136
yang memadai untuk pencampuran obat khusus lainnya. Ditemukan juga, masih ada pegawai yang melakukan
pencampuran steril tidak di ruang steril, sehingga ini membahayakan.
3. Dari 11 kegiatan pelayanan farmasi klinik, RS X melaksanakan 7 kegiatan. Pelayanan farmasi klinik di RS X yang dilaksanakan
terdiri dari pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat,
pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat, dan dispensing sediaan steril. Sedangkan yang belum dilakukan adalah,
konseling, visite, evaluasi penggunaan obat, dan pemantauan kadar obat dalam darah.
7.1 Saran
1. Bagi Rumah Sakit a. Melakukan upaya pemenuhan seluruh kegiatan farmasi
klinik sesuai PMK No. 58 tahun 2014. Dengan membuat standar berupa petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
sesuai dengan kemampuan rumah sakit. b. Dikembangkannya kerjasama antar tenaga kesehatan
dengan membuat form yang harus diisi semua tenaga kesehatan untuk memantau efektifitas terapi obat pasien
yang nantinya bisa dibaca baik oleh apoteker, dokter, dan perawat.
137
c. Menyiapkan SDM untuk konseling dan PIO secara khusus untuk pasien.
d. Dikembangkannya metode electronic prescribing untuk mengurangi kesalahan pembacaan resep
e. Mengganti sistem pekerjaan yang awalnya TTK dan apoteker mobile setiap harinya menjadi memiliki pekerjaan
tetap setiap harinya dan dilakukan rolling bisa dalam seminggu sekali.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Dilakukan penelitian lebih mendalam terkait hubungan
beban kerja apoteker di RS X dengan kemampuan dalam melaksanakan semua kegiatan farmasi klinis sesuai dengan
PMK No.58 Tahun 2014 b. Dilakukan penelitian terkait analisis kebijakan PMK No. 58
Tahun 2014 di beberapa rumah sakit.
138
DAFTAR PUSTAKA
Abu- Ghrabieh, Eman, Fahmy, Sahar, et al. 2010. ―Attitudes and Perceptions of
Healthcare Providers and Medical Students Toward Clinical Pharmacy Services in United Arab Emirates,‖ Tropical Journal of Pharmaceutical
Research. 421-430
Aditama, T.Y.2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit ed kedua. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
American Collage of Clinical Pharmacy ACCP. 2008. The Definition of Cliical Pharmacy. Pharmacoteraphy. Vol.28. No.6
American Pharmaceutical Association.1995. Apha Princple of Practice for Pharmaceutical Care. Washington DC : American Pharmaceutical
Association. American Hospital Asociation. 2016. Improving Medication Safety. 12 Agustus.
http:www.aha.orgadvocacy-issuestools-resourcesadvisory96- 06991207-quality-adv.shtml.
ASHP. 2013. ―ASHP Guidelines: Minimum Standard for Pharmacies in Hospitals.‖ In Practice Settings: Guidliness, 519-528. America: ASHP.
Arhayani. 2007. Perencanaan dan Penyiapan Pelayanan Konseling Obat Serta Pengkajian Resep Bagi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Imanuel
Bandung. httpwww.ITBcentralibrary.ac.id . diakses pada 5 Januari 2017
Apriliani, Sandy Ria. 2010. Studi Kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober - Desember
2008. Surakarta: UMS Aslam, M., Tan, C. K., Prayitno, A. 2003. Farmasi Klinis Clinical Pharmacy,
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Badriah, Fase. 2015. Pengungkapan Kesalahan Medis: Disclossing Medical Error fo Patient Safety Culture. Jakarta: UIN PRESS.
Bayang, Andi Thenry, Syahrir Pasinringi, and Sangkala. 2013. FAKTOR PENYEBAB MEDICATION ERROR DI RSUD ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG. Makasar: FKM UNHAS.
139
BPOM. 2012. Pedoman Montoring Efek Samping Obat MESO Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: BPOM
Cahyono, Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisisus.
CDC. 2016. CDC Guideline for Prescribing Opioids for Chronic Pain —
United States: CDC Cohen, Michael. R. 2007. Medication Errors. Washington DC: American
Pharmacist Association Colpaert, Kristen, Barbara Claus, Annemie Somers, Koenraad Vandewoude,
Hugo Robays, and Johan Decruyenaere. 2006. ―Impact of computerized physician order entry on medication prescription errors in the intensive
care unit: a controlled cross- sectional trial.‖ Pubmed Central.
