77 3. Kapalperahu Trammel-net
Ukuran kapal P x L x D yaitu 10 m x 2,2 m x 0,8 m. Tenaga penggerak yang digunakan yaitu 45 PK ukuran mesin, suzuki merek mesin dan solar
bahan bakar. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring dengan dimensi P x L : 20 m x 1,5 m sejumlah 100 piece.
4.3.3 Alat tangkap
Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di perairan Provinsi Sumatera Selatan, terdiri dari enam kelompok yaitu seine net, gillnet, lift net,
rawai, trap, dan alat pengumpul kerang. Jumlah alat tangkap di perairan Sumatera Selatan pada tahun 2001-2007 mengalami peningkatan yaitu 4537 unit
pada tahun 2001 dan 7801 pada tahun 2007. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan jumlah armada dan volume penangkapan ikan di sekitar
perairan Sumatera Selatan setelah berpisah dengan Provinsi Bangka Belitung. Peningkatan alat tangkap ini diharapkan dapat ikut serta meningkatkan jumlah
penghasilan nelayan yang beroperasi di kawasan ini. Jenis alat tangkap paling banyak digunakan oleh nelayan di sekitar
Sumatera Selatan adalah jenis jaring insang gill-net, trammel-net, jaring insang tetap dan jaring insang hanyut. Jenis jaring ini sangat populer digunakan
sampai pada tahun 2007, hal ini disebabkan oleh jenis target spesies yang memungkinkan untuk ditangkap di sekitar perairan Sumatera Selatan adalah
dengan menggunakan jenis alat tangkap ini. Hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap sejenis jaring insang ini lebih banyak, namun juga
tidak semua ikan tertangkap yang kecil masih dapat lolos sehingga dapat melakukan regenerasi populasi. Dengan begitu kondisi populasi ikan di kawasan
ini masih dapat dimanfaatkan kembali tidak habis dalam sekali penangkapan. Data jumlah alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Sumatera Selatan
disajikan pada Tabel 7.
78 Tabel 7 Perkembangan jumlah alat tangkap perikanan laut unit menurut jenis
alat tangkap di Provinsi Sumatera Selatan No.
Alat Tangkap Tahun
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 1.
Payang 98
139 179
179 208
236 258
2. Jaring insang hanyut
513 1008
408 422
434 446
480 3.
Jaring insang tetap 196
202 825
854 822
789 696
4. Jaring insang lingkar
101 94
86 86
91 95
101 5.
Jaring klitik 345
403 471
478 467
457 407
6. Trammel net
696 712
856 870
844 818
789 7.
Bagan tancap 570
580 648
717 724
731 760
8. Serok
260 39
251 251
271 291
398 9.
Jaring angkat lainnya 146
395 647
658 729
800 764
10. Pancing
777 751
1042 1064
1186 1308
1222 11.
Sero 194
204 356
577 619
661 769
12. Jermal
234 238
244 244
265 285
293 13.
Alat perangkap lainnya 535
802 411
688 742
795 736
14. Alat pengumpul kerang
106 15
282 295
173 51
128 Jumlah
4537 5581
6706 7383
7572 7762
7801
Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2008
Secara umum, seperti halnya yang terjadi pada perkembangan jumlah nelayan, jumlah alat tangkap pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada periode tahun 2001-2004 yaitu dari angka 4537 unit menjadi 7383 unit.
Pada periode setelahnya tidak terlalu besar peningkatannya dimana pada tahun 2005 hingga 2007 naik dari jumlah alat tangkap sebesar 7572 unit menjadi 7801
unit.
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
Tahun
J u
m la
h u
n it
Gambar 11 Perkembangan jumlah seluruh alat tangkap menurut jenis alat di Provinsi Sumatera Selatan.
79
4.3.4 Produksi perikanan tangkap
Produksi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan mengalami kenaikan dari tahun 2001-2007. Pada tahun 2001 jumlah
produksi perikanan 46191,70 ton dan pada tahun 2007 menurun menjadi 36643,08
ton. Produksi perikanan tangkap secara keseluruhan menurut jenis ikan di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Secara umum terjadi kecenderungan peningkatan produksi perikanan tangkap sepanjang periode 2001-2004 Gambar 12. Meskipun demikian, pada
tahun 2005-2006, terjadi penurunan produksi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini diakibatkan oleh karena adanya kenaikan harga BBM
sehingga banyak kapal penangkapan yang tidak melakukan aktifitas-aktifitasnya, hal ini terlihat dari menurunnya jumlah trip penangkapan pada tahun 2004
sebanyak 1.023.260 trip menjadi 929.115 trip pada tahun 2006. Kemudian secara perlahan-lahan naik kembali pada tahun 2007 dengan produksi mencapai
36643,08 ton. Kenaikan bahan bakar sangat berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan karena bahan bakar merupakan komponen biaya terbesar yang di
butuhkan dalam melaksanakan operasional penangkapan. Namun demikian, hal paling penting yang berdampak terhadap fluktuasi hasil tangkapan yang
mengarah pada degradasi sumberdaya ikan adalah adanya target peningkatan produksi perikanan yang mengesampingkan aspek kelestariannya yang juga
dibarengi dengan semakin tingginya permintaan terhadap ikan baik dari dalam maupun luar negeri.
Kualitas perairan yang semakin menurun dan peningkatan jumlah effort memberikan tekanan yang cukup berarti sehingga berdampak negatif terhadap
ketersediaan sumberdaya ikan. Produksi perikanan tangkap per jenis ikan di Provinsi Sumatera Selatan seperti yang di tunjukan pada Tabel 8 dan Gambar
12.