117 Pelabuhan Perikanan Pantai PPP ini diarahkan untuk menangani dan melayani
kapal-kapal trammel net, jaring insang hanyut, jaring klitik, dan jaring insang tetap. Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan diperuntukkan bagi kapal-kapal
berukuran kecil dalam hal ini pancing, perangkap dan bagan. Secara teknis jumlah pelabuhan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan
berjumlah 8 unit, dengan rincian 3 unit berupa Pelabuhan Perikanan Pantai dan 5 unit lainnya adalah Pangkalan Pendaratan Ikan. Rincian tahapan perhitungan
pelabuhan di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Jumlah kebutuhan optimum prasarana pelabuhan di Provinsi Sumatera
Selatan
No. Alat Tangkap
Jumlah Optimum
unit Ukuran
Kapal GT
Jumlah GT
Klasifi kasi
Jumlah PP
Unit 1.
Trammel net 842
5 4210
PPP 3
2. Jaring insang hanyut
615 5
3075 3.
Jaring Klitik 617
5 3085
4. Jaring insang tetap
696 5
3480 5.
Jaring lingkar 101
2 202
PPI 5
6. Pancing
1422 2
2844 7.
Perangkap 1109
2 2218
8. Bagan
790 2
1580 Jumlah
6192 20694
8
Keterangan : 1. Jumlah PPP diperoleh dari rasio jumlah GT kapal tramel net, jaring insang
hanyut, jaring klitik dan jaring insang dengan kapasitas optimum PPP 4000 GT.
2. Jumlah PPI diperoleh dari rasio jumlah GT kapal pancing, perangkap, dan bagan dengan kapasitas optimum PPI 1300 GT.
Berdasarkan jumlah pelabuhan perikanan yang dibutuhkan 8 unit, Sumatera Selatan sekarang telah memiliki pangkalan pendaratan ikan sebanyak
2 unit maka dibutuhkan penambahan 6 unit lagi degan rincian 3 unit PPP dan 3 unit PPI.
Minimnya pelabuhan perikanan di Pulau Sumatera dapat dimaklumi mengingat biasanya nelayan mendaratkan hasil tangkapan pada pelabuhan
rakyat yang dikenal dengan istilah “tangkahan”. Fenomena ini seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan mendorong untuk
menciptakan suatu pelabuhan perikanan yang mampu mengakomodir seluruh
118 kebutuhan nelayan dengan biaya yang terjangkau. Saridewi 2006
menyebutkan bahwa salah satu prioritas dalam pengembangan desa pantai yang berbasis perikanan adalah dengan pengembangan fasilitas pelelangan ikan
untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.
4.8.2 Komponen unit pemasaran hasil tangkapan
Komponen pemasaran hasil perikanan juga sangat memegang peran penting dalam perkembangan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan. Secara
harfiah pemasaran adalah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen, pedagang, pengolah sampai
konsumen Hanafiah Saefudin 1983. Khusus bidang perikanan tangkap sarana unit pemasaran sangat erat kaitannya dengan keberadaan pelabuhan
perikanan. Hal ini sangat jelas karena salah satu fungsi pelabuhan adalah sebagai salah satu kawasan perekonomian perikanan yang mempertemukan
antara daratan dan lautan dan diharapkan dapat memberikan multiplayer efek bagi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian lokal di sekitar pelabuhan.
Aktivitas perekonomian di kawasan pelabuhan sangat jelas terlihat di Tempat Pelelangan Ikan TPI. pasar ikan, kawasan industri pelabuhan. Namun
dari sebagian besar pelabuhan, sarana perekonomian yang minimal ada adalah TPI. TPI bagi nelayan memiliki peran besar dalam menjaga harga dan
pemasaran hasil tangkapan nelayan. Dengan mempertimbangkan peran penting TPI bagi nelayan di Provinsi Sumatera Selatan, maka jumlah optimal TPI yang
harus dibangun untuk masing-masing pelabuhan perikanan untuk menampung potensi sumberdaya yang ada perlu dihitung secara cermat.