Cousins, David. 2011. Root Cuse Analysis In Context of WHO International Calssification fo Patient Safety. UK: WHO.
Cousins, David, David Gerrett, and Bruce Warner. 2011. ―A review of medication incidents reported to the National Reporting and Learning System in
England and Wales over 6 years 2005- 2010.‖ British Journal of Clinical
Pharmacology 597-604. David C. Classen, Roger Raesar, et all. 2011. ―Global Trigger Tool‖ shows That
Adverse Events in Hospitals Maybey Ten Times Greater Than Previously Measured.‖ Heath Affairs 581-589.
Depkes RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasein. Jakarta: Depkes.
Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan. 2009. Pedoman Dasar Teknik Aseptis. Jakarta: Depkes RI.
—. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta: Depkes RI. —. 2011. Pedoman Vistie Apoteker. Jakarta: Kemenkes RI.
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2007. Pedoman Konseling. Jakarta: Depkes RI.
Dirjen Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Elfiansih, Satifah, Qurotul Aini, and Sabtanti Harimurti. 2014. STUDI KASUS MEDICATION ERRORS DI RUANG RAWAT INAP RSI Ngk. Yogyakarta:
UMY.
140
Ekowati, Heny, Adi P., Tunggul, Trisnowati, Rahardjo, Budi. 2006. Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia
rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo. Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 17. No.4
Elfiansih, S., Aini, Q., Harimurti, S. 2014. STUDI KASUS MEDICATION ERRORS DI RUANG RAWAT INAP RSI Ngk. Yogyakarta: UMY.
FitzGerald, Richard J. 2009. ―Medication errors: the importance of an accurate drug history.‖ Bristish of Journal Clinical Pharmacology 671-675.
Hidayat, Zaenuri S., Pirwonunggroho, Tunggul Adi, Vera, Vitis Vini. 2014. Analisis Persepsi dan Harapan Dokter Terhadap Peran Apoteker di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Suplemen Majalah Kedokteran Andalah. Vol.37. No.1
Ikawati, Zullies. 2010. Farmaski Klinis Terbukti Tingkatkan Hasil Terapi pada Pasien.
http:www.ugm.ac.ididberita2133- farmasi.klinis.terbukti.efektif.tingkatkan.hasil.terapi.pada.pasien
diakses pada 13 Januari 2017
Indah, Wanti Nur, and Pinasti Utami. 2016. Profil Penerapan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Amal Usaha Milik Muhammadiyah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: UMY. Iskandar, Heru, Halimi Maksum, and Nafsah. 2014. ―Faktor Penyebab Penurunan
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit.‖ Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28 Suplemen No. 1.
Keputusan Menteri Kesehatan No.129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Komite Keselamatan Pasien Rumah SakitKKP-RS. 2008. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien IKP. Jakarta: Persi.
Kroening, Helen L., Bronwyn Kerr, James Bruce, and Iain Yardley. 2015. ―Patient Complaints as Predictors of PAtient Safety Incidents.‖ Patient
Experience Journal 94-1001.
141
Lapau, Buchari. 2013. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Medical Council of New Zealand MCNZ. 2016. Good Prescribing Pratice. New Zealand: MCNZ
Muliawan, B. T. 2008. Pelayanan Konseling Akann Meningkatkan Kepatuhan Pasien
pada Terapi
Obat. http:www.binfar.depkes.go.iddef_menu.ph.diakses pada 9 Januari
2017. Miles, Mathews B., A. Michael Huberman, and Johnny Saldana. 2014.
Qualitative Data Analysis: A Method Sourcebook. London: SAGE Publication.
Muladi, Amik. 2012. ―Faktor – Faktor Penyebab Medication Errors.‖ Akademi Keperawatan Tujuhbelas Karanganyar.
Mulyana, Sri Dede. 2013. Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat di Unit Rwat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Depok: UI.
Mustikawati, Yully Harta. 2011. Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera dan kejadian Tidak Diharapkan di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok
Indah Jakarta. Depok: UI. National Coordinating Council for Medication Error Repoting and Prevention.
