commit to user 183
15. Jangan sampai engkau tersesat, tempatnya bahaya tak diragukan, Arya Sena menjawab pelan, aku tidak akan mengalami kesulitan, dalam menjalankan petunjuk sang guru, Bima
keluar dari istana, segera mohon diri keluar, yang masih tinggal di dalam istana, semua terseyum Raja Mandaraka berkata lirih, bagaimana caranya ia memperoleh air itu.
16. Gunung Candramuka dan guanya, yang ditinggali dua raksasa yang sangat menakutkan, segunung anakan besarnya, tentu akan hancur lebur, dua raksasa yang sebesar gunung,
tidak ada yang berani mendatangi, semua tertawa, merasa berhasil dengan tipu muslihatnya, Lalu mereka pun bersuka ria pesta makan-minum sepuas-puasnya, berganti
yang dikisahkan.
2. Pangkur. 1. Jalannya Arya Sena, lalu sampai di hutan gunung, hatinya sangat gembira,
senang usahanya, akan menemukan air jernih yang dicari dari petunjuk gurunya, tak mengira bahaya yang ditempuhnya,tertarik pada yang dilihatnya.
2. memasuki gunung menanjak ,menjalani tanah miring, tanah membusung jadi runtuh, jurang curam terpotong, semua menjadi rata saja, dengan bahagia kedatangan hujan, sela
batu menjadi jalan sempit. 3. Tersingkir buah terhampar, dalam tahun di musim keempat yang asri, tersebar indah,
indah seperti cahaya minyak, terhampar seperti untuk hidangan setan, angsana juga kanigara, tumbuhan wilaja dan tumbuhan gondasuli.
4. Terhampar anggrek bulan, jonggaruwe menyatu dengan tumbuhan wora-wari, tumbuhan argula sedang mekar dan menur, tersebar merah cerah , berbunga angsoka
melati dan bunga tanjung, Prabusetmata Sridenta, dengan kenanga juga kemuning. 5. Nampak berjajar seperti awan, seperti menyambut yang sedang berjalan, kumbang
beberapa menikmati musim semi, bagaikan sedang menangisimu, dalam welas asih semakin besar semakin bersungguh, sang Gondanarpatmaja, tetap hanya mencari toya
ning.
commit to user 184
6. sang surya merangsang jalannya, berlelehan keringatnya seperti air, ingin sesegera mungkin, mumpung diterangi matahari, menerjang menendhang kaki gunung, kayu
tertabrak rebah roboh, keras suara langit campur angin. 7. Ramai seisi hutan, dimana sang Poncawara Pandawa membuat cepat jadi prahara,
hewan terterjang bubar, hancur lebur jadinya, karena besarnya prahara hewan terbentur, kijang-kijang mati di jurang, jatuh hancur jadinya.
8. Kerbau banyak yang jatuh ke jurang, ular besar hanya menggeliat di pohon, kendurnya keinginan menjadi terjatuh, langsung masuk jurang, yang bertapa di gunung, para siswa
terpelajar, terpengaruh keributan yang terjadi. 9. Kethu celana terlempar, menggigil ketakutan berantakan, merangkak banyak yang
bersembunyi, badannya menjadi dingin, menutup wajah dengan tangan para cantrik berlari, kethu sampai tertinggal, mengungsi ke desa sekitar.
10. Berbunyi gentanya untuk memuja, gugup sambil menebarkan wewangian, bau harum tersebar, lihatlah langkahnya, sampai gua di gunung Condramuka, dibuka gunung dikeduk,
batu dilempar menjauh. 11. Keinginan besar ingin dicapai, sekitarnya porak-poranda, mencari tempatnya Air, lama
tidak ditemukan, keluarlah raksasa yang tinggal di tempat itu, ialah sang Rukmuka dan Rukmakala, terkejut keduanya melihat keadaan.
12. Kegoncangan gunung porak poranda, dan prahara besar membuat takut, lalu hidungnya mencium bau, aroma manusia, sang buta Rukmakala juga keluar, gerak-geriknya
menakutkan seperti bathara, bersiap menggempur bumi. 13. Omong besar seperti bisa menghancurkan, bumi seperti melebihi bathara kala,
pegunungan bergoyang bergelegar, nampak sang Wrekodara, dilempar gunung berseru keras, heh kalian raksasa mencari bahaya, bertindak semau-mau mencari mati.