Perhitungan luas tempat pelelangan ikan ideal yang diperlukan oleh Provinsi Sumatera Selatan dapat didekati dengan menggunakan formula baku
dalam pokok-pokok desain pelabuhan perikanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pelabuhan Perikanan, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian
Kelautan dan Perikanan diacu dalam Sutisna 2008, yakni:
Keterangan : S = Luas Gedung TPI M
2
P = Jumlah produksi yang didaratkan per hari
119 k = Koefisien daya tampung produksi m
2
Jenis kelompok ukuran ikan
ton R = Frekuensi lelang per hari
α = Koefisien perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang 0,27-0,394 Khusus untuk konstanta k untuk masing-masing komoditas perikanan memiliki nilai
yang berbeda, terlebih negara tropis seperti Indonesia. Nilai k untuk masing- masing komoditas disajikan pada Tabel 30 yang diacu dalam Sutisna 2008
Tabel 30 Nilai koefisien ruang daya tampung produksi k berdasarkan jenis kelompok ukuran ikan
Cara Penyusunan Nilai koefisien
ruang k Udang
Dalam peti disusun 10 lapis 1,56
Ikan kecil, cumi, lobster Dalam keranjang ditumpuk 3 lapis
6,00 Ikan sedang, seperti:
tongkol, cakalang, layang. Dijejerdibereskan di lantai
15,00 Ikan besar, seperti: tuna,
layaran, cucut Disusun di lantai
13,00
Berdasarkan persamaan di atas, luasan TPI optimal untuk menampung produksi optimal nelayan Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 285 m
2
, dengan rincian di setiap PPP memerlukan luasan TPI minimum sebesar 191 m
2
, sedangkan luasan di PPI mencapai 94 m
2
1. Jumlah hari kerja di setiap unit pelelangan ikan di pelabuhan perikanan setiap tahun adalah 250 hari.
Tabel 31 dan Tabel 32. Hasil tersebut diperoleh dengan 3 tiga asumsi yaitu:
2. Dalam setiap hari kerja dilakukan 2 kali pelelangan. 3. Ratio produksi yang didaratkan pada suatu pelabuhan perikanan
adalah berbanding lurus dengan ratio jumlah GT kapal ikan yang dapat dilayaninya.
Tabel 31 Jumlah kebutuhan total luasan tempat pelelangan ikan TPI yang dibutuhkan di Provinsi Sumatera Selatan
Kategori Produksi
tontahun Produksi
hari Koefisien
ruang m²ton
Luas Gedung TPI dengan
α=0,35 m² Udang
4.536,5 18,1
1,56 40,44
Rajungan 1.298,3
5,2 6
44,51 Manyung
3.308,9 13,2
6 113,45
Golok-Golok 2.514,7
10,1 6
86,22
Jumlah 11.658,4
284,62
120 Tabel 32 Jumlah kebutuhan luasan tempat pelelangan ikan TPI yang
dibutuhkan di Provinsi Sumatera Selatan untuk setiap kelas pelabuhan perikanan
Kelas Pelabuhan
Perikanan Jumlah
Pelabuhan Perikanan
unit Jumlah GT
kapal optimum
unit Ratio
Luasan TPI
Total luasan TPI
yang dibutuhkan
m
2
Luasan TPI rata-rata
disetiap kelas
Pelabuhan Perikanan
m
2
PPP 3
13.850 0,67
285 191
PPI 5
6.844 0,33
94
4.8.3 Komponen unit pengolah ikan
Komponen pasca produksi juga memiliki peran besar bagi pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan khususnya bagi penciptaan
lapangan kerja baru dan penyerapan pengangguran di bidang pengolahan hasil perikanan. Kegiatan pengolahan hasil tangkapan merupakan kegiatan pasca
produksi berperan untuk meningkatkan nilai tambah dan umur komoditas perikanan dalam bentuk yang berbeda dari bahan dasarnya. Proses
memperpanjang mutu ikan dilakukan dengan berbagai tahapan diantaranya adalah sebagai berikut:
1 Penerapan sistem rantai dingin untuk penanganan hasil tangkapan sejak ikan ditangkap hingga ke tingkat konsumen atau industri pengolahan.
2 Diversifikasi produk pengolahan dalam rangka meningkatkan nilai tambah. 3 Pengembangan UMKM pengolah hasil perikanan berbasis olahan tradisional
dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja bidang kelautan dan perikanan.
4 Pengembangan teknik pengemasan produk perikanan yang berbasiskan teknologi pengolahan untuk menarik minat konsumen sehingga dapat
meningkatkan nilai jual produk perikanan. Dengan perkiraan tingkat produksi dan sarana optimum kegiatan
penangkapan di Provinsi Sumatera Selatan, maka unit pengolahan sebagai kegiatan lanjutan dari aktivitas perikanan tangkap juga perlu diestimasi perkiraan
sarana optimum yang diperlukan untuk operasional kegiatan pengolahan ikan. Estimasi ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: