90 berada pada rangking pertama. Sementara itu, ikan manyung dan golok-golok
merupakan 2 jenis komoditas yang banyak terdapat di perairan ini. Pemanfaatan kedua jenis ikan tersebut antara lain sebagai ikan konsumsi , tingkat konsumsi
ikan masyarakat yang tinggi diperkirakan akan menyebabkan peningkatan permintaan terhadap keempat komoditas unggulan tersebut. Proses penentuan
komoditas unggulan tersebut disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Seleksi komoditas unggulan di perairan Sumatera Selatan dengan
metode skoring
Nama Nama
Nilai Fungsi
Harga Fungsi
Wilayah Fungsi
Nilai Fungsi
Nilai Rataan
Komoditi Ilmiah
Produksi Nilai
RpKg Nilai
Pemasaran Nilai
Tambah Nilai
Gabungan Fungsi
Ikan Rp
Nilai Sebelah
Psettodes erumai 2,253,512
0.028 6,500
0.210 2
0.667 1
0.500 1.405
0.351 18
Peperek Secutor ruconis
6,914,591 0.087
5,857 0.189
1 0.333
1 0.500
1.110 0.277
22 Manyung
Arius thalassinus 27,570,700
0.347 5,571
0.180 2
0.667 2
1.000 2.193
0.548 3
Gerot-gerot Johnius sp.
6,348,485 0.080
5,143 0.166
1 0.333
1 0.500
1.079 0.270
21 Merah
Priacanthus spp. 4,556,332
0.057 7,714
0.249 2
0.667 1
0.500 1.473
0.368 16
Kakap Lutjanus spp
8,618,891 0.108
7,643 0.247
2 1.000
1 0.500
1.855 0.464
7 Gulamah
Argyrosomus amoyensis 1,739,367
0.022 3,571
0.115 2
0.667 2
1.000 1.804
0.451 10
Cucut Sphyrhinidae
10,472,008 0.132
5,857 0.189
2 0.667
1 0.500
1.488 0.372
12 Pari
Trigonidae 12,798,688
0.161 4,857
0.157 1
0.333 2
1.000 1.651
0.413 11
Kuro Eletheronema tetradactylum
20,375,114 0.256
14,714 0.475
3 1.000
1 0.500
2.232 0.558
5 Layur
Trichiurus savala 4,337,045
0.055 6,357
0.205 2
0.667 1
0.500 1.427
0.357 19
Bawal hitam Formio niger
6,485,262 0.082
7,643 0.247
2 0.667
1 0.500
1.495 0.374
13 Selar
Caranx bucculentus 4,672,159
0.059 5,286
0.171 2
0.667 1
0.500 1.396
0.349 17
Belanak Mugil sp
5,186,088 0.065
5,000 0.162
2 0.667
2 1.000
1.893 0.473
6 Teri
Thryssa sp 8,862,257
0.111 4,929
0.159 1
0.333 2
1.000 1.604
0.401 14
Japuh Dussumieria acuta
2,162,512 0.027
4,857 0.157
2 0.667
2 1.000
1.851 0.463
9 Golok-golok
Chirocentrus dorab 19,917,307
0.250 5,214
0.168 2
0.667 2
1.000 2.086
0.521 4
Kembung Rastrelliger k anagurta
1,092,797 0.014
6,357 0.205
2 0.667
2 1.000
1.886 0.471
8 Tenggiri
Scomberomorus comersonii 6,858,420
0.086 8,929
0.289 2
0.667 1
0.500 1.541
0.385 15
Tongkol Euthynus sp
1,692,210 0.021
5,286 0.171
2 0.667
1 0.500
1.359 0.340
20 Rajungan
Portunus sp 55,031,000
0.692 22,214
0.718 3
1.000 2
1.000 3.410
0.852 2
Udang Penaeid
79,549,572 1.000
30,946 1.000
3 1.000
1 0.500
3.500 0.875
1 Kerang darah
Anadara sp 1,195,615
0.015 2,286
0.074 1
0.333 1
0.500 0.922
0.231 23
Rangking
Keterangan : Untuk wilayah pemasaran
: 1 = Lokal
2 = Nasional 3 = Internasional
Untuk nilai tambah :
1 = Rendah 2 = Tinggi
3 = Sangat tinggi
Komoditas unggulan hasil seleksi merupakan jenis ikan yang menjadi prioritas pengembangan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan
jenis komoditi unggulan tersebut maka selanjutnya dilakukan berbagai analisis sehingga dihasilkan strategi pemanfaatan yang tepat dan optimal. Analisis yang
dimaksud antara lain status dan tingkat pemanfaatan keempat komoditas unggulan, teknologi penangkapan yang tepat serta alokasi optimum bagi
teknologi penangkapan terpilih.