. Kedatanganmulah yg mengganggu kami, tak pelak tentu kau akan menerima tamparanku , menyahut kedua raksasa itu, Rukmuka dan Rukmakala sambil menggeram
mereka menerkam Wrekudara, mengigit leher samping, dikeroyok nya kanan kiri.
commit to user 185
15. Raden Wrekudara tetap tangguh, lehernya digigit tidak apa-apa, dikunyah tidak apa- apa, digulat tidak mempan, Wrekudara tidak tahan memcium bau kedua raksasa yang anyir
dan bacin, ia pun murka, dan dengan terampil bertempur. 16. Ditendangnya kedua raksasa itu lalu segera ditangkapnya dengan kedua tangan,
dibantingnya ke atas batu dan meledak hancur menjadi bangkai kedua raksasa itu, raksasa Rukmuka dan Rukmakala telah tewas,
17. terlepaslah penderitaan keduanya, raksasa itu sebenarnya adalah dua dewa yang Terkena kutukan, Endra dan Bayu yang dimarahi Hyang Pramesthi, dikutuklah menjadi
raksasa keduanya, lalu mereka tinggal di gua Candramuka, setelah kedua musuhnya sirna, Arya Sena segera melanjutkan pencariannya, gua itu dirusaknya, namun air yang dicari
tidak juga ditemukan. 18. Selama mencari, dalam gua rusak berat diobrak-abrik, lelah pun datang menghampiri-
nya menyambut malam, ia berdiri di bawah pohon beringin dengan bersedih hatinya, mencari sang air suci tak kunjung ditemui, tak berapa lama Arya Sena mendengar suara
yang bergema. 1
9. Hyang Endra dan Hyang Bayu pun merasa kasihan, merekapun berkata, Wahai cucuku yang sangat bersedih karena mencari tidak menjumpai, engkau tidak mendapat bimbingan
yang nyata tentang tempat benda yang kaucari itu, sungguh menderita dirimu , Wrekudara ketika mendengar suara lalu menjawab.
20. siapa yang bersuara itu karena tidak kelihatan olehku, apakah ingin membunuhku? mari kupersilahkan, lebih baik aku mati daripada pulang tidak mendapatkan air yang
kucari, suara itu tertawa senang, apakah kau pura-pura tidak tahu kepadaku, ingatkah 21. Kau ketika membunuh kedua raksasa itu, ya kami inilah dua raksasa itu, sebenarnya
kami adalah dua dewa yang terkena marah Hyang Guru, akhirnya kau yang melepaskan kesusahan kami, dengan cara membunuh kami, kau telah melepaskan kutukan itu dari
kami, kami Sang Hyang Endra dan Bathara Bayu, sang Rukmakala dan Rukmuka nama kami.
commit to user 186
22. Kau mencari air suci melalui petunjuk Druna kepadamu, air itu nyata memang benar- benar ada, itulah sang air penghidupan, tetapi bukan disini tempatnya, kau kembalilah ke
Astina, yang merupakan tempatnya yang nyata, Di Nagara Ngastina. 23. Wrekudra ketika mendengar kata-kata kedua dewa tersebut, berhentilah dia dari
kebingungan hatinya, lalu tak lama ia pun segera pergi pulang ke negeri Ngastina, tak diceritakan keaadaannya dalam perjalanan, sesudahnya sampai di istana, pada waktu itu
Sang Prabu Kurupati. 24. Lengkap duduk di serambi muka istana, Resi Druna, Bisma dan sang Raja, Raja
Mandaraka Prabu Salya, Patih Arya Sangkuni, lengkap bala Kurawa menghadap di muka sang raja, Sindukala dan ayahanda, Suranggakala dan lainnya.
25. Kuwirya Rikadurjaya, dan Jayasusena duduk di depan, terkejut mereka melihat kedatangan Raden Wrekudara, lalu mereka mempersilakan orang yang baru datang itu,
wahai adikku Sena, berhasilkah kau menunaikan tugasmu? 26. Adikku aku hanya ingin bertanya, kedatanganmu tentu membawa hasil, Resi Druna
menyambung lirih, bagaimana hasilmu, Wrekudara menjawab bahwa tidak berhasil, di gunung Candramuka hanya dua raksasa yang ditemuinya.
