124
konsultasi kepada pasien dan didokumentasikan pada buku konsultasi obat, tanpa blanko tertulis dari pasien. Sesuai PMK No.58 Tahun 2014
hasil konseling sebaiknya didokumentasikan pada buku konsultasi obat agar tidak terjadi kesalahan pada pengobatan berikutnya. Konseling di
satu rumah lainnya belum dilakukan secara baik, konseling yang dilakukan hanya memberikan informasi singkat mengenai cara penggunaan obat,
efek samping obat dan fungsi dari obat itu sendir dikarenakan jumlah dari tenaga kerja di rumah sakit yang masih kurang. Indah dan Utami 2016.
Kegiatan konseling memang seharusnya penting dilakukan terutama untuk pasien dnegan penggunaaan obat berkelanjutan dan jangka panjang,
Hal ini tercantum pada PMK No.58 Tahun 2014. Konseling juga penting untuk mengurangi angka risiko kesalahan pengobatan WHO, 2014 dan
ASHP 2013. Hal ini disebabkan karena konseling dapat meningkatn kepatuhan pasien dalam penggunaan obat Muliawan, 2008.
6.3.5 Analisis Visite di RS X
Berdasarkan PMK No.58 Tahun 2014 visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri
atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat
dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.
125
Namun, di RS X visite belum dilakukan maksimal karena apoteker baru mengunjungi ruangan sehari sekali tapa rutin memberi konsultasi
atau memantau per pasien langsung hanya dari catatan perawat. Berdasarkan penelitian sebelumnya di Rumah sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta visite hanya dilakukan di beberapa bangsal saja, belum kesemua bangsal. Rumah sakit PKU Muhammadiya Gamping visite hanya
dilakukan pada pasien rawat inap yang membutuhkan perhatian khusus, untuk memantau terapi penggunaan obat serta efek samping dari obat yang
diguanakan contohnya penggunaan antibiotik. Kegiatan masih sebatas pemantauan terapi obat, sampai dengan menentukan obat yang sesuai
untuk pasien, dan hanya sekedar memberikan saran kepada pasien mengenai obat yang sesuai untuk pasien Indah dan Utami 2016.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah
Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah Home Pharmacy Care. Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain.
Dari hasil penelitian lain pun menunjukkan bahwa kesalahan peresepan di ruang perawatan intensif masih banyak ditemukan sebelum
dilakukan pendampingan oleh apoteker saat visite dokter 78,89. Kegiatan pendampingan apoteker saat visite dokter efektif menurunkan
126
86 tingkat kesalahan peresepan yang ditemukan 11,31. Jumlah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker berpengaruh signifikan
terhadap jumlah kesalahan peresepan di ruang perawatan intensif Turnodihardjo, Hakim, dan Kartikawatiningsi, 2016.
Visite apoteker bersama tenaga kesehatan lain sebenarnya sudah menjadi kewajiban dalam kegiatan farmasi klinik. Namun, memang masih
banyak tenaga kesehatan yang tak bisa bekerjasama di lapangan, sehingga kegiatan ini tak tercipta.
Beberapa studi menggambarkan sikap dokter terhadap peran farmasi klinik khususnya pendampingan apoteker. Di Sudan, dokter
menjadi tidak nyaman dengan adanya apoteker yang merekomendasikan peresepan obat untuk pasien meskipun jenis pengobatan tersebut untuk
penyakit minor. Sedangkan, di Jordan terdapat 63 dokter mengharapkan apoteker untuk mengajari pasien mereka mengenai keamanan dan
ketepatan penggunaan obat. Di samping itu, sebagian dokter menyetujui bahwa apoteker selalu dapat diandalkan sebagai sumber informasi obat
Abu-Garbieh, et al., 2010. Kegiatan ini memang tak dapat dilakukan RS X karena kurangnya
SDM. Namun, seharusnya RS X mampu menciptakan kerjasama antar petugas kesehatan untuk melakukan kegiatan ini. Setidaknya, perlu ada
apoteker dan beberapa tenaga kesehatan lain yang rutin mengecek keadaan
127
terapi obat pasien terutama untuk pasien dengan obat jangka panjang dan kompleks.
6.3.6 Analisis Pemantauan Terapi Obat di RS X