2016. Medication Error. 2 Agustus. http:www.nccmerp.orgabout- medication-errors.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Oncology Times. 2014. Study: Hospital Medical Errors Reduced by 30 Percent
with Improved Patient Handoffs. oncology-times.com. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit Phillips, David P, Nicholas Christenfeld, and Laura M Glynn. 1998. ―Increase in
US medication- error deaths between 1983 and 1993.‖ The Lancet 643-
644. Rahmawati, Fita dan Oetari, R.A.2002.Kajian Penulisan Resep: Tijauan Aspek
Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-Apotek Kotamadya Yogyakarta. Yoyakarta: Majalah Farmasi Indonesia
Restriyani, Mustika, dan Maziyyah, Nurul. 2016. Persepsi Dokter Dan Perawat
142
Tentang Peran Apoteker Dalam Pelayanan Farmasi Klinik Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: UMY
Ritter, James M, Lionel D Lewis, Timothy GK Mant, and Albert Ferro. 2008. A Textbook of Clinical Pharmacology and Therapeutics, Fifth Edition.
London: Hodder Arnold. Setiawan, Eko, Sylvi Irawati Irawati, Bobby Presley, and Susilo. 2015. ―Persepsi
dan Kecenderungan Keterlibatan Apoteker di Apotek pada Proses Rekonsiliasi Obat.‖ Jurnal Sains Farmasi Klinis 91-98.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan RD. Bandung : Alfabeta.
Sulistianti, Lany Aprili. 2015. Korelasi Budaya Keselamtan Pasien dengan Persepsi Pelaporan Kesalahan Medis Oleh Tenaga Kesehatan Sebagai
Upaya Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit X dan Rumah Sakit Y Tahun 2015. Jakarta: UIN Jakarta.
Siregar, C.J.P., dan Kumolosari, E. 2006. Farmai Klinik Teori dan Penerapan, Jakarta: EGC.
Susanti, Ika. 2013. Identifikasi Medication Error Pada Fase Prescribing, Trascribing, dan Dispensing di RSUP Fatmawati Periode 2013. Jakarta:
UIN Jakarta. Tajud
din, Rusmi Sari, Indrianty Sudirman, Maidin, and Alimin. 2012. ―FAKTOR PENYEBAB MEDICATION ERROR DI INSTALASI RAWAT
DARURAT.‖ Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 182-187. Teixeira, Thalyta Cardoso Alux, and Silvia Helena De Bortoli Cassieani. 2010.
Root cause analysis: evaluation of medication errors at a university hospital. Portugal: Rev Esc Enferm USP.
Turnodihardjo, Marlina A., Hakin, Lukman, Katikawatiningsih, Dewi. 2016. Pengaruh Pendampingan Apoteker Saat Visite Dokter terhadap
Kesalahan Peresepan di Ruang Perawatan Intensif. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia. 160-168
Utarini, Adi, and Hanevi Djasri. 2012. ―Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan: Menuju ke Mana?
‖ Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 159-160.
Velo, Giampaolo, and Pietro Minuz. 2009. ―Medication errors: Prescribing faults and prescription errors.‖ British Journal of Clinical Pharmacology
676:624-8.
143
WHO. 1994. Guide to Good Prescribing - A Practical Manual. Retrieved from WHO:
http:apps.who.intmedicinedocsendJwhozip23e5.4.htmlJwhozip23e.5 .4
—. 2008. Learning From Error. Switzerland: WHO. —. 2014. Reporting and Learning SystemsFor Medication Error: The Role of
Pharmacovigilance Centres. Geneva: WHO Press. — .2014. 10 Fact About Patient Safety. Retrieved from WHO:
http:www.who.intfeaturesfactfilespatient_safetypatient_safety_factse nindex1.html
144
LAMPIRAN
145
Lampiran I
Frequency Table
Nama
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 1
.3 .3
.3 Lengkap
294 99.7
99.7 100.0
Total 295
100.0 100.0
Umur
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 96
32.5 32.5
32.5 Lengkap
199 67.5
67.5 100.0
Total 295
100.0 100.0
JK
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 8
2.7 2.7
2.7 Lengkap
287 97.3
97.3 100.0
Total 295
100.0 100.0
BB
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 225
76.3 76.3
76.3
146
Lengkap 70
23.7 23.7
100.0 Total
295 100.0
100.0
TB
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 219
74.2 74.2
74.2 Lengkap
76 25.8
25.8 100.0
Total 295
100.0 100.0
ND
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 41
13.9 13.9
13.9 Lengkap
254 86.1
86.1 100.0
Total 295
100.0 100.0
Izin
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 65
22.0 22.0
22.0 Lengkap
230 78.0
78.0 100.0
Total 295
100.0 100.0
Alamat
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent
147
Alamat
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Lengkap 295
100.0 100.0
100.0
PD
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 111
37.6 37.6
37.6 Lengkap
184 62.4
62.4 100.0
Total 295
100.0 100.0
TGL
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 84
28.5 28.5
28.5 Lengkap
211 71.5
71.5 100.0
Total 295
100.0 100.0
Asal
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 95
32.2 32.2
32.2 Lengkap
200 67.8
67.8 100.0
Total 295
100.0 100.0
N_obat
148
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Lengkap 295
100.0 100.0
100.0
Bentuk
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 29
9.8 9.8
9.8 Lengkap
266 90.2
90.2 100.0
Total 295
100.0 100.0
Kekuatan
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
-1 1
.3 .3
.3 Tidak Lengkap
28 9.5
9.5 9.8
Lengkap 266
90.2 90.2
100.0 Total
295 100.0
100.0
Dosis
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 2
.7 .7
.7 Lengkap
293 99.3
99.3 100.0
Total 295
100.0 100.0
Jumlah
149
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 3
1.0 1.0
1.0 Lengkap
292 99.0
99.0 100.0
Total 295
100.0 100.0
Aturan
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 39
13.2 13.2
13.2 Lengkap
256 86.8
86.8 100.0
Total 295
100.0 100.0
Indikasi
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 156
52.9 52.9
52.9 Lengkap
139 47.1
47.1 100.0
Total 295
100.0 100.0
Waktu
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 6
2.0 2.0
2.0 Lengkap
289 98.0
98.0 100.0
Total 295
100.0 100.0
150
Alergi
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid
Tidak Lengkap 215
72.9 72.9
72.9 Lengkap
80 27.1
27.1 100.0
Total 295
100.0 100.0
152
Lampiran II Matriks Wawancara, Observasi, Telaah Dokumen
Tabel 5.2 Matriks Wawancara, Observasi, dan Telaah Dokumen
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan INPUT
Sumber Daya Manusia
Bagaimana prosesalur
penempatan pegawai pada
bagian farmasi? Sesuai dengan
dokumen Sesuai dengan
dokumen Melalui
rekuitment resmi dari rumah sakit
lalu dilakukan traning pelayanan
dasar pertama selama satu bulan
setelah itu baru rolling
penempatan selama 6 bulan
atau satu tahun. Untuk petugas-
petugas khusus ditempatkan
Setiap petugas farmasi di RS X
dtempatkan melalui
serangkaian tahap pelatihan
dasar dan khusus bagi
petugas-petugas khusus. Rolling
pegawai diadakan 6
bulan atau satu tahun sekali
sesuai
153
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
sesuai kebutuhan rumah sakit dan
mereka yang sudah memiliki
sertifikasi pelatihan
kebutuhan rumah sakit.
Bagaimana pembagian
tugasnya? Di bagi dua
menjadi bagian manajerial dan
teknis dan salaing membantu.
Semuanya mobile dan saling
membantu. Penempatan
pegawai berdasarkan
kemampuan dan pengalaman.
Tidak ada pembagian tugas
khusus di depo atau aoutlet
untuk terima resep, racik,
kemas, dan serah obat,
semuanya mobile dan
saling membantu.
Standar apa yang digunakan rumah
Peraturan Pemerintah PP
Peraturan Pemerintah PP
Peraturan Pemerintah PP
Peraturan Pemerintah PP
154
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
sakit untuk menerima pegawai
pada bagian farmasi?
No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian
No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
Bagaimana usaha yang dilakukan
dalam mengembangkan
SDM yang ada pada bagian
farmasi? Pelatihan dan sesi
sharing knowlegde. Pelatihan dan sesi
sharing knowlegde. Pengembangan
pengetahuan SDM baru rrutin
dilakukan internal bagian
farmasi, harusnya rumah
sakit melakukan berbagai
tindakan pengembangan
keahlian rutin.
