Produksi perikanan tangkap Perikanan tangkap

81 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P ro d u ks i T o n Gambar 12 Perkembangan produksi total perikanan tangkap menurut jenis ikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007. Kapal perikanan yang beroperasi di sekitar perairan Sumatera Selatan, pada umumnya melakukan satu kali trip one day fishing. Meskipun demikian, masing-masing kapal memiliki durasi dan jumlah trip yang berbeda tergantung pada jenis alat tangkap dan ukuran kapal yang digunakan. Pada tahun 2001, jumlah trip secara keseluruhan mencapai 774.343 dan pada tahun 2007 naik mencapai angka 982.386. Kenaikan jumlah trip ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah armada pada tahun yang sama. Jumlah trip terbesar dalam kurun waktu 7 tahun terakhir terjadi pada alat tangkap pancing tonda dan pancing lainnya, perangkap dan trammel net. Jumlah trip kapal penangkapan ikan menurut alat penangkapan di Provinsi Sumatera Selatan seperti yang di tunjukan pada Table 9. 82 Tabel 9 Jumlah trip kapal penangkapan ikan menurut alat penangkapan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 No. Alat Tangkap Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1. Payang 6468 9418 12530 12172 15847 16744 15848 2. Jaring insang hanyut 78489 67167 62424 64566 25146 30888 30883 3. Jaring insang tetap 39200 40400 165000 134932 116653 112038 94656 4. Jaring insang lingkar 17170 15895 14620 14620 11390 11900 13940 5. Jaring klitik 45951 11024 67581 67721 78536 90723 96200 6. Trammel net 139200 142400 154080 137460 119848 116156 107304 7. Bagan tancap 85500 87000 97200 107550 78600 79650 82500 8. Serok 52000 7800 45180 41159 38482 41322 54128 9. Jaring angkat lainnya 12702 34365 56246 57203 63380 69557 66468 10. Pancing+Pancing Tonda 132090 144670 177140 180880 150620 154360 156740 11. Sero 23280 24480 30604 30604 57288 58124 92280 12. Alat perangkap lainnya 107000 160400 73980 108704 105293 112890 127296 13. Alat pengumpul kerang 14840 2100 39480 41300 8880 9259 17920 14. Jenis alat lainnya 20453 21765 2077 24389 2787 25505 26223 Jumlah 774343 768884 1019142 1023260 894750 929115 982386 Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2008 Produktivitas alat penangkapan ikan diartikan sebagai ukuran jumlah hasil tangkapan yang diperoleh baik selama setahun atau per trip menurut jenis alat tangkap yang digunakan. Produktivitas tahunan alat penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Selatan secara umum mengalami fluktuasi antara tahun 2001- 2007. Alat tangkap jaring insang hanyut memiliki produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2007 yaitu 16,99 ton. Peningkatan jumlah alat tangkap yang tidak sebanding dengan peningkatan produksi mengakibatkan nilai produktivitas tahunan alat penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Selatan menjadi menurun seperti ditunjukkan pada Tabel 10. 83 Tabel 10 Produktivitas tahunan alat penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 TonTahunAlat penangkap ikan No. Alat Tangkap Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1. Payang 2,65 2,69 1,07 1,14 0,49 0,54 0,77 2. Jaring insang hanyut 23,34 12,65 30,26 30,04 26,79 18,58 16,99 3. Jaring insang tetap 0,68 1,00 8,06 8,04 6,74 5,73 2,57 4. Jaring insang lingkar 4,68 6,59 8,09 8,22 4,02 4,92 5,81 5. Jaring klitik 8,96 8,29 7,14 7,23 3,80 4,96 7,03 6. Trammel net 9,54 9,97 4,89 4,97 2,64 3,49 5,51 7. Bagan tancap 16,72 17,50 14,33 13,34 11,66 8,53 10,71 8. Serok 0,25 2,36 0,38 0,42 0,44 0,35 0,29 9. Jaring angkat lainnya 0,20 0,10 0,06 0,06 0,03 0,03 0,06 10. Pancing 7,64 8,51 5,81 5,88 5,25 3,14 2,30 11. Sero 15,88 16,04 8,82 5,62 2,70 3,24 2,73 12. Jermal 8,13 5,81 9,62 5,92 3,92 3,37 1,35 13. Alat perangkap lainnya 3,08 24,06 1,95 1,91 1,68 7,25 6,11 14. Alat pengumpul kerang 0,06 0,07 0,29 0,27 0,46 0,17 0,32 Rata-rata 2,65 2,69 1,07 1,14 0,49 0,54 0,77 Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2008 Penurunan produktivitas alat penangkapan dari tahun 2001-2007 juga diikuti dengan mengurangi produksi rata-rata per trip alat penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2001 produktivitas rata-rata dari ke-14 alat tangkap yang ada adalah sebesar 0.051 tontrip dan naik menjadi menjadi 0,082 tontrip pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2007 kembali menurun sehingga menjadi 0,051 tontrip pada tahun. Produksi rata-rata per trip alat penangkapan di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 11. 