commit to user 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Serat Dewa Ruci yang mengisahkan Bima berguru kepada Drona untuk menguasai
ngelmu kasampurnan
merupakan kisah yang menarik dan unik. Dikatakan menarik karena relevansinya dengan kehidupan masyarakat Jawa masih dijumpai
sampai sekarang, serta berbagai tanggapan terhadapnya baik dari lingkungan dalang, peneliti, maupun di lingkungan orang Jawa pada umumnya. Tanggapan
atas kisah
Dewa Ruci di lingkungan sastra Jawa cukup banyak sehingga dijumpai beberapa naskah Dewa Ruci. Penelitian tentang Kajian Semiotik dan Nilai Pendidikan Karakter
Serat Dewa Ruci belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat beberapa penelitian kaitannya dengan sastra terutama puisi misalnya dalam penelitian berjudul
Making Mockery: The Peotics of Ancient Satire
Littlewood, 2008: 33-36. Pada penelitian Littlewood mengkaji tentang puisi satire kaitannya dengan budaya klasik dan masyarakat. Hal yang menunjang atau sesuai
dengan penelitian tentang serat Dewa Ruci yaitu penciptaan puisi yang disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan masyarakat, sedangkan perbedaan keduanya adalah
dalam jurnal Littlewood objek yang dikaji adalah puisi satire sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap serat Dewa Ruci objek yang dikaji adalah puisi terikat jenis
tembang macapat.
commit to user 14
Penelitian oleh Zanker 2000: 81-89 yang berjudul “Aristotle‟s and the
Painters
” yang difokuskan pada puisi Aristoteles dan lukisan, ditulis menggunakan contoh lukisan sebagai analogi untuk menggambarkan fakta-fakta tertentu tentang
puisi, secara khusus epik, tragedi dan komedi. Kesamaan dengan penelitian penulis adalah adanya pembacaan makna puisi secara visual sedangkan perbedaannya terletak
pada objeknya. Penelitian oleh Simuh 1988
yang berjudul “
Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita; Suatu Studi terhadap Serat Wirid Hidayat Jati
”, membahas tentang mistik kejawen yang dihubungkan dengan serat Dewa Ruci. Setelah
uraiannya mengenai konsep monisme, penyatuan manusia dengan Tuhan, Simuh mengambil contoh serat Dewa Ruci, yaitu masuknya Bima ke tubuh Dewa Ruci
melalui telinga kiri. Kesamaan penelitian yang dilakukan adalah pada objek penelitian yaitu cerita Dewa Ruci, perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan
Simuh menekankan pada nilai-nilai sufisme yang terkandung dalam serat Dewa Ruci sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap tanda dan nilai pendidikan karakter.
“
Serat Bimasuci dengan berbagai aspeknya
” oleh Soetarno 2004 meneliti
serat Bimasuci
karya Yasadipura I yang ditulis kembali oleh Raden Tanaya dengan huruf latin terbitan Balai Pustaka 1979 yang menyimpulkan
Serat Bimasuci
memiliki beberapa aspek yaitu tentang
sangkan paraning dumadi
, pencapaian kesempurnaan, pencapaian pengetahuan tentang cipta-rasa-karsa, aspek lahir dan
batin manusia. Kesemua aspek dipandang sebagai mistisisme Jawa dalam rangka
manunggaling Kawula-Gusti
. Persamaan penelitian pada objeknya yaitu cerita Dewa
commit to user 15
Ruci sedangkan perbedaannya, Soetarno lebih menekankan pemaknaannya kepada relasi makna antara Dewa Ruci dengan Bima sedangkan penelitian yang dilakukan
secara semiotik dilakukan secara keseluruhan. “
Lakon Dewa Ruci cara menjadi Jawa; Sebuah analisis Strukturalisme Levi-
Strauss dalam Kajian Wayang
oleh Wahyudi 2012, menjadikan pola hubungan Bima-Drona sebagai dasar pemaknaan, dimana disimpulkannya bahwa relasi oposisi
berpasangan Bima-Drona merupakan transformasi relasi oposisi berpasangan
Vayu- vata
dalam kapasitasnya sebagai relasi nafas halus-nafas kasar yang menghasilkan inti nafas atau prana. Kesamaannya adalah objek penelitian yang sama yaitu serat
Dewa Ruci, perbedaannya adalah pada kajian yang digunakan yaitu antara strukturalisme Levy-Strauss yang hanya memaknai berdasar kebenaran kohesif
dengan semiotik Riffaterre yang selain berdasar kepada kebenaran kohesif juga berdasar kebenaran koherensif.