27. Rukmuka dan Rukmakala, telah kubanting agar lekas berhenti menggangguku, di dalam gua semua kacau balau dan sudah kucari-cari tetap tidak kutemukan, paduka harus
memberi petunjuk yang jelas sehingga tidak perlu mengulang seperti ini. 28. Dhang Hyang Druna segera memeluk, wahai kau yang sedang kuuji, sungguh kau mau
mengikuti petunjuk gurumu, kini telah terbukti bahwa kau tidak menolak dalam melaksanakan perintahku, sekarang kau akan kuberi petunjuk tentang letak yang
sebenarnya, 29. Yaitu di tengah samudera, jika sungguh kau akan berguru kepadaku, masuklah engkau
ke dalam samudra luas itu, Arya sena menjawab, jangankan masuk ke dalam lautan, di puncak surga pun, atau di dasar bumi ketujuh pun.
commit to user 187
30. Tak mungkin aku takut mengorbankan diri, melaksanakan petunjuk paduka yang benar, Druna berkata ya anakku, jika itu kau temukan, orang tua dan kakekmu yang
sudah mati, kelak hidupnya ada padamu, dan kau akan menonjol di dunia ini. 31. Tak akan ada senjata yang mampu melukai, semua lebur dan kalah olehmu, Prabu
ngastina menyambung, wahai Sena adikku, bagaimana caramu menempuh perjalanan, karena perjalan itu lebih berbahaya, tentang letak air jernih itu.
32. Jadi janganlah kau seperti anak kecil, berhati-hatilah Wrekudara menjawab, hai Kurupati kakakku, serahkan kepada dewata, janganlah kau khawatirkan relakan daku,
jangan sedih hatimu, karena tentu aku akan selamat sampai tujuan. 33. Ya adikku semoga berhasil, langkah-langkahmu dan mendapat restu dari dewa yang
Agung, Arya Sena mohon diri, kepada Druna dan sang raja, di Ngastina sesudah itu ia segera pergi, keluar dari istana, untuk pulang terlebih dahulu.
34. lapor kepada Raja Ngamarta. Kesana tujuan Wrekodara, yang mana diceritakan, di negeri Ngamarta, sepeninggal Wrekudara, yang tidak dapat dicegah, sehingga
menimbulkan kesedihan mendalam. 35. Prabu Darmaputra, dan Sang Dananjaya dengan adiknya berdua, beserta anak istrinya,
prihatin hatinya, itulah yang menjadikan pembicaraan dan menyampaikan, kesedihan hatinya, kepada sang Prabu Dwarawati.
36. Maka Pergilah seorang utusan Ngamarta, membawa surat tanpa diceritakan perjalanannya, sudah sampai ke Dwarawati, surat itu pun disampaikan kepada sang raja,
lalu dibukanya dan diresapkan ke dalam hati, sangat terkejut hati sang raja Prabu Harimurti.
37. Sangatlah tidak enak hatinya, ia pun segera memerintahkan untuk pergi ke Ngamarta beserta bala pasukan, pasukan itu berangkat dengan tergesa-gesa, di jalan tanpa
diceritakan, lalu sampailah sang Raja di Ngamarta, sang raja Yudhistira pun lekas menyambut bersama adik-adiknya.
commit to user 188
38. semua menghaturkan sembah, sesudahnya dipersilahkan masuk ke istana, lalu Prabu Darmaputra Yudhistira berkata, tentang Adik dari Dananjaya, dan tingkahnya sejak awal
tengah dan akhir, semua disampaikan, kepada Sang Prabu Harimurti. 39. Kemudian Narendra Kresna berkata, Dinda Prabu janganlah bersedih hati, tingkah adik
kita, Ki Arya Wrekudara, walaupun sebenarnya tipuan, oleh para Kurawa yang curang, serahkanlah saja kepada Dewata Yang Agung.
40. Orang yang ingin mengabdi, kata-kata yang baik itu harus dijalankan, dan yakin kepada Dewata Yang Agung, yang akan menjatuhkan bencana, kelak tentu akan mendapatkan
balasan, lalu berkata prabu Yudhistira, kepada Prabu Harimurti. 41. kalau datang adikku, menghadap tanpa kurang suatu apa, kita akan pesta makan dan
tari, disetujui sang Raja, lebih sempurna kalau Kakang Prabu mau datang, tentu senang hati, adinda ini semua.
42. Ketika sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan wong Agung Jodhipati, bergemuruh semua mendekat, hati mereka sangat gembira, Dananjaya
dan Nakula Sadewa, Raden Pancawala dan Sembadra, Retna Drupadi dengan Srikandi. 43. semua menghaturkan sembah kepada sena, lalu berkata sang prabu Harimurti, mari
dinda, kita lanjutkan dengan berpesta, namun segera Arya Wrekudara menjawab, tak usah berpesta pora, bukan itu yang kunantikan.
44. Kepada orang yang suka berpesta, kuberitahukan kedatanganku hanya ingin memberi kabar, bahwa aku sudah mohon diri kepada kalian, dan kepadamu Kresna, ijinkan aku
memberi tahu, bahwa aku akan pergi ke tengah samudera, mencari air suci.
3. Sinom 1. Sesuai Petunjuk Dhang Hyang Druna, mencari air penghidupan, yang