Analisis Pemantauan Terapi Obat di RS X Analisis Monitoring Efek Samping Obat MESO di RS X

127 terapi obat pasien terutama untuk pasien dengan obat jangka panjang dan kompleks.

6.3.6 Analisis Pemantauan Terapi Obat di RS X

Pemantauan terapi obat merupakan salah satu kegiatan farmasi klinik yang sudah banyak dilakukan di beberapa rumah sakit, hanya saja pelaksanaan ini belum dilakukan secara sempurna dan belum sesuai dengan aturan yang ada. Tatalaksana pemantauan terapi obat di Rumah Sakit yang baik dan benar adalah dimulai dari seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi terapi dan rencana pemantauan Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan 2009. Apoteker biasanya memantau dan memeriksa pasien yang diberi obat lima jenis atau lebih. Namun pemantauan baru berupa vek interaksi obat. Itu pun jika obat yang diberikan banyak, hal ini dikarenakan tak cukup waktu untuk mengecek semua interaksi dalam resep. Hal yang sama dilakukan pada penelitian sebelumnya yang menyebutkan dari 4 rumah sakit kegiatan PTO hanya dilakukan pada pasien tertentu dengan kebutuhan obat khusus seperti TB. Sedangkan untuk keseluruhan pasien belum dilakukan Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, 2009. Sedangkan menurut PMK No.58 Tahun 2014, pemantauan adalah termasuk kegiatan memantau efektivitas terapi yang diberikan kepada pasien. Hal ini belum dilakukan maksimal dan berkala 128 secara khusus. Pemantauan terapi obat juga penting dilakukan untuk melihat efektifitas obat yang diberikan. Melakukan pemantauan terapi dapat mengurangi risiko tejadinya kesalahan terapi ASHP, 2013. Hal ini tentu akkan efktif menurunkan angkat kejadian kesalahan obat bila PTO dapat dilakukan secara komperhensif.

6.3.7 Analisis Monitoring Efek Samping Obat MESO di RS X

Monitoring efek samping obat yang benar adalah dicatat pada lembar MESO yang kemudian akan ditandatangani oleh dokter, kemudian akan dikirimkan secara ke pusat MESO Indonesia, yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM di Jakarta Indah dan Utami, 2016. Sedangkan kegiatan monitoring efek samping obat di RS X baru dilakukan ketika ada efek samping obat terjadi pada pasien. Idetifikasi biasanya dilakukan jika apoteker atau tenaga kesehatan lain menemukan kemungkinana efek samping obat. Analisis kemudian dilakukan apoteker dan ditelusuri apakah benar hal yang terjadi pada pasien itu efek samping obat atau bukan. Jika terbukti itu merupakan efek samping obat, maka apoteker akan mengkomunikasikan pada dokter untuk melakukan tindakan yaitu menghentikan permanen atau menghentikan sementara terapi obat yang diberikan. 129 Padahal, banyak bukti menunjukkan bahwa sebenarnya efek samping obat ESO dapat dicegah, dengan pengetahuan yang bertambah, yang diperoleh dari kegiatan pemantauan aspek keamanan obat pasca pemasaran atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah farmakovigilans. Sehingga, kegiatan ini menjadi salah satu komponen penting dalam sistem regulasi obat, praktik klinik dan kesehatan masyarakat secara umum BPOM RI, 2012 Seharusnya rumah sakit melakukan kegiatan ini untuk dapat mencegah sedini mungkin kemungkinan efek samping obat yang ditimbulkan. Hal ini pun lebih baik dievaluasi berkala sehingga laporan untuk BPOM nantinya akan lebih lengkap dan akurat.

6.3.8 Analisis Dispensing Sediaan Steril di RS X