Fungsi kendala Alokasi Alat Tangkap

110 DB2 – DA2 + 0,870 X2 + 0,716 X3 + 0,866 X7 = 266,48 c Komoditi Manyung Nilai estimasi produksi optimum atau JTB untuk ikan manyung di perairan Sumatera Selatan adalah sebesar 3590,45 ton per tahun. Komoditi ikan manyung di perairan ini dapat ditangkap oleh alat tangkap trammel net X1, jaring insang hanyut X2, jaring insang tetap X3, pancing X5 dan bagan X6. Rata-rata produktivitas penangkapan komoditi ikan manyung menurut masing-masing alat tangkap yaitu Trammel net X1 sebanyak 0,68 ton per tahun, jaring insang hanyut X2 sebanyak 1,824 ton per tahun, jaring insang tetap X3 sebanyak 1,185 ton per tahun, pancing X5 sebanyak 0,772 ton per tahun dan bagan X6 sebanyak 0,762 ton per tahun. Nilai TAC kemudian dikurangi dengan nilai pemanfaatan eksisting sumberdaya ikan manyung, sehingga persamaan kendala tujuan goal constrain untuk pemanfaatan sumberdaya ikan manyung sebagai berikut: DB3 – DA3 + 0,680 X1 + 1,824 X2 + 1,185 X3 + 0,772 X5 + 0,762 X6 = 281,55 d Komoditi Golok golok Nilai estimasi produksi optimum atau JTB untuk ikan golok-golok di perairan Sumatera Selatan adalah sebesar 2974,95 ton per tahun. Di perairan ini, komoditi golok-golok dapat ditangkap oleh 7 jenis teknologi penangkapan yaitu: trammel net X1, jaring insang hanyut X2, jaring lingkar X4, pancing X5, bagan X6, perangkap X7 dan jaring klitik X8. Produktivitas rata-rata masing-masing alat tangkap terhadap hasil tangkapan ikan golok-golok yaitu trammel net X1 sebanyak 0,617 ton per tahun, jaring insang hanyut X2 sebanyak 2,003 ton per tahun, jaring lingkar X4 sebanyak 0,636 ton per tahun, pancing X5 sebanyak 0,240 ton per tahun, bagan X6 sebanyak 0,593 ton per tahun, perangkap X7 sebanyak 0,099 ton per tahun dan jaring klitik X8 sebanyak 0,672 ton per tahun. Sehingga persamaan kendala tujuan goal constrain untuk pemanfaatan sumberdaya ikan golok-golok menggunakan nilai TAC yang telah dikurangi dengan nilai produksi eksisting sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut: DB4 – DA4 + 0,617 X1 + 2,003 X2 + 0,636 X4 + 0,240 X5 + 0,593 X6 + 0,099 X7 + 0,672 X8 = 460,25 111 Secara lebih ringkas, data jumlah tangkapan ikan yang dapat diperbolehkan TAC dari keempat jenis sumberdaya ikan unggulan, berikut nilai produktivitas penangkapan rata-rata dari 8 jenis alat tangkap eksisting terhadap 4 jenis sumberdaya ikan unggulan di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan potensi 4 jenis sumberdaya ikan unggulan serta nilai produktivitas rata-rata alat tangkap ikan eksisting di Provinsi Sumatera Selatan. Komoditas Ikan Unggulan Alat Tangkap TAC tonth Tram- mel net Jaring Insang hanyut Jaring In- sang Tetap Jaring ling- kar Pan- cing Bagan Perang kap Jaring Klitik X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Udang 2.265 0.000 3.158 0.000 0.000 0.000 1.916 0.205 5038.39 Rajungan 0.000 0.870 0.716 0.000 0.000 0.000 0.866 0.000 1564.78 Manyung 0.680 1.824 1.185 0.000 0.772 0.762 0.000 0.000 3590.45 Golok- golok 0.617 2.003 0.000 0.636 0.240 0.593 0.099 0.620 2974.95

4.7.2 Fungsi tujuan

Fungsi tujuan yang dirumuskan bertujuan untuk mengetahui kombinasi optimal dari tiap alat tangkap ikan di Provinsi Sumatera Selatan. fungsi tujuan pada model linier goal programming merupakan fungsi minimal dari batasan masing-masing kendala sumberdaya. Berdasarkan faktor kendala tujuan tersebut di atas maka fungsi tujuan model optimasi linear goal programming pengelolaan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan dapat ditulis sebagai berikut: Min Z = DB1 + DA1 + DB2 + DA2 + DB3 + DA3 + DB4 + DA4

