107
4.7 Alokasi Alat Tangkap
Kegiatan pra produksi identifikasi dan estimasi sumberdaya ikan; penyediaan sarana penangkapan ikan; dan prasarana pelabuhan, produksi
operasi penangkapan ikan dan pasca produksi pengolahan dan pemasaran produk hasil perikanan merupakan suatu kegiatan usaha perikanan tangkap
yang kompleks. Komponen utama dari sistem perikanan tangkap adalah sumberdaya ikan, unit penangkapan ikan, masyarakat nelayan, prasarana
pelabuhan, sarana penunjang galangan kapal, bahan alat tangkap ikan, dan mesin kapal, unit pengolahan dan unit pemasaran Kesteven 1973 dan
Monintja 2001. Komponen perikanan tangkap tersebut sangat menentukan dalam pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan sebagaimana yang
terdapat dalam kode etik perikanan yang bertanggung jawab Code of Conduct for Responsible FisheriesCCRF yang dikeluarkan oleh FAO tahun 1995.
Apabila dalam pengembangan perikanan tangkap tidak memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutan, maka pembangunan perikanan tangkap akan
mengarah ke degradasi lingkungan, tangkapan berlebih dan praktek-praktek penangkapan ikan yang merusak Fauzi dan Anna 2005. Keinginan untuk
memenuhi kepentingan sesaat atau masa kini yang memicu, sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan diarahkan sedemikian rupa untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat. Kepentingan lingkungan pun diabaikan dan penggunaan teknologi yang menghasilkan secara
cepat quickly yielding yang sering bersifat merusak dapat terjadi. Pengembangan perikanan tangkap pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Sebagaimana
yang terdapat dalam UU Perikanan No.31 tahun 2004 pasal 3, yaitu meningkatkan taraf hidup nelayan, meningkatkan penerimaan dan devisa negara,
mendorong perluasan kerja, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan dan meningkatkan
produktivitas. Apabila pengaturan armada penangkapan telah dilakukan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan potensi sumberdaya ikan yang
tersedia maka hal tersebut akan tercapai. Pengaturan terhadap armada penangkapan di suatu perairan dilakukan
dengan melakukan pendekatan melalui model optimasi. Model optimasi digunakan untuk memperkirakan jumlah armada optimum yang dapat beroperasi
108 dengan jenis dan ukuran tertentu sehingga potensi yang ada di perairan tersebut
dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, penggunaan model optimasi juga dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan terkait
dengan perizinan dan pengaturan zona penangkapan bagi nelayan. Tujuan model optimasi adalah untuk mengetahui kombinasi jumlah unit
usaha penangkapan ikan secara optimal di Provinsi Sumatera Selatan. Perumusan model optimasi dilakukan dengan menggunakan metode linear goal
programming. Model optimasi linear goal programming dibentuk dengan cara menentukan variabel-variabel keputusan untuk merumuskan fungsi tujuan dan
formulasi kendala dari ketersediaan sumberdaya atau disebut dengan fungsi kendala.
Berdasarkan hasil analisis potensi sumberdaya, terdapat 4 jenis ikan yang menjadi komoditi unggulan di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu udang, rajungan,
manyung dan golok-golok. Tujuan utama yang hendak dicapai dalam optimalisasi pengalokasian jumlah alat tangkap ikan, yaitu mengoptimumkan pemanfaatan
komoditi ikan unggulan yang meliputi komoditi udang, rajungan, ikan manyung, dan ikan golok-golok. Variabel keputusan fungsi optimalisasi yaitu semua jenis
unit penangkapan ikan eksisting yang digunakan untuk menangkap 4 jenis komoditi unggulan disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25 Variabel keputusan model optimasi jumlah unit alat tangkap ikan eksisting di Provinsi Sumatera Selatan
No. Jenis Alat Tangkap ikan
Variabel Xj 1.
Trammel net X1
2. Jaring insang hanyut
X2 3.
Jaring insang tetap X3
4. Jaring insang lingkar
X4 5.
Pancing X5
6. Bagan
X6 7.
Perangkap X7
8. Jaring klitik
X8
4.7.1 Fungsi kendala
Fungsi kendala merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan
kendala pembatas produksi lainnya. Faktor-faktor kendala yang digunakan dalam
109 model optimasi ini meliputi ketersediaan jumlah sumberdaya ikan dari 4 jenis ikan
unggulan yaitu udang, rajungan, ikan manyung, dan ikan golok-golok. Secara matematis, tujuan-tujuan utama yang hendak dicapai dan
sekaligus juga merupakan batasan yang harus dipenuhi dalam mengoptimumkan alokasi unit penangkapan ikan terhadap pemanfaatan 4 jenis sumberdaya ikan
SDI unggulan di perairan Provinsi Sumatera Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Komoditi Udang Nilai estimasi produksi optimum atau JTB untuk udang di perairan Provinsi
Sumatera Selatan yaitu sebesar 5038,39 ton per tahun. Komoditi udang di perairan ini dapat ditangkap oleh 4 jenis teknologi penangkapan yaitu unit
penangkapan trammel net X1, jaring insang tetap X3, perangkap X7 dan jaring klitik X8. Kemudian, nilai produktivitas rata-rata dari setiap unit alat
tangkap terhadap hasil tangkapan udang yaitu alat tangkap trammel net X1 sebesar 2,265 ton per tahun, jaring insang tetap X3 sebesar 3,158 ton per
tahun, perangkap X7 sebesar 1,916 ton per tahun dan jaring klitik X8 sebesar 0,242 ton per tahun. Untuk menyusun persamaan kendala tujuan
goal constrain maka nilai TAC dikurangi dengan produksi rata-rata, sehingga fungsi kendala pemanfaatan sumberdaya udang secara optimal
menjadi sebagai berikut:
DB1 - DA1 + 2,265 X1 + 3,158 X3 + 1,916 X7 + 0,242 X8 = 501,89
b Komoditi Rajungan Nilai estimasi produksi optimum atau JTB untuk komoditi kepiting di perairan
Sumatera Selatan adalah sebesar 1564,78 ton per tahun. Komoditi kepiting di perairan Provinsi Sumatera Selatan dapat ditangkap oleh alat tangkap
jaring insang hanyut X2, jaring insang tetap X3 dan perangkap X7. Rata- rata produktivitas tangkapan rajungan masing-masing alat tangkap yaitu:
jaring insang hanyut X2 sebesar 0,870 ton per tahun, jaring insang tetap X3 sebesar 0,716 ton per tahun dan perangkap sebesar 0,866 ton per
tahun. Persamaan kendala tujuan goal constrain untuk pemanfaatan sumberdaya udang secara optimal menggunakan batasan nilai TAC yang
dikurangi dengan nilai pemanfaatan eksisting sumberdaya kepiting, sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut: