61 kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi
suatu perusahaan. Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi perusahaan institusi
melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut :
1 Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal, 2 Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks
SWOT, dan 3 Tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan
dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan ataupun analisis secara kuantitatif misalkan neraca, laba rugi dan
lain-lain. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal eksternal.
Sebelum melakukan penyusunan matrik analisis SWOT terlebih dilakukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal dengan pembobotan.
Tahapan pembobotan adalah sebagai berikut : 1 Menyusun faktor-faktor strategi internal kekuatan dan kelemahan dan
faktor-faktor strategi eksternal peluang dan ancaman sebanyak 5 sampai dengan 10 strategi, dan
2 Memberikan bobot masing-masing faktor strategi internal dan eksternal, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting dapat
dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pembobotan setiap faktor-faktor SWOT
Faktor-Faktor Internal Faktor-Faktor Eksternal
Kekuatan Bobot
Kelemahan Bobot
Peluang Bobot
Ancaman Bobot
S1 W1
O1 T1
S2 W2
O2 T2
S3 W3
O3 T3
Sn Wn
On Tn
62 Setelah pembobotan masing-masing faktor strategi dirangking dan
dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi dengan menggunakan matrik analisis SWOT Tabel 3.
Tabel 3 Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai
IFA EFA STRENGHT S
WEAKNESS W
OPPORTUNITIES O
Strategi SO Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada
kuadran I Strategi WO
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika
perusahaan berada pada kuadran III
TREATHS T
Strategi ST Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman. Digunakan jika perusahaan berada pada
kuadran II Strategi WT
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman. Digunakan jika
perusahaan berada pada kuadran IV.
Matrik analisis ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Strategi yang dihasilkan yaitu : strategi S-O menggunakan unsur kekuatan untuk memanfaatkan peluang;
strategi S-T, menggunakan unsur kekuatan untuk menghadapi ancaman; strategi W-O memanfaatkan peluang dengan meminimalkan unsur kelemahan
dan strategi W-T meminimalkan unsur kelemahan dan menghindari ancaman.
3.3.6 Proses Hierarki Analitik PHA
Proses hierarki analitik PHA atau Analytical Hierarchy Process merupakan teknik pengambilan keputusan yang pertama kali dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty, seorang professor di Whartson School of Business pada tahun 1970–an. PHA pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional
persepsi orang yang berhubungan erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu kala preferensi diantara
berbagai alternatif. PHA banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-
strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik.
63 PHA merupakan proses pengambilan keputusan dengan pendekatan
sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain Saaty 1993:
1 Dekomposisi, setelah permasalahan atau persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-
unsurnya. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan terhadap unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut. 2 Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif
diantara dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA karena akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison.
3 Synthesis of Priorrity, yaitu melakukan sintesis prioritas atau mencari nilai eigenvektor-nya dari setiap matrik pairwise comparison untuk mendapatkan
prioritas lokal. Matrik pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesis
diantara prioritas lokal. 4 Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna, yaitu 1 obyek-obyek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. 2 tingkat hubungan antara obyek-obyek didasarkan pada
kriteria tertentu. Pada dasarnya, metode PHA ini memecah-mecah suatu situasi yang
kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya; menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki; memberi nilai numerik pada
pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses
pemikiran kelompok itu. Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola
pikiran yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan keputusan kelompok memperbaiki konsistensi
64 pertimbangan dan meningkatkan keandalan PHA sebagai alat pengambilan
keputusan.
3.3.6.1 Langkah–langkah pada proses hierarki analitik
Pengkajian Proses Hierarki Analitik dimulai dengan menata elemen suatu persoalan dalam bentuk hierarki. Lalu kita membuat pembandingan berpasangan
antar elemen dari suatu tingkat sesuai dengan yang diperlukan oleh kriteria- kriteria yang berada setingkat lebih tinggi. Berbagai pembandingan ini
menghasilkan prioritas dan akhirnya, melalui sintesis, menghasilkan prioritas menyeluruh. Kita mengukur konsistensi dan menangani interdependensi
Semua langkah dasar dari proses ini dapat diringkaskan menjadi suatu ikhtisar yang singkat. Dalam arti yang luas, proses ini stabil, meskipun beberapa
langkah tertentu mungkin memperoleh penekanan istimewa dalam berbagai persoalan khusus. Sebagaimana dicatat di bawah ini, biasanya diperlukan
pengulangan Saaty 1993 : 1 Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan,
2 Struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh dari tingkat- tingkat puncak sampai ke tingkat di mana dimungkinkan campur tangan
untuk memecahkan persoalan itu, 3 Buatlah sebuah matriks banding berpasang untuk kontribusi atau
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Dalam matriks ini,
pasangan-pasangan elemen dibandingkan dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, kebanyakan
orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat
untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya,
4 Jadi jika satu elemen tak berkontribusi lebih dari elemen lainnya, elemen yang lainnya ini pasti berkontribusi lebih dari elemen itu. Bilangan ini
dimasukkan dalam tempat yang semestinya dalam matriks itu dan nilai kebalikannya dalam tempat yang lain itu. Menurut perjanjian, suatu
elemen yang disebelah kiri diperiksa perihal dominasinya atas suatu elemen di puncak matriks,