Teliti dan Sabar Nilai Pendidikan dalam Serat Dewa Ruci a. Karakter Religius

commit to user 146 disadari ataupun tidak. Semua pikiran yang masuk dipilih tanpa ada keterikatan emosional, sehingga seseorang akan membiarkan ego diri runtuh dalam pikiran meskipun untuk sementara.

d. Teliti dan Sabar

Bima diminta mencari air suci tanpa petunjuk yang jelas dari Drona, apa yang harus dilakukan maupun apa yang harus disiapkan. Hal ini lazim dalam sistem pewarisan pengetahuan tradisional masyarakat Jawa, dimana ilmu diwariskan secara sinandhi atau tersamar. Keberhasilan menerjemahkan sandhi yang disampaikan oleh guru menunjukkan si murid memang telah sanggup menerima ilmu yang diwariskan. Terkadang ilmu itu terdapat dalam sandhi yang disampaikan oleh sang guru. Murid harus mencerna dan bahkan kadang harus dengan mengikuti dan meniru sang guru, misalnya dalam cerita Ki Ageng Selo dengan Ki Jaka Tingkir. Murid harus menyadari bahwa sebuah pengetahuan tidak akan diajarkan secara langsung, melainkan melalui sanepan yang memerlukan perenungan lebih lanjut. Fenomena ini juga terdapat dalam cara orang Jawa mengajarkan atau menyampaikan pengetahuan lebih banyak melalui bentuk karya sastra, bukan melalui pemaparan langsung. Religiositas tidak bekerja dalam pengertian-pengertian otak tetapi dalam pengalaman, penghayatan totalitas diri yang mendahului analisis atau konseptualisasi, sesuai dengan model Pendidikan Jawa tradisional yang menekankan pada pentingnya kepekaan rasa dan ketajaman analisa terhadap peristiwa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam keterangan yang diperoleh dari orang tua ataupun guru. Wong Jawa nggone semu „Orang Jawa tempatnya simbol‟, ungkapan demikian sudah menjadi pengetahuan umum bagi orang Jawa. Dalam metode pembelajaran yang demikian maka seorang pembelajar dituntut untuk sabar mengolah sendiri pengetahuan-pengetahuan yang dialami sekaligus teliti terhadap peristiwa yang dialami sehingga tidak keliru dalam mengkonsep rumusan dari pengalaman belajarnya. Pengetahuan dengan commit to user 147 demikian bukan sekedar sebuah rumusan instan namun juga mengandung penghayatan sehingga mendapat ilmu juga dibarengi dengan terbentuknya sikap.

e. Kemampuan Bersikap