4.5 Status dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Unggulan
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 4 empat jenis komoditas unggulan. Keempat jenis komoditas tersebut diperoleh dari hasil survei,
kuisioner, wawancara dengan nelayan dan stakeholder di lokasi studi. Pemanfaatan keempat jenis komoditas unggulan tersebut dapat dioptimalkan
91 dengan melakukan pendugaan terhadap ketersediaan stok dan tingkat
pemanfaatan jenis ikan unggulan. Estimasi terhadap keberadaan stok ikan dengan menggunakan metode surplus production. Alasan digunakannya metode
tersebut karena metode tersebut relatif paling murah, cepat dan sederhana dalam pengerjaannya. Kesuksesan dalam menggunakan metode ini terletak
pada keakuratan sumber data yang digunakan dalam analisis stok sumberdaya ikan nantinya. Metode ini membutuhkan data-data time series seperti hasil
tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan pada lokasi penelitian. Penggunaan metode surplus production dengan menerapkan Model
Schaefer pada kondisi tertentu, bisa digunakan dalam menghitung dan menentukan batas hasil tangkapan yang diperbolehkan, yaitu untuk memberikan
kelonggaran dan keleluasaan bagi nelayan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ikan yang ada Zulkarnain dan Darmawan, 1997.
Suatu stok dianggap sebuah gumpalan besar biomasa dan sama sekali tidak berpedoman atas umur dan ukuran panjang ikan Gulland 1983. Dengan
mempertimbangankan bahwa jumlah biomasa stok tetap dan adanya aktivitas usaha perikanan. Dengan demikian dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah
kapal, maka akan semakin kecil bagian masing-masing kapal. Selain itu, Selanjutnya kejadian tangkap lebih over fishing dapat dideteksi dengan suatu
kombinasi sejumlah indikator stok, seperti : i penurunan hasil tangkapan per unit upaya, ii penurunan total hasil tangkapan yang didaratkan, iii penurunan
rata-rata bobotukuran ikan, iv perubahan struktur umurstruktur ukuran, dan atau v perubahan komposisi spesies dalam populasi Widodo 2003. Hasil
analisis potensi sumberdaya ikan untuk ke empat jenis komoditi unggulan dengan menggunakan metode surplus production dapat ditunjukkan pada Tabel
16. Tabel 16
Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan untuk komoditi unggulan di Provinsi Sumatera Selatan
No. Jenis ikan
Potensi Lestari
ton Upaya
optimum trip
Upaya aktual
trip Jumlah
Tangkapan yang diperbolehkan
ton Produksi
rata-rata ton
Tingkat Pemanfaatan
1. Udang
6.297,98 709.952
308.802 5.038,39
4.536,5 66,77
2. Rajungan
1.955,98 207.849
91.940 1.564,78
1.298,3 63,60
3. Manyung
4.488,06 358.268
135.713 3.590,45
3.308,9 65,02
4. Golok-golok
3.718,69 286.413
92.520 2.974,95
2.514,7 58,42
Sumber : hasil analisis
92 Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 16, komoditi
unggulan memiliki tingkat pemanfaatan yang beragam. Udang memiliki tingkat pemanfaatan mencapai 66,77 dan masih memiliki peluang pengembangan
yang cukup besar. Udang merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Wilayah pemasarannya tersebar luas mulai dari pasar
domestik hingga manca negara. Harga jualnya yang diatas rata-rata menjadi pemicu penangkapan secara besar-besaran. Udang memiliki sifat biologi
reproduksi yang unik, dimana udang memiliki siklus reproduksi relatif singkat 1 tahun. Hal ini menyebabkan tingkat pulihnya recovery menjadi sangat cepat.
Oleh karena itu, pemanfaatan udang yang dilakukan secara bertanggung jawab dan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan akan tetap menjamin
kelestarian sumberdaya udang di perairan Sumatera Selatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peluang pengembangan perikanan udang masih
sangat besar dengan memperbaiki teknologi penangkapan yang digunakan dan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya penangkapan yang ramah
lingkungan. Pemanfaatan rajungan baik sebagai bahan konsumsi penduduk lokal dan
nasional juga mulai dilirik sebagai salah satu komoditas ekspor baik dalam bentuk segar maupun olahan. Harga jualnya yang relatif tinggi juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi penangkapan rajungan oleh nelayan. Tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Sumatera Selatan mencapai 63,60. Oleh
karena itu, peluang pengembangan perikanan rajungan masih sangat besar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan introduksi terhadap
metode dan alat penangkapan yang digunakan. Hal ini tentu saja harus berpedoman pada kaidah-kaidah pemanfaatan yang ramah lingkungan dan
bertanggung jawab. Ikan manyung dan golok-golok juga memiliki peluang pengembangan
yang masih tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai tingkat pemanfaatannya yang masing-masing 65,02 dan 58,42. Oleh karena itu, peluang
pengembangan kedua jenis komoditi tersebut masih sangat besar 34,98 dan 41,58. Potensi perikanan yang masih tersisa hendaknya dapat dimanfaatkan
dengan bijak melalui berbagai langkah dalam mewujudkan pembangunan perikanan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Pembangunan perikanan
merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui