Daerah Penangkapan Sero Perikanan sero di Perairan Pantai Pitumpanua Kabupaten Wajo Teluk Bone suatu kajian ekologis

Substrat dasar perairan memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai habitat bagi bermacam-macam biota baik itu mikrofaua maupun makrofauna. Mikrofauna berperan sebagai pengurai bahan-bahan anorganik menjadi bahan-bahan organik yang banyak dimanfaatkan oleh biota-biota lain. Ikan demersal yang termasuk makrofauna juga sangat tergantung dengan substrat dasar perairan, hal ini disebabkan ikan demersal banyak mengambil makanan di substrat dasar perairan. Ikan-ikan demersal umumnya dapat hidup dengan baik di perairan yang bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir dan makanan ikan demersal berupa benthos maupun biota kecil lainnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Masrikat 2009 bahwa ikan demersal yang tertangkap selama penelitian dengan jumlah individu terbanyak 19.462 ekor ditemukan pada stasiun 18 dengan dasar perairan lumpur berpasir.

2.3 Jenis-jenis Ikan yang Tertangkap Alat Tangkap Sero

Hasil tangkapan utama dari alat tangkap sero adalah jenis ikan demersal. Jenis ikan ini hidup di dasar atau dekat perairan atau yang bermigrasi di pantai saat air pasang untuk mencari makan. Boer et al. 2001 mengemukakan bahwa sumberdaya ikan demersal merupakan kelompok jenis-jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Kelompok ikan ini pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi demikian, telah mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan tersebut relatif rendah dan tingkat mortalitas cenderung sejalan dengan peningkatan upaya penangkapan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Marasabessy 2010 bahwa ikan demersal hidupnya secara soliter dan hanya sedikit yang dijumpai dalam kelompok besar. Jenis ikan demersal yang dimaksud seperti : ikan kakap Lutjanus sp dari suku Lutjanidae, kerapu Epinephelus sp dari suku Serranidae, baronang Siganus sp dari suku Siganidae, namun jenis ikan yang dijumpai dalam kelompok besar misalnya ikan ekor kuning Casio sp dari suku Caesionidae. Jenis-jenis ikan demersal tersebut merupakan target utama penangkapan sero. Namun selain jenis ikan demersal yang tertangkap dengan sero, juga tertangkap ikan pelagis yang beruaya ke pinggir pantai Subani dan Barus 1989. Jenis ikan demersal dibagi menjadi dua jenis yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil Tabel 1. Dilihat dari nilai ekonomisnya ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu kakap merah, kerapu, pari, bawal putih, dan bawal hitam Boer et al. 2001. Tabel 1 Pengelompokan jenis ikan demersal besar dan demersal kecil No Sub Kelompok Nama Indonesia Nama Perdagangan Nama Ilmiah 1 Demersal besar Kakap merah Barramundi Lutjanus malabaricus Giant sea perch L. sanguineus Kerapu Groupers Ephinephelus spp Manyung Sea catfishes Arius spp Senanging Thread fins E. tetradactylum Pari Rays Trigonidae Remang Murrays Muraenesex spp Bawal putih Silver pomfret Pampus argenteus Bawal hitam Balck pomfret Formio niger Tiga waja Drums Scianidae Ketang-ketang Spotted sickelfish Drepane punctata Gulamah Croackers Scianidae Layur Hairtails Trichiurus spp 2 Demersal Kecil Pepetek Pony fishes Leiognathidae Kuniran Goatfish Upeneus sulphureus Beloso Lizard fishes Saurida spp Kurisi Treadfin breams Nemipterus spp Gerot-gerot Grunters Pomadasys spp Sebelah Indian halibuts Psettodidae. Sumber : Boer et al. 2001 Perikanan demersal di Indonesia merupakan tipe perikanan multispesies, akan tetapi jumlah individu dari masing-masing jenis tersebut relatif rendah. Boer et al. 2001 dan Widodo et al. 1998 mengemukakan bahwa terdapat berpuluh jenis ikan demersal di perairan Indonesia. Ikan ini biasanya dieksploitasi dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap multigears. Hasil penelitian di perairan pantai Pitumpanua Teluk Bone hasil tangkapan didominasi oleh ikan demersal seperti biji nangka Upeneus sulphureus, kapas- kapas Gerres kapas, lencam Lethrinus lentjam, pepetek Leiognathus splendens, kerong-kerong Therapon jarbua, salamandar Siganus canaliculatus, kuwe Carangoides sp., baracuda Sphyraena sp., baronang Siganus sp., rajungan Portunus sp., udang putih Peneaus margueinsis, serta hasil tangkapan sampingan adalah balanak Valamugil sp., senangin Eleutheronema sp., layur Trichiurus sp., cendro Tylosurus sp., bambangan Lutjanus sp., kerapu Epinephelus sp., kakap Lates sp., pari Trygon spp., buntal Tetraodon spp., cumi-cumi Loligo sp., kepiting bakau Scylla sp., dan udang windu Penaeus sp. dan Tenriware 2009.

2.4 Ekosistem Perairan

2.4.1 Ekosistem muara sungai estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan melalui sungai, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar Pritchard 1967. Secara ekologis, estuaria adalah daerah yang merupakan tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut. Pertemuan kedua arus menghasilkan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Kondisi perairan estuaria sangat berpengaruh terhadap biota yang menghuninya. Odum 1993 beberapa sifat fisika-kimia estuaria berpengaruh penting terhadap kehidupan organisme diantaranya salinitas, suhu, substrat dan bahan organik, sirkulasi air, dan pasang surut. Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasangsurut tidal circulation, penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan feeding ground dan sebagai tempat untuk bereproduksi danatau tempat tumbuh besar nursery ground terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Estuaria merupakan habitat dari ratusan jenis burung, mamalia, ikan, dan hewan liar lainnya Odum 1993. Secara ekonomi perairan estuaria dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan, dan kawasan industri Bengen 2004. Produktivitas estuaria bertumpu pada bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut Tuwo 2011. Dikatakan lebih lanjut bahwa perairan estuaria mengandung bahan organik hingga