Rancang Bangun Pengembangan Perikanan Tangkap di Provinsi

139 Gambar 14 Rancang bangun pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Selain kelembagaan yang kuat, pelaksanaan pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan juga sangat membutuhkan investasi dan permodalan yang diprioritaskan bagi masyarakat nelayan. Hal ini bertujuan agar terjadi peningkatan laju usaha dari komponen-komponen perikanan tangkap yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu, peran perbankan dalam mendorong pengembangan perikanan tangkap menjadi sangat penting. Modal yang disalurkan oleh perbankan dapat dimanfaatkan oleh koperasi nelayan dan pengusaha perikanan pasca produksi, maupun pengusaha penyedia alat penunjang kegiatan panangkapan. Selain bagi individual investor juga dapat bekerjasama dengan pemerintah seperti pelabuhan perikanan pantai PPP maupun Pangkalan Pendaratan Ikan Potensi Sumberdaya Ikan TAC Udang : 5.038,39 ton Rajungan : 1.564,78 ton Manyung : 3.590,45 ton Golok-golok : 2.974,95 ton Jumlah dan kelas PP PPP : 3 PPPI: 5 Jumlah Unit Penangkapan IKan Trammelnet : 842 unit Pancing : 1422 unit Bagan : 790 unit Drift gillnet : 615 unit Set gillnet : 696 unit J. Lingkar : 101 unit J. Klitik : 617 unit Perangkap : 1109 unit Komponen Pemasaran Luas total Tempat Pelelangan ikan sebesar 285 m 2 Pasca Produksi 1. UP Rajungan 2 unit kapasitas 200 tontahun 2. UP Ikan dan udang 6 unit kapasitas 1.500 tontahun Sarana penunjang 1. Galangan Kapal 3 Unit 2. Pabrik Jaring 1 Unit Jumlah Tenaga Kerja Nelayan 14.827 orang Trammelnet : 1.684 orang Pancing : 4.266 orang Bagan : 1.580 orang Drift gillnet : 1.230 orang Set gillnet : 1.392 orang J. Lingkar : 606 orang J. Klitik : 1.851 orang Perangkap : 2.218 orang Tenaga Kerja lainnya : 1.960 orang - Ekspor - Konsumsi domestik 140 PPI. Misalnya investor mendukung sarana dan perasarana doking, air bersih, BBM, transportasi dll, sehingga kawasan pelabuhan dapat berperan sebagai kawasan perekonomian terpadu, seperti di daerah PPS di Indonesia yang telah terintegrasi antara produksi perikanan, perusahaan pengolahan hingga penyediaan sarana perbekalan melaut. Pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan tentunya akan memincu tumbuhnya kegiatan perekonomian lainnya disekitar kawasan perikanan ini. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan yang kuat dan lembaga-lembaga lain menjadi strategis, sebagai penjamin adanya aliran keuangan. Lembaga keuangan yang minimal diperlukan dan harus ada dalam pengembangan sub-sektor perikanan tangkap adalah: 1 perbankan, 2 koperasi, 3 pegadaian, dan 4 lembaga asuransi.

