Ekosistem muara sungai estuaria

pemijahan spawning ground bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang Nybakken 1988; Tomascik et al. 1997.

2.4.3 Ekosistem lamun

Lamun merupakan kelompok tumbuhan berbunga Angiospermae yang tumbuh di bawah permukaan air di lingkungan bahari. Fortes 1989 menyatakan bahwa padang lamun memainkan suatu spektrum yang luas dari fungsi biologis dan fisik atau lamun memainkan peranan kunci ekologis antara lain sebagai habitat biota, produser primer, perangkap sedimen serta berperan sebagai pendaur ulang hara dan elemen kelumit trace element. Lebih dipertegas oleh Nienhuis et al. 1989 peranan lamun adalah antara lain : 1 produser primer, 2 sebagai habitat biota, 3 sebagai penangkap sedimen, 4 sebagai pendaur zat hara, dan 5 sebagai makanan dan kebutuhan lain. Ekosistem padang lamun dihuni berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain : Siganus spp., Lethrinus spp., Lutjanus spp., Epinephelus sp., Lates sp., Lisa sp., dan Upeneaus sp. Tuwo 2011 Ekosistem padang lamun bukanlah suatu ekosistem yang terisolasi tetapi merupakan bagian dari berbagai ekosistem yang saling berinteraksi secara ekologis terutama dalam ekosistem pantai perairan dangkal di laut tropik. UNESCO 1983 mengelompokkan dalam 5 lima bentuk interaksi antara ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yaitu interaksi fisik, nutrien dan bahan organik terlarut, bahan organik berbutir, ruaya hewan, dampak manusia. Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis lamun mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pantai tropik.

2.5 Parameter Kualitas Perairan

Pengaruh beberapa parameter oseanografi terhadap proses biologi bervariasi menurut skala waktu dan jarak Mann dan Lazier 1991. Suhu, salinitas, densitas, arus, kadar oksigen dan kadar nutrien merupakan parameter oseanografi yang banyak mempengaruhi proses biologis dalam berbagai skala waktu dan ruang. Proses fisik tersebut dapat mempengaruhi produktivitas perairan. Brond 1979 dalam Masrikat 2009 mengatakan bahwa ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya. Dipertegas oleh Ridho 2004 bahwa suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman memberikan pengaruh terhadap keberadaan jenis-jenis ikan demersal tertentu, sedangkan terhadap kepadatan biomassa ikan demersal pengaruh tersebut kecil. Pengaruh suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman terhadap biomassa ikan demersal tidak bersifat sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama mempengaruhi kepadatan biomassa ikan demersal. Lebih lanjut Pujiyati 2008 faktor-faktor abiotik seperti jenis substrat dasar perairan, kedalaman, kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap distribusi komunitas ikan-ikan demersal di perairan Laut Jawa. Hubungan antara keterkaitan tipe substrat dan komunitas ikan demersal di perairan Laut Jawa menunjukkan pola yang berbeda untuk lima jenis ikan dominan yaitu leiognathus splendens pepetek, Upeneus sulphureus biji nangka, Nemipterus japanicus kurisi, Leiognathus bindus pepetek dan Saurida longimanus beloso.

2.5.1 Suhu perairan

Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang memegang peranan di dalam kehidupan dan pertumbuhan biota perairan. Suhu berpengaruh langsung pada organisme perairan terutama di dalam proses fotosintesis tumbuhan akuatik, proses metabolisme, dan siklus reproduksi Sverdrup et al. 1961. Kenaikan suhu sebesar 10 o C akan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen hewan akuatik sebesar dua kali lipat Wardojo 1975 dalam Wardjan 2005. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor meterologi yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman Nontji 1993. Suhu air laut pada lapisan permukaan lebih hangat daripada suhu di lapisan dasar, namun variasi suhu pada perairan estuari lebih rendah dari pada perairan laut. Umumnya suhu tinggi pada estuari terjadi pada siang hari. Hal ini bisa terjadi karena daerah dangkal mudah menjadi hangat oleh pasokan aliran panas permukaan laut Douglas 2001.