commit to user 150
menjerumuskan Bima ke dalam celaka. Di gunung Candradimuka Bima mampu „mengalahkan‟ raksasa yang diharapkan oleh Duryudana benar-benar dapat membunuh Bima yang pulang tanpa
hasil kecuali petunjuk dari Bathara yang ditemuinya bahwa
Banyu Pawitra Sari
tidak berada di gunung Candradimuka. Dapat dikatakan dalam peristiwa ini Kurawa atas nama Duryudana gagal
dalam usaha pembunuhan,
sapa salah seleh
„siapa salah akan kalah‟. Kesadaran terhadap rumusan tersebut menjadikan Bima sosok yang tenang dalam menghadapi masalah.
h. Mau Berkorban
Menginginkan keselamatan dan kesejahteraan memerlukan pengorbanan, demikianlah yang dialami Bima. Kedatangan Bima ke Astina menemui Drona untuk mendapatkan
ngelmu kasampurnan
ternyata tidak bisa didapatkan dengan mudah. Keinginan Bima untuk mencapai
kasampurnan
dalam kebudayaan Jawa dianggap sebagai titik pencapaian tertinggi manusia. Bima harus mengalami marabahaya yang membuat saudara-saudaranya Pandawa khawatir akan
keselamatannya. Dia harus menghadapi dua raksasa yang sangat ganas dan kemudian Bima juga harus berserah diri atas hidupnya dengan masuk ke samudra dan menghadapi naga besar yang
erat membelitnya. Bima demi menuruti perintah sang guru Drona tidak takut sama sekali menghadapi rintangan seberapapun besarnya. Ia melawan dua raksasa yang dianggap sebagai
penghalang dan terbukti berhasil membunuh Rukmuka dan Rukmakala. Kesungguhannya mendapat hasil. Bima bertemu dengan Bathara Indra dan Bathara Bayu yang kemudian
“memberinya” kesadaran bahwa petunjuk gurunya adalah benar namun tempatnya tidak di gunung Candramuka. Oleh karena di gunung tersebut tidak terdapat Tirta Pawitra Sari Bima
menghadap kembali kepada guru Drona. Peristiwa di Candramuka menunjukkan pentingnya kemampuan mengendalikan nafsu sehingga akan didapat kesadaran. Ketika Bima di tengah
samudra dibelit naga besar yang seakan menyatu dengan dirinya ia menancapkan kuku
commit to user 151
pancanaka sebagai jati dirinya sehingga musnahlah naga dan muncullah Dewa Ruci di depan Bima yang kehilangan kesadaran akan arah dan pijakan. Larangan dari saudara, istri maupun ibu
diabaikannya demi mencapai tujuan utamanya. Dengan segala mara bahaya yang dihadapi Bima mendapatkan keinginannya mencapai kesempurnaan dengan bertemu Dewa Ruci yang
memaparkan makna hidup, asal dan tujuan kehidupan. Ungkapan
jer basuki mawa beya
sama artinya dengan ungkapan
ana barang ana rega
„ada kualitas ada harga‟,
Sapa Nandur Bakal Ngunduh
„siapa menanam akan menuai‟. Hal ini menunjukkan betapa logika Jawa menekankan nilai pengorbanan sebelum mendapatkan
hasilnya. Ketekunan dan kesungguhan Bima ternyata mampu menggagalkan segala upaya Duryudana untuk membunuhnya. Bima dalam mencapai cita-cita dilandasi kemantapan hati
dengan semangat tinggi disertai kepasrahan kepada Tuhan sehingga berbagai rintangan berhasil dihadapi.
i. Sikap Berbakti