84 Tabel 11 Produksi rata-rata per trip alat penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 TonTripAlat penangkap ikan No. Alat Tangkap Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1. Payang 0,040 0,040 0,015 0,017 0,006 0,008 0,012 2. Jaring insang hanyut 0,153 0,190 0,198 0,196 0,462 0,268 0,264 3. Jaring insang tetap 0,003 0,005 0,040 0,051 0,047 0,040 0,019 4. Jaring insang lingkar 0,028 0,039 0,048 0,048 0,032 0,039 0,042 5. Jaring klitik 0,067 0,303 0,050 0,051 0,023 0,025 0,030 6. Trammel net 0,048 0,050 0,027 0,031 0,019 0,025 0,041 7. Bagan tancap 0,111 0,117 0,096 0,089 0,107 0,078 0,103 8. Serok 0,001 0,012 0,002 0,003 0,003 0,002 0,002 9. Jaring angkat lainnya 0,002 0,001 0,001 0,001 0,000 0,000 0,001 10. Pancing 0,045 0,044 0,034 0,035 0,041 0,027 0,021 11. Sero 0,132 0,134 0,103 0,106 0,029 0,037 0,023 12. Alat perangkap lainnya 0,041 0,029 0,053 0,037 0,028 0,024 0,010 13. Alat pengumpul kerang 0,022 0,172 0,014 0,014 0,033 0,040 0,044 14. Jenis alat lainnya 0,015 0,017 0,024 0,081 0,012 0,051 0,102 Rata-rata 0,051 0,082 0,050 0,054 0,060 0,047 0,051 Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2008 Tingkat produktivitas alat penangkapan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di samping tingkat harga ikan hasil tangkapan. Dengan meningkatnya produktivitas maka pendapatan nelayan pun akan meningkat. Harga ikan di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluktuasi. Fluktuasi yang terjadi ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara, kebijakan pemerintah dan ketersediaan sumberdaya yang terbatas pada musim-musim tertentu. Harga sumberdaya yang paling tinggi sejak tahun 2001-2007 adalah udang windu yaitu berada pada kisaran Rp 40.000 – Rp 43.000 per Kg, sedangkan kerang darah memiliki harga yang paling rendah yaitu Rp 1.500 – Rp 3.500 per Kg. Harga ikan menurut jenis ikan di Provinsi Sumatera Selatan ditunjukkan pada Tabel 12. 85 Tabel 12 Harga ikan Rpkg menurut jenis ikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Kategori Jenis Ikan Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Demersal Sebelah 5.500 6.000 6.000 6.500 7.000 7.000 7.500 Peperek 5.500 5.500 5.500 6.000 6.000 6.000 6.500 Manyung 5.000 5.000 5.000 5.000 5.500 6.000 7.500 Gerot-gerot 4.000 4.000 4.500 5.000 5.500 6.000 7.000 Merah 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 9.500 9.500 Kakap 5.000 6.000 7.500 8.000 9.000 9.000 9.000 Gulamah 2.500 2.500 2.500 3.000 4.000 4.500 6.000 Cucut 5.000 5.000 5.000 5.500 6.000 7.000 7.500 Pari 4.000 4.000 4.000 4.500 5.000 6.000 6.500 Kuro 8.000 10.000 13.000 16.000 18.000 18.000 20.000 Layur 4.500 4.500 5.500 6.500 7.500 8.000 8.000 Bawal Hitam 6.500 7.000 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 Bawal Putih 6.500 7.000 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 Pelagis Selar 4.000 4.000 4.500 5.000 6.000 6.500 7.000 Belanak 4.000 4.000 4.500 4.500 5.500 6.000 6.500 Teri 4.000 4.500 4.500 5.000 5.500 5.500 5.500 Japuh 4.000 4.000 4.500 4.500 5.000 5.000 7.000 Golok-golok 4.000 4.000 4.500 5.000 6.000 6.000 7.000 Kembung 5.000 5.000 5.500 6.500 7.000 7.500 8.000 Tenggiri Papan 7.000 7.500 8.500 9.000 9.500 10.000 11.000 Tenggiri 7.000 7.500 8.500 9.000 9.500 10.000 11.000 Tongkol 4.000 4.000 4.500 5.000 5.500 6.500 7.500 Ikan lainnya 3.000 3.500 4.000 4.500 5.500 6.000 6.000 Binatang berkulit keras Rajungan 20.000 20.000 20.500 23.000 23.000 24.000 25.000 Udang windu 40.000 40.000 42.000 42.000 43.000 43.000 43.000 Udang putih 37.000 37.000 38.000 38.000 40.000 42.000 44.000 Udang dogol 25.000 25.000 30.000 30.000 31.000 31.000 32.000 Udang lainnya 10.000 10.000 12.000 15.000 15.000 15.500 16.000 Binatang berkulit lunak Kerang darah 1.500 1.500 2.000 2.000 2.500 3.000 3.500 Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Nilai produksi perikanan tangkap dari jenis demersal, pelagis, binatang bertulang lunak dan binatang bertulang keras di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Tabel 13 terlihat mengalami kenaikan dari tahun 2001-2007. Pada tahun 2001 nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp. 296.791.000.000- dan Rp. 374.185.200.000,- pada tahun 2007. Nilai produksi perikanan tangkap meningkat seiring dengan meningkatnya hasil tangkapan. Peningkatan hasil tangkapan didukung dengan peningkatan alat penangkapan dan armada perahukapal. Secara lebih jelas nilai produksi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan ditunjukkan pada Tabel 13. 86 Tabel 13 Nilai produksi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Kategori Jenis Ikan Tahun Rp. X 1.000.000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Demersal Sebelah 2660,9 3211,8 3379,2 3765,5 4187,4 2660,7 3651,0 Peperek 8032,2 8649,3 9231,2 10363,8 9075,0 6803,4 8351,2 Manyung 16583,0 18534,0 19895,5 22409,0 11288,8 14785,8 16209,3 Gerot-gerot 6954,8 7440,0 9158,0 10475,0 5934,0 8253,0 9669,1 Merah 3931,5 5218,8 6038,2 7085,6 5198,0 5523,3 9056,4 Kakap 6027,0 8144,4 10618,5 16025,6 20268,0 8626,5 9329,4 Gulamah 1423,3 1769,0 1806,0 3371,1 3528,8 2192,9 3117,2 Cucut 10064,0 10935,0 11603,J0 12214,4 11236,8 10966,9 11109,5 Pari 8722,8 9304,4 9067,6 12382,7 10006,0 9187,2 8736,7 Kuro 1732,8 3010,0 4563,0 7918,4 3339,0 4251,6 8478,7 Layur 2473,7 2749,1 3245,0 4273,1 2343,0 3184,8 4990,7 Bawal Hitam 9319,7 11206,3 12000,8 13773,0 12865,6 11540,5 12272,7 Bawal Putih 5232,5 6722,8 6619,9 9400,5 7203,2 5422,2 7599,6 Pelagis Selar 6515,2 6874,4 8758,4 5325,0 6189,0 8548,8 8974,5 Belanak 5164,4 5856,0 6881,0 8563,5 8855,6 6195,6 10829,4 Teri 6555,6 7826,4 6260,0 7159,5 7355,7 5170,0 7380,6 Japuh 2034,8 2315,2 2461,1 2528,1 1446,0 1843,0 4081,0 Golok-golok 9688,0 10684,8 13547,3 18334,0 7380,0 10077,6 12061,5 Kembung 764,0 1040,0 1180,3 2875,6 3211,6 1096,5 2028,8 Tenggiri Papan 7018,2 8442,0 8881,7 9679,5 9062,1 7061,0 9020,0 Tenggiri 5695,9 6695,3 7242,9 7884,9 6184,5 5748,0 7603,6 Tongkol 1724,0 2056,8 2266,7 2583,0 2563,6 2204,8 4167,5 Ikan lainnya 41691,9 48120,5 58656,0 52626,2 84044,4 62989,2 51118,0 Binatang berkulit keras Rajungan 9402,0 14004,0 36977,9 48403,5 23202,4 30146,4 31106,8 Udang windu 6784,0 7988,0 7513,8 15489,6 8380,7 5194,4 8257,4 Udang putih 68953,2 77744,4 82722,2 98047,6 46152,0 50034,6 56949,2 Udang dogol 24407,5 27122,5 33123,0 39807,0 43217,1 23079,5 28252,8 Udang lainnya 16453,0 18033,0 18056,4 21331,5 23665,5 16935,3 17757,3 Binatang berkulit lunak Kerang darah 781,2 867,2 1099,8 1787,6 725,3 1109,4 2025,5 Jumlah 296791,0 342565,2 402854,0 475883,7 388108,8 330832,8 374185,2 Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Keberlanjutan perikanan tangkap di suatu daerah tidak terlepas dari volume produksi tahunan. Angka produksi tersebut menunjukkan seberapa besar potensi sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan di wilayah tersebut. Meskipun sumberdaya perikanan termasuk dalam jenis sumberdaya yang dapat pulih, namun pengeksploitasian yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan kepunahan ikan. Menurut Suharso et. al 2006, sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Oleh karena itu, prinsip yang perlu dipahami 87 adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada di Provinsi Sumatera Selatan untuk kehidupan masyarakat secara lestari dan berkelanjutan. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia.

4.3.5 Pengolahan hasil perikanan

Proses pengolahan hasil perikanan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Untuk komoditas ekspor seperti udang dan rajungan, setelah mengalami pengolahan dengan memotong kepala udang tanpa kepala dan pemisahan cangkang rajungan, produk ekspor tersebut langsung dibekukan untuk mempertahankan mutu tetap baik. Pengolahan produk komoditas lokal dilakukan dengan cara pemindangan, pengasapan maupun penjemuran. Jenis olahan lain yang menjadi salah satu makanan khas Provinsi Sumatera Selatan adalah pempek dan kerupuk ikan. Makanan yang bahan utamanya dari ikan ini menjadi oleh-oleh khas bagi wisatawan dan sangat disenangi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan potensi pasar yang besar merupakan salah satu keunggulan hasil olahan perikanan Provinsi Sumatera Selatan. Melalui koordinasi dan pembinaan yang terpadu, maka usaha pempek dan kerupuk dapat dikembangkan dengan lebih baik dan melibatkan banyak tenaga kerja yang pada akhirnya bukan hanya meningkatkan pendapatan bagi pengusaha tetapi juga mampu menggerakkan ekonomi bagi masyarakat pesisir.

4.3.6 Pemasaran hasil tangkapan

Produk perikanan Provinsi Sumatera Selatan telah didistribusikan ke berbagai wilayah pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional. Wilayah pemasaran lokal meliputi kabupatenkota di seluruh Provinsi Sumatera Selatan hingga ke wilayah lain yang permintaan produk perikanannya tinggi. Metode pemasaran dapat dilakukan langsung di tempat pendaratan ikan baik kepada pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen lainnya. Selain di pasarkan di lingkungan Provinsi Sumatera Selatan, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan di daerah ini juga didistribusikan ke provinsi lain baik di wilayah Sumatera maupun ke Jakarta, Batam dan Tanjung Balai Karimun. Komoditi andalannya antara lain udang, rajungan, golok-golok dan manyung. 88

