105 Keterangan :
X1 = Penerimaan kotor per tahun Rp
X2 = Penerimaan kotor per trip Rp X3 = Penerimaan kotor per jam
operasi Rp X4 = Penerimaan per tenaga kerja
Rp X5 = Biaya Investasi
X6 = RC X7 = IRR
X8 = Net Present Value UP = Urutan prioritas
VX1 = Standardisasi Penerimaan kotor pertahun Rp
VX2 = Standardisasi Penerimaan kotor pertripRp
VX3 = Standardisasi Penerimaan kotor per jam operasi Rp
VX4 = Standardisasi Penerimaan per tenaga kerjaRp
VX5 = Standardisasi Biaya Investasi
VX6 = Standardisasi RC VX7 = Standardisasi IRR
VX8 = Standardisasi Net Present Value
4.6.5 Teknologi penangkapan ikan terpilih
Teknologi penangkapan ikan terpilih dilakukan terhadap aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi. Masing-masing aspek tersebut sebelumnya telah
dilakukan penghitungan dan penentuan prioritas. Dari penentuan prioritas tersebut diketahui alat tangkap yang benar-benar sesuai untuk mendapatkan
hasil yang optimal, ramah terhadap lingkungan dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Alat tangkap unggulan dipillih dari 8 jenis alat tangkap yang menangkap komoditas unggulan di perairan Sumatera Selatan. Hasil analisis dari semua
aspek terkait menunjukkan bahwa trammel net menempati urutan prioritas pertama karena memiliki nilai aspek sosial dan aspek ekonomi yang paling tinggi
dari pada yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa trammel net memiliki peluang pengembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.
Urutan kedua adalah, jaring insang hanyut diikuti bagan tancap, jaring insang tetap, pancing, jaring klitik, perangkap dan jaring insang lingkar.
106 Tabel 24 Matriks keragaman teknologi penangkapan ikan terpilih dari unit
penangkap ikan untuk komoditi unggulan di perairan Sumatera Selatan
X1 UP
X2 UP
X3 UP
X4 UP
1 Bagan tancap
0.50 5
4.54 1
1.52 3
3.39 2
2 Perangkap
1.67 3
0.32 8
0.85 6
1.70 7
3 Jaring klitik
2.17 2
0.91 6
0.70 8
3.61 3
4 Jaring insang tetap
2.17 2
1.07 5
1.71 2
1.86 6
5 Pancing
2.50 1
2.24 3
0.82 7
2.81 5
6 Trammel net
1.00 4
1.50 4
1.89 1
5.81 1
7 Jaring lingkar
0.33 6
0.60 7
1.00 5
1.60 8
8 Jaring insang hanyut
1.00 4
4.29 2
1.35 4
3.32 4
min 0.33
0.32 0.70
1.60 max
2.50 4.29
1.89 5.81
V1X1 V2X2
V3X3 V4X4
1 Bagan tancap
0.08 1.00
0.69 0.42
2 Perangkap
0.62 0.00
0.13 0.02
3 Jaring klitik
0.85 0.14
0.00 0.48
4 Jaring insang tetap
0.85 0.18
0.84 0.06
5 Pancing
1.00 0.45
0.10 0.29
6 Trammel net
0.31 0.28
1.00 1.00
7 Jaring lingkar
0.00 0.07
0.25 0.00
8 Jaring insang hanyut
0.31 0.94
0.55 0.41
0.32 2.21
Unit Penangkapan Ikan Aspek Penilaian
No
Standardisasi Teknologi Penangkapan Terpilih No
Unit Penangkapan Ikan Kriteria Penilaian
1 8
2 Total
UP 3
7 6
4 5
2.19 0.77
1.47 1.93
1.84 2.59
Sumber : hasil analisis
Keterangan : X1 = Aspek biologi
X2 = Aspek teknis X3 = Aspek sosial
X4 = Aspek ekonomi UP = Urutan prioritas
V1X1 = Standardisasi aspek biologi V2X2 = Standardisasi aspek teknis
V3X3 = Standardisasi aspek sosial V4X4 = Standardisasi aspek ekonomi
Berdasarkan tabel diatas, maka prioritas pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan hendaknya memperhatikan urutan jenis
alat tangkap yang layak di kembangkan. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan peningkatan produksi perikanan sekaligus mempertahankan kelestarian
SDI di Provinsi Sumatera Selatan. Meskipun berdasarkan hasil perhitungan trammel net menempati urutan pertama, namun tidak menutup kemungkinan alat
tangkap lainnya untuk menjadi prioritas pengembangan. Kebijakan pemerintah, kultur budaya nelayan dan kondisi sosial masyarakat setempat hendaknya
menjadi perhatian serius dalam menetapkan suatu kebijakan yang menyangkut pada perubahan perilaku dan pemahaman nelayan terkait dengan upaya
pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan.
107
4.7 Alokasi Alat Tangkap
Kegiatan pra produksi identifikasi dan estimasi sumberdaya ikan; penyediaan sarana penangkapan ikan; dan prasarana pelabuhan, produksi
operasi penangkapan ikan dan pasca produksi pengolahan dan pemasaran produk hasil perikanan merupakan suatu kegiatan usaha perikanan tangkap
yang kompleks. Komponen utama dari sistem perikanan tangkap adalah sumberdaya ikan, unit penangkapan ikan, masyarakat nelayan, prasarana
pelabuhan, sarana penunjang galangan kapal, bahan alat tangkap ikan, dan mesin kapal, unit pengolahan dan unit pemasaran Kesteven 1973 dan
Monintja 2001. Komponen perikanan tangkap tersebut sangat menentukan dalam pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan sebagaimana yang
terdapat dalam kode etik perikanan yang bertanggung jawab Code of Conduct for Responsible FisheriesCCRF yang dikeluarkan oleh FAO tahun 1995.
Apabila dalam pengembangan perikanan tangkap tidak memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutan, maka pembangunan perikanan tangkap akan
mengarah ke degradasi lingkungan, tangkapan berlebih dan praktek-praktek penangkapan ikan yang merusak Fauzi dan Anna 2005. Keinginan untuk
memenuhi kepentingan sesaat atau masa kini yang memicu, sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan diarahkan sedemikian rupa untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat. Kepentingan lingkungan pun diabaikan dan penggunaan teknologi yang menghasilkan secara
cepat quickly yielding yang sering bersifat merusak dapat terjadi. Pengembangan perikanan tangkap pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Sebagaimana
yang terdapat dalam UU Perikanan No.31 tahun 2004 pasal 3, yaitu meningkatkan taraf hidup nelayan, meningkatkan penerimaan dan devisa negara,
mendorong perluasan kerja, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan dan meningkatkan
produktivitas. Apabila pengaturan armada penangkapan telah dilakukan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan potensi sumberdaya ikan yang
tersedia maka hal tersebut akan tercapai. Pengaturan terhadap armada penangkapan di suatu perairan dilakukan
dengan melakukan pendekatan melalui model optimasi. Model optimasi digunakan untuk memperkirakan jumlah armada optimum yang dapat beroperasi