Manfaat Penelitian Perikanan sero di Perairan Pantai Pitumpanua Kabupaten Wajo Teluk Bone suatu kajian ekologis

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Alat Tangkap Sero

Sero adalah salah satu jenis alat tangkap berbentuk perangkap besar yang sifatnya menetap, alat ini terbuat dari bilahan-bilahan bambu dan rotan yang bentuknya sedemikian rupa, dimana membentuk beberapa bagian ruang berbentuk segitiga yang tersusun satu di belakang dan alat ini umumnya dipasang memanjang dengan arah tegak lurus terhadap garis pantai Gunarso 1996. Nikonorov 1975 membedakan bagian perangkap sero dalam 3 bagian diantaranya: 1 penaju leader net untuk penghalau ikan, 2 badan body untuk berkumpulnya ikan sementara waktu sebelum masuk ke bunuhan, dan 3 bunuhan crib tempat tertahannya atau tertangkapnya ikan. Subani dan Barus 1989 menyatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap ini terdiri dari 4 bagian penting yang masing–masing disebut: penaju leader net, sayap wing, badan body dan bunuhan crib. Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.1 Penaju leader net

Penaju mempunyai peranan sangat penting dibandingkan dengan kedua sayap atau kaki lainnya, karena penaju merupakan leader net yang berfungsi untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya Ayodhyoa 1981. Panjang penaju sangat bervariasi tergantung dari besar kecilnya sero. Menurut Nomura dan Yamazaki 1977 dalam Nikonorov 1975 menyatakan bahwa herring masih terus menyusuri leader net sampai pada jarak 300-3000 m dan lebih lanjut mempertegas bahwa perairan yang jernih leader net harus lebih panjang dibandingkan pada perairan keruh. Aslanova 1947 dalam Nikonorov 1975 menambahkan bahwa jenis ikan herring kecil menjaga jarak dengan leader net yaitu 1,5-2 m, tetapi ikan herring tetap berenang dan akhirnya membentuk schooling dan terkonsentrasi pada jarak 0,5 m dengan kedalaman 5-6 m.

2.1.2 Sayap wing

Sayap berfungsi sebagai penghalang ikan yang menyusuri penaju, sampai ikan masuk kedalam badan sero atau kamar-kamar sero, bagian ini mempunyai ruang yang luas sehingga diharapkan ikan bisa bermain atau mencari makan sebelum masuk kedalam bagian berikutnya.

2.1.3 Badan body

Badan sero terdiri atas beberapa kamar room atau chamber. Bentuk kamar ini bermacam-macam, ada yang berbentuk jantung, segitiga dan berbentuk lingkaran. Pada bagian depan kamar-kamar sero tersebut dipasang pintu-pintu dari kere bambu yang mudah ditutup atau dibuka pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Jumlah kamar sero bervariasi tergantung dari ukuran sero. Sero yang berukuran kecil umumnya terdiri atas 1-2 kamar, yang berukuran sedang terdiri atas 3 kamar sedangkan sero yang berukuran besar biasanya terdiri atas 4-5 kamar. Pada kamar sero tersebut terdapat lengan yang prinsipnya menyukarkan ikan untuk keluar dan akhirnya masuk ke dalam kamar berikutnya.

2.1.4 Bunuhan crib

Bunuhan adalah tempat akhir terjebak dan berkumpulnya ikan. Ikan yang telah masuk ke dalam bunuhan sukar untuk meloloskan diri lagi. Pada bagian bunuhan inilah dilakukan pengambilan hasil tangkapan dengan menggunakan bantuan serok.

2.2 Daerah Penangkapan Sero

Alat tangkap sero dipasang pada perairan pantai atau daerah pasang surut, yaitu daerah yang mempunyai keanekaragaman biota yang sangat tinggi disebabkan karena habitat perairan pesisir yang dangkal menyediakan makanan bagi ikan pelagis dan demersal dan perairan yang dangkal merupakan tempat yang baik untuk memijah, mencari makan, tempat berlindung dari ancaman ikan-ikan pemangsa atau predator McConnaughey dan Zottoli 1983. Pasang surut dan gerakan ombak di pantai dapat mengangkat zat-zat makanan sehingga berbagai jenis ikan dapat memanfaatkannya dengan relatif mudah Nybakken 1988. Alat tangkap sero di pasang secara tegak lurus terhadap garis pantai dengan kedalaman perairan berkisar 3–8 m pasang tertinggi Gunarso 1996. Tiensongrume et al. 1986 dalam Rachmansyah 2004 menyatakan bahwa kriteria penentuan daerah penangkapan sero adalah sebagai berikut : 1 kedalaman perairan pada kisaran 1-10 m, 2 Substrat perairan berupa pasir berlumpur atau lumpur dan pasir, 3 berada di daerah muara sungai dengan jarak kurang lebih 200-250 m dari sungai, 3 arus perairan pada kisaran 0,05-0,4 mdet, 4 tinggi air pasang pada kisaran 0,5 m, 5 tidak berada di daerah pencemaran, 6 aksesbilitas baik, 7 suhu perairan pada kisaran 26-35 o C, dan 8 salinitas pada kisaran 60 ppt. Lebih lanjut Wudianto 2007 mengungkapkan bahwa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemasangan set antara lain: ketersedian sumber daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, pola ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, kondisi perairan dimana set net akan dipasang topografi dasar, keadaan arus, pasang surut, dan gelombang. Menurut Widodo dan Suadi 2008 bahwa perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 100 meter dengan dasar perairan yang berlumpur serta relatif datar merupakan daerah penangkapan demersal yang baik. Contoh dari perairan tersebut adalah pada paparan Sunda Selat Malaka, Laut Jawa dan Laut Cina Selatan serta Paparan Sahul. Lebih lanjut dikemukakan oleh Yusof 2002 bahwa dengan perbedaan kedalaman ternyata jumlah hasil tangkapan berbeda pula. Hal ini bisa dilihat di perairan Peninsular Malaysia pada jenis substrat dasar pasir dan pasir berlumpur dengan kedalaman kurang dari 80 m menunjukkan hasil tangkapan dari 48 stasiun didominasi oleh ikan demersal 95,40 dari seluruh hasil tangkapan dengan rata-rata kemampuan tangkap catch rate 66,65 kgjam. Pada kedalaman perairan antara 5–18 m tertangkap 62–89 spesies dan pada kedalaman perairan lebih dari 18 m menunjukkan jumlah spesies yang lebih banyak lagi yaitu 154 – 191 spesies. Ikan yang mendominasi penangkapan adalah pari 10,79. Loliginidae 10,63, Nemipteridae 7,09, Mullidae 5,83, dan Synodontidae 3,18.