4.7.3 Optimalisasi jumlah unit penangkapan ikan

Berdasarkan hasil pengolahan dari input model optimasi yang telah dirumuskan maka dapat ditentukan jumlah kombinasi unit usaha penangkapan ikan yang optimal dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Lindo versi 6.1. Output hasil pengolahan dengan program komputer LINDO ditunjukkan pada Lampiran 13. Jumlah unit usaha penangkapan ikan optimal yang dapat dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 27. 112 Tabel 27 Alokasi jumlah armada penangkapan yang optimum di Provinsi Sumatera Selatan No. Unit penangkapan ikan Jumlah Unit 1. Trammel net X1 53 2. Jaring insang hanyut X2 135 3. Jaring insang tetap X3 4. Jaring insang lingkar X4 5. Pancing X5 6. Bagan X6 7. Perangkap X7 173 8. Jaring klitik X8 210 Jumlah 571 Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat diketahui bahwa terdapat 4 jenis alat tangkap ikan eksisting yang perlu dikembangkan untuk mengelola 4 jenis sumberdaya ikan unggulan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu trammel net, jaring insang hanyut, perangkap dan jaring klitik. Alokasi jumlah unit alat tangkap ikan yang dapat dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan seluruhnya berjumlah 571 unit. Unit penangkapan ikan yang paling banyak untuk dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu alat tangkap jaring klitik X8 dengan jumlah sebanyak 210 unit. Jenis alat tangkap ikan terbanyak kedua yang dapat dikembangkan yaitu alat tangkap perangkap X7 sebanyak 173 unit. Selanjutnya secara berurut diikuti oleh alat tangkap jaring insang hanyut X2 dengan jumlah yang dialokasikan sebanyak 135 unit dan trammel net X1 sebanyak 53 unit. Sementara itu, alat tangkap ikan eksisting tedapat di Provinsi Sumatra Selatan yang perkembangannya perlu dibatasi agar pengelolaan 4 jenis sumberdaya ikan unggulan dapat optimal yaitu alat tangkap jaring insang tetap, jaring insang lingkar, pancing dan bagan. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai optimasi keempat jenis alat tangkap tersebut bernilai nol seperti yang terlihat pada tabel di atas. Alokasi alat tangkap yang bernilai nol berarti alat tangkap tersebut sebaiknya tidak ditambah lagi sehingga pemanfaatan sumberdaya ikannya dapat optimal. Penyesuaian komposisi jumlah dari 8 unit alat tangkap ikan eksisting terdapat di Provinsi Sumatera Selatan perlu dilakukan bila dilakukan perbandingan hasil analisis alokasi dengan jumlah unit penangkapan yang ada. Jenis unit penangkapan yang dapat ditambah atau ditingkatkan sebanyak 4 jenis, yaitu: unit penangkapan trammel net sebanyak 53 unit, jaring insang hanyut 113 sebanyak 135 unit, perangkap sebanyak 175 unit dan jaring klitik sebanyak 210 unit. Sementara itu, untuk 4 jenis alat tangkap ikan berikutnya jumlah yang ada saat ini sedapat mungkin dipertahankan. Secara lebih rinci, perbandingan jumlah optimum dan eksisting dari 8 jenis alat tangkap ikan di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 28 Tabel 28 Perbandingan jumlah optimum dan eksisting pada tahun 2007 dari 8 jenis unit penangkapan ikan terpilih di Provinsi Sumatera Selatan No. Unit penangkapan ikan Jumlah yang ada pada tahun 2007 unit Estimasi jumlah yang optimum unit Peluang Penambahan 1. Trammel net X1 789 842 53 2. Jaring insang hanyut X2 480 615 135 3. Jaring insang tetap X3 696 696 4. Jaring lingkar X4 101 101 5. Pancing X5 1422 1422 6. Bagan X6 790 790 7. Perangkap X7 936 1109 173 8. Jaring klitik X8 407 617 210 Jumlah 5621 6192 571 Nilai parameter yang digunakan untuk analisis pengalokasian unit penangkapan mempengaruhi penambahan jumlah alat tangkap, yaitu: jumlah potensi sumberdaya ikan, jumlah tangkapan ikan maksimum yang diperbolehkan JTB dan nilai produktivitas dari masing-masing unit penangkapan. Nilai produktivitas yang digunakan pada analisis ini adalah tingkat produktivitas ideal usaha yang menguntungkan, yang nilainya ini nyata lebih tinggi dari nilai produktivitas aktual sekarang, sehingga secara logika jumlah unit penangkapan yang dialokasikan jelas lebih sedikit dari yang ada. Namun, secara komposisi jumlah lima unit penangkapan tersebut ada yang disarankan untuk ditingkatkan dan ada yang disarankan untuk dipertahankan jumlahnya. Hal ini disebabkan oleh pengalokasian yang memperhitungkan beberapa aspek, yaitu aspek efektivitas dam ketersediaan SDI. Penambahan jumlah unit penangkapan harus dilakukan secara hati-hati dan melalui pengawasan yang terkoordinasi dengan baik untuk mencegah terjadinya konflik di lapangan. Penambahan unit penangkapan yang tidak terkendali dapat mengancam kelestarian sumberdaya dan justru akan mengurangi nilai ekonomi yang diperoleh. Selain itu, penambahan unit tersebut juga sebaiknya difokuskan pada armada penangkapan dengan ukuran GT yang