Pendidikan Karakter Hakikat Pendidikan Karakter a. Pendidikan

commit to user 48 dan tubuh anak. Sedangkan pendidikan budi pekerti harus mempergunakan syarat- syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju kepada kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin Dewantara, 1977: 16. Pendidikan yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan nasional, hal ini bisa diartikan bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup berjuang menuntut dan selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Syaratnya ialah pendidikan Nasional dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan dapat memberi bekal kuat untuk membangun karakter bangsa.

b. Pendidikan Karakter

Watak atau karakter itulah paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Dalam bahasa Yunani character itu asalnya dari perkataan charassein – mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan Dewantara, 1977: 407. Lickona dianggap sebagai pendukung pendidikan karakter . Karakter adalah “ A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way ”. Menurut Lickona pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan knowing the Good , mencintai kebaikan desiring the Good , dan melakukan kebaikan doing the good Lickona, 2013: 51. Dewantara 2011:25, memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti. Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. commit to user 49 Karakter merupakan sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga. Dengan adanya budi pekerti manusia akan menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkepribadian dan dapat mengendalikan diri sendiri. Berdasarkan pengujian dan observasi yang dilakukan terdapat perbedaan signifikan terhadap siswa-siswa di sekolah program pendidikan nilai dibandingkan sekolah yang tidak menerapkan pendidikan nilai terhadap perilaku di kelas, perilaku di halaman bermain, ketrampilan penyelesaian persoalan sosial, dan komitmen kepada nilai-nilai demokrasi Lickona, 2013: 41. Salah satu aspek penting proses pendidikan memang adalah membangun karakter siswa. Karakter merupakan standar atau norma dan sistem nilai yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai luhur yang pada akhirnya terwujud di dalam perilaku. Oleh karena itu pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung- jawab”. Secara sederhana dapatlah diuraikan bahwa sikap adalah cara seseorang melihat sesuatu secara mental dari dalam diri yang mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, objek maupun kelompok tertentu. Sikap juga tercermin dari cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain, termasuk juga melalui perilaku Hutagalung, 2007: 51. Jika perasaan seseorang terhadap sesuatu adalah positif maka akan terpancar pula perilaku positif dari individu bersangkutan. Jika perasaan sedang tidak nyaman negatif maka yang nampak adalah wajah yang keruh, semangat kerja menurun, hari-hari terasa commit to user 50 membosankan. Sikap adalah sesuatu bisa dipelajari bukan bawaan, lebih bisa dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Sikap mengandung tiga bagian yaitu kognitif keyakinan, kesadaran, afektif perasaan, konatif perilaku dengan uraian sebagai berikut: Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu – fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Misalnya, sikap mahasiswa terhadap impor beras, komponen kognitif dapat meliputi beberapa informasi, adanya mafia importir beras, kemampuan bangsa sendiri memproduksi beras. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Tumbuhnya rasa senang atau tidak ditentukan oleh keyakinan seseorang terhadap objek sikap. Semakin dalam komponen keyakinan positif maka akan semakin senang orang terhadap objek sikap. Misalnya kekhawatiran atau ketakutan akan terjadinya pelemahan kemampuan bangsa oleh kekuatan asing. Keyakinan negatif ini akan menghasilkan penilaian negatif pula terhadap impor. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Bila seseorang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan individu tersebut akan mendekati objek dan sebaliknya. Misalnya kecenderungan mahasiswa untuk bertindak terhadap impor beras dengan menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi untuk menentang impor beras, menentang orang yang mendukung impor beras. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu maka akan dapat commit to user 51 diketahui pula kecenderungan perilakunya, namun dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai. Artinya terjadi proses pengaruh mempengaruhi dari komponen kognitif, afektif dan perilaku Hutagalung, 2007:53. “ Character educators can recognize relig ion‟s contribution to our culture while honoring the first amendment. Schools can help students understand religion‟s role in our nation‟s beginnings, major social - reform movements, and individuals‟ motivation; construct special curricula; and encourage students to tap inner resources to address social issues and ultimate questions ” Lickona, 1999: 26 . Pendidikan karakter adalah sesuatu yang harus dan wajib. Setiap orang bisa menjadi canggih tapi tanpa karakter dan nilai baik dalam dirinya maka ia akan menjadi seperti mesin. Baik atau buruknya tidak tergantung oleh dirinya tapi oleh orang lain yang mengoperasikannya. Dia bukan lagi pribadi yang merdeka namun sepenuhnya terjajah. Dengan demikian hakikat pendidikan berbeda dengan pembelajaran, adalah pendidikan karakter, watak dan nilai dimana suatu kompetensi, ketrampilan, kecerdasan bisa diarahkan supaya bernilai positif.

c. Pendidikan Karakter dalam Budaya Jawa