerah penangkapan bagan rambo di Kabupaten Barru berkisar antara 27,1-32,0 o C dengan rata-rata 29,75 o C di permukaan dan 26,1-31,8 o C dengan rata-rata 28,65 o C pada kedalaman 25 meter. Pengukuran suhu yang dilakukan oleh Safruddin 2007 selama penelitian di daerah penangkapan purse seine di sebelah selatan di perairan Kabupaten Jeneponto memberikan gambaran yang hampir sama yaitu sebesar 29,71 o C dengan kisaran yang lebih sempit 29-30 o C. Sama halnya dengan Marasabessy dan Edward 2002 memberikan gambaran suhu di Perairan Raha Sulawesi Tenggara pada bulan Mei dan Juni tahun 2001 mendapatkan kisaran yang sedikit lebih sempit 27,8-30,9 o C. Tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Umar 2009 yaitu sebesar 29,0 o C di pantai perairan Suppa Kabupaten Pinrang.

2.5.2 Salinitas

Salinitas ialah jumlah berat semua garam dalam gram yang terlarut dalam satu liter, biasanya dinyatakan dengan satuan o oo per mil, gram per liter Nontji 1993. Sebaran salinitas di perairan pantai Pitumpanua Teluk Bone pada bulan Maret-Agustus 2009 rata-rata 28,17 ‰ pada permukaan muara sungai Dangnga et al. 2009. Nilai tersebut sangat jauh kisarannya yang didapatkan