4.3.7 Prasarana perikanan

Provinsi Sumatera Selatan belum terdapat pelabuhan perikanan skala menengah ataupun kecil. Dalam kegiatan jual beli hasil perikanan, terdapat 2 Pangkalan Pendaratan Ikan PPI yang masing-masing terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin. Pangkalan Pendaratan Ikan diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Adapun lokasi dan kondisi PPI tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Pangkalan Pendaratan Ikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Nama PPI Lokasi Kondisi Ogan Komiring Ilir Kabupaten. Ogan Komiring Ilir Masih berfungsi Banyuasin Kabupaten. Banyuasin Masih berfungsi Sumber : Statistik Perikanan Sumatera Selatan Tahun 2001-2007 Dalam perkembangan ke depan, setelah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi Provinsi sendiri dulunya masih bergabung dengan Sumatera Selatan dibutuhkan pelabuhan perikanan yang dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan. Adanya pelabuhan perikanan akan membuat kegiatan perikanan berjalan lancar sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat.

4.4 Sumberdaya Ikan Unggulan

Indonesia termasuk daerah tropis dengan berbagai jenis sumberdaya ikan baik pelagis maupun demersal. Jumlah spesies yang beragam tersebut memberikan 2 hal yang berbeda. Keberagaman spesies menyebabkan penentuan jumlah stok sumberdaya ikan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan pada daerah subtropis yang umumnya memiliki single spesies. Namun demikian, jumlah spesies yang relatif tinggi memberikan banyak pilihan dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam penentuan kebijakan pengelolaan perikanan. Nilai produksi dan usaha perikanan dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran perlu memperhatikan upaya pemenuhan kebutuhan akan ikan, baik untuk skala domestik maupun skala ekspor dengan ketentuan 89 harga yang pantas di tingkat nelayan. Kesejahteraan nelayan dapat ditingkatkan dengan adanya kegiatan pemasaran. Perluasan jangkauan pasar, promosi, penyediaan informasi dan peningkatan pengetahuan nelayan merupakan faktor- faktor lainnya yang dapat meningkatkan produksi dengan selalu berorientasi pada permintaan pasar. Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas yang memiliki potensi dan nilai jual yang tinggi, dapat dilakukan dengan pendekatan aspek pemasaran. Oleh karena itu, aspek ini digunakan dalam menentukan komoditas unggulan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Aspek pemasaran dilakukan melalui 2 tahapan. Diharapkan dengan melakukan 2 tahapan tersebut akan diperoleh komoditas unggulan yang benar- benar dapat dijadikan basis dalam pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan pada masa yang akan datang. Komoditas unggulan harus selalu ditingkatkan dari tahun ke tahun dengan tetap memperhatikan kelestarian dari sumberdaya tersebut. Tahapan tersebut adalah pertama, semua komoditas yang dianggap memiliki potensi pemasaran yang baik diinventarisasi, komoditas tersebut diperoleh dari para stakeholder perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Inventarisasi dari data sekunder juga dijadikan masukan dalam menentukan komoditas unggulan. Selanjutnya, informasi tersebut di seleksi kembali dengan menggunakan metode skoring. Kedua, menggunakan pendekatan pada aspek pemasaran. kriteria yang digunakan antara lain nilai produksi, harga, wilayah pemasaran dan nilai tambah. Hasil analisis dengan menggunakan metode skoring menunjukkan adanya perbedaan ranking dari 23 jenis ikan yang menjadi target penangkapan nelayan di Provinsi Sumatera Selatan. Jenis ikan yang memiliki ranking tertinggi merupakan komoditas unggulan yang layak untuk dikembangkan. Komoditas unggulan terpilih yang berada pada 4 ranking teratas dipilih sebagai komoditas unggulan berdasarkan fungsi nilai tertinggi. Keempat jenis komoditas unggulan terpilih tersebut adalah udang, rajungan, manyung dan golok-golok. Udang dan rajungan merupakan komoditas utama yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan ikan manyung dan golok-golok. Selain itu, sifat biologis udang yang memiliki kemampuan recoverypemulihan cukup cepat menyebabkan jenis komoditas ini relatif aman untuk ditangkap. Namun dalam pelaksanaannya harus tetap menggunakan cara dan metode yang ramah lingkungan. Selain itu, wilayah cakupan pemasarannya yang mencakup wilayah internasional ekspor serta harganya yang tinggi menjadi kekuatan tersendiri yang menyebabkan udang