commit to user 147
demikian bukan sekedar sebuah rumusan instan namun juga mengandung penghayatan sehingga mendapat ilmu juga dibarengi dengan terbentuknya sikap.
e. Kemampuan Bersikap
Secara sederhana dapatlah diuraikan bahwa sikap adalah cara seseorang melihat sesuatu secara mental dari dalam diri yang mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide,
objek maupun kelompok tertentu. Sikap juga tercermin dari cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain, termasuk juga melalui perilaku. Jika perasaan seseorang terhadap
sesuatu adalah positif maka akan terpancar pula perilaku positif dari individu bersangkutan. Jika perasaan sedang tidak nyaman negatif maka yang nampak adalah wajah yang keruh, semangat
kerja menurun, hari-hari terasa membosankan. Sikap adalah sesuatu bisa dipelajari bukan bawaaan, lebih bisa dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Sikap mengandung tiga
bagian yaitu kognitif keyakinan, kesadaran, afektif perasaan, konatif perilaku dengan uraian sebagai berikut:
Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu
– fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Misalnya, sikap mahasiswa terhadap senjata nuklir, komponen kognitif dapat meliputi
beberapa informasi, cara pelepasannya, daya hancurnya. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau
tidak ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap objek sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan semakin senang orang terhadap objek sikap. Misalnya kekhawatiran
atau ketakutan akan terjadinya penghancuran oleh nuklir pada kehidupan manusia. Keyakinan negatif ini akan menghasilkan penilaian negatif pula terhadap nuklir. Komponen perilaku terdiri
dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Bila
commit to user 148
seseorang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan individu tersebut akan mendekati objek dan sebaliknya. Misalnya kecenderungan mahasiswa untuk bertindak terhadap senjata
nuklir dengan menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang penyebaran rudal berkepala nuklir, menentang orang yang mendukung penggunaan nuklir. Dengan
mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu maka akan dapat diketahui pula kecenderungan perilakunya. Namun dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap
tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai. Artinya terjadi proses pengaruh mempengaruhi dari komponen kognitif, afektif dan perilaku.
Bima dalam Serat Dewa Ruci memiliki sikap yang idial. Secara Kognitif Bima berangkat mencari
toya pawitra sari
dengan keyakinan akan bisa menemukannya, dan membuka kewaspadaannya sehingga sampailah ia pada kesadaran akan yang dicarinya. Secara afektif
perasaan tidak mudah terombang-ambing dan fokus hanya kepada tujuan perjalanannya, tidak terbujuk tangis kekhawatiran dari saudara-saudaranya. Secara konatif Bima berperilaku positif
terhadap halangan yang dihadapinya, ia tidak mundur dari niatnya meskipun menghadapi halangan yang belum tentu bisa ia selesaikan.
f. Tepa Sarira Empati