Plankton Parameter Kualitas Perairan

organik dari bahan anorganik produsen primer, organisme yang memakan nonprodusen primer dinamakan konsumer primer, organisme yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer sekunder dan seterusnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa panjang pendeknya rantai makanan tergantung dari macam, ukuran atau umur ikan, namun pada kenyataannya dalam interaksi makan- pemakan terjadi tumpang tindih, dimana satu jenis konsumen memakan beberapa jenis makanan dan satu jenis produsen dimakan oleh beberapa jenis konsumen sehingga membentuk suatu jaringan yang dinamakan jaring-jaring makanan food webs. Salah satu contoh struktur rantai makanan yaitu struktur rantai makanan plankton berupa bentuk piramida terbalik biomassa autotrofik rendah dan biomassa heterotrofik tinggi sangat dipengaruhi oleh aktivitas organisme prokaryotik. Cyanobacteri berperan selama periode autotrof dan bakteri selama periode heterotrof Moustaka-Gouni et al. 2006. Di laut ada 5 lima tingkatan trofik dalam rantai makanan yaitu bakteri dan detritus B, Fitoplankton P, Zooplankton I Z1, zooplankton II Z2, dan tingkatan terakhir ikan F. Setiap tingkatan trofik berbeda energi yang dihasilkan yang dikenal dengan efisiensi ekologi E. Efisiensi ekologi ini berhubungan dengan produksi ikan Parson et al. 1984. Sedangkan Schaefer 1965 yang dalam Parson et al. 1984 menyatakan bahwa pengaruh efisiensi ekologi terhadap produksi ikan berkisar dari 10-20 pada lima tingkat trofik tersebut. Yusfiandani 2004 tahapan proses yang sama pada food webs disekitar rumpon di perairan Pasauran terlihat hanya pada tahapan I sampai III, tetapi tingkatan yang didapatkan yaitu sampai pada 5 lima tingkatan dalam rantai makanan, yaitu diantaranya : predator puncak V, predator karnivora dan omnivora IV, penyaring ikan herbivora III, pemangsa mikroorganisme II, dan mikroorganisme I. 9 Tingkat I yaitu mikroorganisme yang terdiri dari mikroba dan mikroalga merupakan mahluk pertama yang tumbuh pada atraktor. 9 Tingkat II yaitu pemangsa mikroorganisme adalah euphausiid, kopepoda, udang dan lain-lain. 9 Tingkat III yaitu penyaring dimaksudkan ikan-ikan penyaring yang terdapat disekitar rumpon, seperti ikan baronang, remora, Abaliste sp, eteman, kurisi dan ikan lainnya. 9 Tingkat IV yaitu ikan predator yang bersifat karnivora dan omnivora merupakan pemangsa ikan penyaring, seperti ikan selar bentong, selar kuning, selar hijau, ikan kembung, ikan tongkol, lumba-lumba, serta ikan lainnya. 9 Tingkat V yaitu ikan predator tinggi adalah ikan yang memangsa ikan predator dan merupakan top level dalam rantai makanan yang terdapat di sekitar rumpon, seperti tuna, cakalang, setuhuk, hiu serta ikan pelagis lainnya. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Amiruddin 2006 bahwa pada alat tangkap bagan berlangsung pemangsaan selama proses penangkapan. Terlihat komposisi makanan teri hitam Stolephorus insularis yaitu fitoplankton 6 dan zooplankton 94 menunjukkan bahwa teri lebih memilih zooplankton sebagai makanan utamanya dibandingkan dengan fitoplankton. Sementara pemangsa dari teri adalah selar, dimana proporsi volume teri dalam lambung selar antara 77,8-91,3 dengan frekuensi kejadian pemangsaan antara 80-100. Hal ini diperkuat oleh Hutomo et al. 1987 bahwa ikan teri adalah termasuk ikan pemakan plankton. Lebih lanjut bahwa ikan teri pada ukuran 40 mm umumnya memakan fitoplankton dan zooplankton berukuran kecil sedangkan pada ukuran 40 mm, ikan teri memanfaatkan zooplankton copepoda berukuran besar. Lebih lanjut Hatta 2010 menyatakan bahwa ikan planktivor terutama ikan teri menunjukkan peranan yang sangat penting dalam ekosistem pelagis di dalam daerah penangkapan bagan rambo. Ikan planktivor berperan penting dalam transfer makanan dari plankton ke populasi ikan omnivor dan ikan karnivor pada trofik level lebih tinggi. Biomassa pada populasi plankton tidak dapat secara efektif langsung dimanfaatkan oleh ikan omnivor dan ikan karnivor sehingga harus melewati ikan planktivor. Posisi strategis ikan planktivor sebagai item makanan ikan omnivor dan ikan karnivor jelas akan mempengaruhi jalur rantai makanan pada trofik level di atasnya. Aranchibia dan Neira 2005 mengemukakan hasil penelitiannya di pusat pendaratan ikan Chili bahwa selama 20 tahun 1979-1999 terjadi penurunan trofik level rata-rata ikan yang lebih besar yaitu 17,5 pertahun. Lebih lanjut