“Tinjauan Struktur dan Makna Cerita Bima Bungkus karya Can Cu An” oleh Hidayat 1990 menunjukkan bahwa tokoh Bima dalam
serat Bimapaksa
selalu berorientasi kepada kebahagiaan
eudaenomisme
dan berdasarkan nilai-nilai religius. “Cerita Sena Sinaraya dalam pendekatan Struktur dan Makna” oleh Purwadi 1995
menjelaskan konsep moral yang berkaitan dengan sikap gagah berani, rela berkorban, dan kebersamaan dalam memperjuangkan cita-cita hidup. Disebutkan juga bahwa
Bima senantiasa mengusahakan tindakan moral yang tujuannya meraih kebahagiaan bersama yang sangat dianjurkan oleh nilai-
nilai keagamaan. “
Cerita Begawan Senaroda karya R.M. Suwandi
dalam Pendekatan Struktur dan Makna” penelitian
commit to user 16
Sasmito 1992 Bima tampil sebagai Begawan Senaroda yang membeberkan ilmu kesempurnaan hidup, ilmu sejati, kawruh
begja
, dan
sangkan paraning dumadi.
Dari objek penelitian yang berisi penjelasan konsep moral yang berkaitan dengan budi
pekerti, mistik, dan soal kebatinan, peneliti menyimpulkan bahwa Bima selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan supaya dapat mencapai kebahagiaan sejati
dan memperhatikan moralitas keagamaan. Yousof 2010 dalam penelitiannya berjudul
Islamic Elements In Traditional Indonesian And Malay Theatre
menyimpulkan bahwa cerita Ramayana dan Mahabharata banyak yang ditafsirkan kembali untuk memberi ruang bagi masuknya
ide-ide Islam dan Sufi. Ada beberapa wahyu cerita dalam reportoar dramatis wayang Jawa Klasik. Sejauh yang dianggap paling dikenal dan paling penting adalah
Dewa Ruci
, juga dikenal sebagai
Bhima Suci
. Woodward 1989: 193 menyatakan bahwa nampaknya serat Dewa Ruci telah mulai ditulis selama periode transisi dari Hindu ke
Islam, dengan menggunakan mitologi Hindu-Jawa untuk menyajikan teori sufi dari jalan mistis. Kesimpulan yang menyatakan bahwa cerita Dewa Ruci terasuki nilai-
nilai Islam juga ditemui dalam beberapa penelitian yang lain, sayangnya kesimpulan tersebut hanya berdasarkan perbandingan antara cerita Dewa Ruci dengan ide-ide
Islam dan Sufi, tidak membandingkan dengan ide-ide sebelum Islam itu datang misalnya dengan ide Hindu. Berbeda dengan rancangan penelitian yang akan
dilakukan. Kajian Yousof didasarkan kesimpulan ahli lain, tidak berasal dari analisa teks yang dilakukannya sendiri, atau data primernya bukanlah teks itu sendiri namun
konstruksi dari hasil kesimpulan ahli lain.
