commit to user 151
pancanaka sebagai jati dirinya sehingga musnahlah naga dan muncullah Dewa Ruci di depan Bima yang kehilangan kesadaran akan arah dan pijakan. Larangan dari saudara, istri maupun ibu
diabaikannya demi mencapai tujuan utamanya. Dengan segala mara bahaya yang dihadapi Bima mendapatkan keinginannya mencapai kesempurnaan dengan bertemu Dewa Ruci yang
memaparkan makna hidup, asal dan tujuan kehidupan. Ungkapan
jer basuki mawa beya
sama artinya dengan ungkapan
ana barang ana rega
„ada kualitas ada harga‟,
Sapa Nandur Bakal Ngunduh
„siapa menanam akan menuai‟. Hal ini menunjukkan betapa logika Jawa menekankan nilai pengorbanan sebelum mendapatkan
hasilnya. Ketekunan dan kesungguhan Bima ternyata mampu menggagalkan segala upaya Duryudana untuk membunuhnya. Bima dalam mencapai cita-cita dilandasi kemantapan hati
dengan semangat tinggi disertai kepasrahan kepada Tuhan sehingga berbagai rintangan berhasil dihadapi.
i. Sikap Berbakti
sistem pendidikan tradisional Jawa mengenal konsep hubungan murid dengan guru bukan hanya sebagai hubungan profesi namun lebih dari itu, hubungan murid dengan guru adalah
hubungan personal. Di dalam konsep yang demikian muncul istilah
bekti
„berbakti‟ murid kepada guru. Bekti berarti kekosongan diri seorang murid seperti sebuah gelas yang tidak berisi
curiga dan syak wasangka, hanya berisi kepercayaan dan kepasrahan, totalitas penyerahan. Mungkin hal ini nampak utopis dalam kehidupan modern saat ini, di mana terkesan seakan guru
adalah segalanya. Namun jika kita mendengar istilah: kehendak rakyat kehendak Tuhan, sebenarnya mengandung utopia juga namun jarang dipertanyakan. Meskipun rakyat adalah
kumpulan orang dari yang baik sampai yang jahat. Sejarah juga membuktikan bahwa kehendak rakyat tak selalu benar. Apakah dengan demikian kehendak Tuhan juga terkadang tidak benar?
commit to user 152
Hal yang tidak boleh dilupakan ada lah bahwa dalam konsep „bekti‟ tersebut juga
menuntut kualitas guru yang sangat tinggi. Dari istilah guru sendiri sebenarnya sudah mengandung tuntutan yang tinggi kepada setiap guru. Arti guru adalah orang yang telah melatih
diri sendiri sampai ia tak punya lagi kepentingan pribadi, mengalahkan kecenderungan buruk tubuh dan jiwanya. Guru adalah orang selalu punya jawaban dari permasalahan atau memiliki
problem solving berdasarkan problem-setting yang benar-benar dipahami dengan keluasan cakrawala pandang dan ketentraman hati.
Kualitas setinggi itu ditunjukkan oleh Drona yang merupakan metafor dari kelapangan dada paripurna, yang rela hidup di dalam lingkungan Kurawa, demi memitigasi keburukan-
keburukan Duryudana dan saudara-saudaranya. Bukan hanya memahami peta permasalahan dan peta penyelesaian namun juga menjalani peran yang harus dimainkannya dengan tulus ikhlas
meskipun hatinya selalu memuji Pandawa termasuk Bima di dalamnya. Maka „bekti‟ bukanlah kepasrahan buta tapi kepasrahan yang didasari kesadaran dan hubungan saling menghormati
peran masing-masing, peran murid dan peran guru pada kualitas tertinggi.
4. Relevansi Serat Dewa Ruci dengan Pembelajaran Bahasa Jawa