4.11 Keuntungan Penerapan Rancang Bangun Perikanan

Komponen dalam rancang bangun perikanan tangkap seperti telah diuraikan di atas memiliki hubungan yang saling berkaitan dan menunjang satu sama lain. Masing-masing komponen memiliki peran dan fungsi yang secara bersama-sama menciptakan kondisi perikanan yang kondusif dan menguntungkan baik bagi nelayan sebagai pelaku, pedagang, swasta dan pemerintah sebagai regulator. Oleh karena itu, penerapan suatu kebijakan pemerintah akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Estimasi yang diperoleh dari penerapan alokasi armada, penambahan sarana dan prasarana perikanan, dan kebijakan pengembangan perikanan memberikan pengaruh yang signifikan baik terhadap produksi jenis komoditas unggulan, tenaga kerja maupun nilai ekspor perikanan di Sumatera Selatan. Manfaat penerapan rancang bangun tersebut disajikan pada Tabel 47. 141 Tabel 47 Manfaat penerapan rancang bangun pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan No Uraian Kondisi Eksisting Setelah Pengembangan Kenaikan 1 Produksi Udang 5.861,86 6.356,43 494,56 8,44 Rajungan 1.726,51 1.993,78 267,27 15,48 Manyung 3.936,56 4.218,84 282,28 7,17 Golok-golok 2.667,24 3.117,68 450,43 16,89 Total 14.192,18 15.686,73 1.494,54 10,53 2 Nilai Produksi Udang 234.474.560.000 292.395.642.000 57.921.082.000 24,70 Rajungan 43.162.800.000 57.321.175.000 14.158.375.000 32,80 Manyung 29.524.230.000 36.387.529.500 6.863.299.500 23,25 Golok-golok 18.670.701.000 25.097.291.800 6.426.590.800 34,42 Total 325.832.291.000 411.201.638.300 85.369.347.300 26,20 3 Tenaga kerja perikanan Trammel net 1.578 1.684 106 6,72 Jaring insang hanyut 960 1.230 270 28,13 Jaring insang tetap 1.392 1.392 0,00 Jaring lingkar 606 606 0,00 Pancing 4.266 4.266 0,00 Bagan 1.580 1.580 0,00 Perangkap 1.872 2.218 346 18,48 Jaring klitik 1.221 1.851 630 51,60 Total 13.475 14.827 1.352 10,03 4 Tenaga kerja bidang lain PPP 600 600 - PPI 200 500 300 150 Galangan kapal 60 60 - Pabrik Jaring 100 100 - Unit Pengolahan Rajungan 100 100 - Unit Pengolahan ikan dan udang 200 600 400 200 Total Kebutuhan Tenaga Kerja orang 400 1.960 1.560 390 5 Pendapatan nelayan 15.770.000 19.340.000 3..570.000 22,64 6 Volume ekspor 2.813,69 3.529,59 715,90 22,54 Berdasarkan Tabel 47 diperoleh informasi bahwa apabila kebijakan alokasi armada optimum dan peningkatan sarana dan prasarana perikanan di implementasikan maka akan memberikan peningkatan produksi udang sebesar 142 8,44, rajungan sebesar 15,48, ikan manyung sebesar 7,17 dan ikan golok- golok sebesar 16,89. Selain itu, pengaruh yang ditimbulkan lainnya adalah adanya peningkatan pendapatan nelayan sebesar 22,64 dengan asumsi adanya peningkatan harga jual hasil tangkapan ikan sebesar 15 karena perbaikan sistem pemasaran, kualitas ikan tetap baik dengan adanya pabrik es serta penurunan biaya BBM sebesar 10 karena nelayan membeli langsung di stasiun pengisian bahan bakar yang ada di pelabuhan perikanan terdekat. Adanya penambahan Pelabuhan Perikanan Pantai dan Pusat Pendaratan Ikan memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu, adanya pabrik jaring, unit pengolahan ikan, udang dan galangan kapal diprediksi mampu menyerap 1.960 orang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah yang bekerja sebanyak 1.560 orang dari sebelumnya. Begitu pula dengan jumlah nelayan yang juga mengalami peningkatan sesuai dengan alokasi optimum armada perikanan. Meskipun demikian, diharapkan melalui penambahan sarana dan prasarana perikanan tidak terjadi konflik horizontal antar nelayan. Komoditas ekspor yang selama ini menjadi andalan utama Provinsi Sumatera Selatan adalah udang. Setelah penambahan unit pengolaham maka komoditas unggulan lain yang memiliki peluang ekspor tinggi adalah rajungan. Dengan asumsi volume ekspor adalah 60 dari produksi udang dan rajungan yang ada maka terjadi peningkatan volume sebesar 22,54.

4.12 Pengembangan Perikanan Lepas Pantai di Sumatera Selatan

Wilayah perairan Provinsi Sumatera Selatan berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan yang memiliki potensi perikanan tangkap yang tinggi. Potensi sumberdaya ikan yang masih sangat potensial untuk dikembangkan di Laut Cina Selatan adalah komoditas udang dan pelagis besar. Sementara itu, jenis ikan demersal dan pelagis kecil telah mengalami gejala penangkapan berlebih over fishing. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan hendaknya memanfaatkan potensi yang ada tesebut dengan melakukan berbagai upaya antara lain perbaikan sarana-prasarana dan pengembangan armada perikanan tangkap yang mampu menjangkau kawasan di atas 12 mil yang belum banyak dimanfaatkan oleh nelayan lokal.