commit to user 17
Penelitian yang dilakukan oleh Dill dari University of Vvirginia, USA, di dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
“
Durkheim and Dewey and the Challenge of Contemporary Moral Education
” 2007: 221-237, memaparkan adanya tantangan dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan moral. Didasarkan pada Durkheim
dan Dewey dikemukakan bagaimana intelektual atau kepandaian saja tidak cukup untuk dimiliki seorang siswa, akan tetapi lebih dari itu yaitu pembentukan akhlak atau
moral sebagai pengontrol sikap dan sifat seorang siswa sehingga selain cerdas berpikir juga cerdas dalam berperilaku ataupun bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dilakukan dimana pendidikan karakter sangat penting, sedangkan perbedaannya adalah objek
penelitiannya antara proses pembelajaran dengan karya sastra. Munir and Aftab 2012:2 dalam penelitian berjudul “
Contribution of Value Education towards Human Development in India: Theoretical Concepts
”, menyatakan sekolah yang memberikan pendidikan sama pentingnya juga harus
memberikan nilai-nilai
value
, etika dan pengembangan kepribadian sebagai sarana melestarikan standar pendidikan. Nilai membantu kita tidak hanya dalam evaluasi diri
tetapi juga dalam mengendalikan diri. Pendidikan nilai sangat penting dalam membantu masing-masing dari guru langsung menemukan nilai-nilai yang menjadi
pegangan, memahami siswa sepenuhnya, sehingga dapat menyarankan hubungan manusia dengan lingkungan yang terletak di luarnya. Makalah Munir dan Aftab
menekankan bahwa pendidikan nilai dalam konteks modern dianggap lebih luas, melampaui batas-batas agama dan mencakup nilai-nilai etika, sosial, estetika, budaya
commit to user 18
dan spiritual. Orientasi nilai pendidikan harus realistis, dapat dicapai dalam harmoni dengan kerangka akademik sekolah. Para penulis menganjurkan bahwa kombinasi
bijaksana akademisi, budaya dan pendidikan nilai akan menjadi pendekatan yang ideal untuk pendidikan dan nilai pendidikan perlu diintegrasikan dalam kurikulum
sekolah. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya pendidikan karakter. Handaric
2013 dalam jurnal internasional berjudul “
Religious Tradition and Human Behaviour
” menjelaskan perlunya mempelajari hubungan erat antara tradisi
agama dan komunitas agama yang melakukannya. Dimulai dengan definisi tradisi Handaric berniat untuk menunjukkan bahwa hubungan antara nilai religius tradisional
dengan daya tahan komunitas yang mengamalkannya amat dekat. Hubungan keduanya bersifat positif. serat Dewa Ruci sebagai sebuah karya sastra bisa menjadi
bahan pembelajaran nilai yang mengandung nilai-nilai atau ide agama namun secara formal tidak terikat pada salah satu agama tertentu juga berhubungan dengan daya
tahan komunitas masyarakat Jawa sebagai pemiliknya. Widiyono
2010 dalam penelitiannya yang berjudul “
Kajian Tema. Nilai Estetika, dan Pendidikan dalam Serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwana
IV
”, yang dalam salah satu kesimpulannya menunjukkan tema: ajaran untuk memilih guru, kebijaksanaan dan bergaul, kepribadian, tema atau tatakrama, ajaran berbakti
kepada orang lain, tema ketuhanan, berbakti kepada pemerintah, pengendalian diri, tema kekeluargaan, tema keselamatan, keikhlasan dan kesabaran, beribadah dengan
baik, ajaran tentang keluhuran. Kesamaan penelitian yang dilakukan adalah objek
commit to user 19
penelitian yang sama-sama berupa serat Jawa, dan isinya serat yang sama-sama kental berisi tentang pendidikan.
Sulaksono dalam penelitiannya berjudul “ Struktur dan Nilai Pendidikan Cerita
Mintaraga Gancaran Karya Prijohoetomo 2012. ” Diperoleh kesimpulan bahwa
cerita Mintaraga bertema Pengendalian Diri dan kandungan amanat yaitu siapa Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berusaha pasti akan berhasil. Hal ini
merupakan tema pendidikan yang umum dalam cerita tradisional Jawa, dan memiliki kemiripan dengan isi dari Serat Dewa Ruci.
Penelitian yang dilakukan oleh Halsey 2008 yang berjudul “
The Poetry Foundation Commissioned in the National Opinion Research Center
NORC
at the University of Chicago
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacapenikmat puisi cenderung hidup aktif bergaul dan memimpin dalam komunitasnya. Mereka
mendengarkan musik, membaca berbagai genre seni, menggunakan internet, menghadiri acara budaya, menjadi relawan, memiliki banyak jaringan dan
bersosialisasi dengan teman dan keluarga pada tingkat yang signifikan lebih tinggi daripada non pembaca puisi.
Sejalan dengan hal itu penelitian yang dilakukan oleh Howard 1997 yang berjudul
“The Effects of Music and Poetry Theraphy on the Treatment of Women and
Adolescent with Chemical Addictions
” melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi dan puisi pada perempuan dan remaja. Hasil penelitian menunjukkan
efektivitas seni ekspresif terhadap perilaku remaja yang menunjukkan perkembangan
commit to user 20
membaik. Hal ini menguatkan kesimpulan akan pentingnya penelitian terhadap puisi termasuk jenis tembang macapat dan mengenali keluasan fungsinya yang bukan
hanya sebagai sarana ekspresi dan kemungkinan memanfaatkannya sebagai sarana terapi pengobatan.
B. Landasan Teori 1. Kajian Puisi