Pelayanan Informasi Obat PIO

22 mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti; dan memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi obat. d. Komunikasi Melakukan komunikasi dengan pasien danatau keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan.

2.1.4 Pelayanan Informasi Obat PIO

Rata-rata, 50 pasien tak menggunakan obat yang diresepkan dengan benar, meminumnya tidak teratur, atau tidak sama sekali. Alasan yang paling umum adalah karena gejala telah berhenti, efek samping yang terjadi, obat tidak dianggap efektif, atau jadwal dosis rumit bagi pasien, terutama orang tua. Tidak patuhnya pasien terhadap pengobatan mungkin tidak memiliki konsekuensi serius bagi sebagian obat, namun pada sebagin lainnya, obat menjadi tidak efektif atau beracun jika digunakan tidak teratur WHO, 1994. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan dapat ditingkatkan dengan tiga cara yaitu, pemilihan terapi obat yang baik. menciptakan hubungan dokter-pasien yang baik, atau meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang diperlukan, seperti petunjuk dan peringatan. Terapi obat yang baik terdiri dari sedikitnya obat yang diresepkan, dengan tindakan cepat, sedikit efek samping sesedikit mungkin, dalam bentuk sediaan yang tepat, jadwal dosis sederhana satu atau dua kali sehari, dan durasi pengobatan sesingkat mungkin WHO, 1994. 23 Pelayanan Informasi Obat PIO adalah salah satu untuk mengurangi ketidapatuhan tersebut. Pasien membutuhkan informasi, petunjuk dan peringatan agar mereka memiliki pengetahuan untuk menerima dan mengikuti pengobatan serta mendapat keterampilan yang diperlukan untuk menggunkaa obat dengan tepat. Dalam beberapa studi, kurang dari 60 pasien telah memahami bagaimana menggunakan obat yang mereka terima. Informasi harus diberikan yang jelas, menggunakan bahasa umum dan meminta pasien untuk mengulang kata-kata yang diucapkan petugas oleh dirinya sendiri terkait beberapa informasi inti, untuk memastikan bahwa infromasi terlah dipahami WHO, 1994. Dalam memberikan infromasi terkait obat apoteker harus memberikan informasi obat untuk pasien yang akurat dan komprehensif . Infromasi terrapi obat juga diinformasikan untuk profesional kesehatan, pasien, dan perawat pasien yang sesuai. Tanggapan terhadap permintaan informasi obat umum dan pasien-spesifik harus disediakan secara akurat dan tepat waktu oleh apoteker, dan harus ada penilaian untuk memastikan kualitas tanggapan yang diberikan ASHP, 2013. Apoteker juga harus menginformasikan pada staf dan penyedia layanan kesehatan rumah sakit tentang penggunaan obat secara berkelanjutan melalui publikasi yang tepat, presentasi, dan program terterntu. Apoteker harus memastikan penyebaran informasi produk obat secara tepat waktu misalnya, ingat pemberitahuan, perubahan pelabelan, dan perubahan ketersediaan produk. Infromasi pun dapat diberikan dengan komunikasi elektronik misalnya, situs web, newsletter email, intranet posting, cara ini lebih efektif dan lebih mudah diakses ASHP, 2013. 24 Menurut PMK No. 58 Tahun 2014 PIO merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. PIO bertujuan untuk: a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit; b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obatsediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, terutama bagi tim farmasi dan terapi; c. Menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat mernberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima Dirjen Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan, 2006. Sedangkan dalam PMK No.58 Tahun 2014 kegiatan tersebut, meliputi : a. Menjawab pertanyaan; b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter; 25 c. Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit; d. Bersama dengan tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap; e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan f. Melakukan penelitian.

2.1.5 Konseling