Apakah ada pendidikan dan
pelatihan lanjutan bagi para pegawai?
Pendidikan lanjut tidak ada, pelatihan
ada. Pendidikan lanjut
tidak ada, pelatihan ada.
Tidak ada bantuan
pendidikan lanjut dari
rumah sakit. Pelatihan
dilakukan internal bagian
farmasi dan
155
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
beberapa pelatihan terkait
obat baru serta pelatiah ke luar
rumah sakit jika dibutuhkan.
Sarana dan Prasarana
Bagaimana cara perawatan sarana
dan prasarana pada pelayanan farmasi?
Semua alat dicek, kebutuhan alat-alat
khusus dilakukan kalibrasi setahun
sekali Dicek setiap hari,
yang rusak diganti, dan dilakukan
kalibrasi. Dilakukan
pengecekan rutin untuk
setiap alat farmasi.
Bagaimana kesesuaian sarana
dan prasarana yang ada dengan
kebutuhan rumah sakit?
Sudah cukup Sudah cukup.
terlampir Sarana dan
prasana yang ada di RS X
sudah memenuhi
syarat pelayan dasar namun
masih banyak yang harus
ditambah jika ingin sesuai
dengan PMK no.58 tahun
156
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
2014 seperti laboratorium
farmasi, kelengkapan
dispensing sediaan steril,
ruang khusus PIO dan
konseling, serta alat untuk
PKOD
Bagaimana cara peremajaan sarana
dan prasarana yang ada?
Dicek rutin ada yang setiap hari,
sebulan sekali, setahun sekali,
kalau sudah tak layak diganti.
Sesuai kebutuhan, kalau tidak layak
segera diganti. Peremajaan
dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan hasil dari cek
petugas.
Bagaimana penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi
pada pelayanan farmasi?
Sistem informasi rumah sakit mulai
dari tahap perencanaa,
pembelian, hingga pengeluaran
barang. Etiket juga dicetak.
Sistem informasi rumah sakit mulai
dari tahap perencanaa,
pembelian, hingga pengeluaran
barang. Etiket juga dicetak.
Belum ada electronic
prescribing. Teknologi
informasi sudah dimulai sejak
tahap perencanaan,
pembelian, hingga
penggunaan.
157
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
Namun, tidak ada sistem
peresepan elektronik
KebijakanSOP
Adakah kebijakanSOP
tersendiri di rumah sakit bagi
pelayanan farmasi klinik?
Ada Ada
Ada, tetrapi tidak dijalankan
dengan baik dan tidak dilakukan
evaluasi. SOP di RS X
sudah cukup banyak karena
ada 96 SOP, namun SOP ini
hanya dibuat untuk tuntutan
akreditasi dan kurang dijalnkan
serta dimonitoring
pelaksanaannya
Apa yang menjadi dasar pembuatan
kebijakan tersebut? Buku pedoman
pelayanan farmasi rumah sakit dan
buku perencanaan kebijakan farmasi
rumah sakit -
Kebijakan dibuat
berdasarkan pada peraturan
perundang undangan serta
peraturan lainnya yang
158
Pertanyaan INF 1
RN 1 Observasi
Telaah dokumen Kesimpulan
mendukung. Bagaimana
kesesuaian SOP dan pelaksanaan
teknis menurut Anda selama ini?
Banyak pelanggaran
Masih banyak pelanggaran.
Banyak petugas yang lalai
menjalankan SOP seperti
melakukan pencampuran
obat suntik tidak pada ruang steril
Apakah yang paling menjadi
kendala dalam pelaksanaan SOP
pelayanan farmasi klinik?
Kepatuhan petugas yang seringkali
lupa SOP sehingga pelayanan tak
sesuai. Kebiasaan petugas
untuk patuh masih harus diterapkan
Petugas tidak patuh SOP,
misalnya pencampuran
obat suntik masih ada yang di
ruangan biasa Petugas perlu
dikontrol terus agar patuh pada
SOP. Misalnya dengan
mengadakan evaluasi
mendadak dan evaluasi rutin
petugas selama satu bulan sekali
159
Pertanyaan INF 1
AP RN2
RJ2 Observasi
Kesimpulan PROSES
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Bagaimana alur pengecekan
kelengkapan administrasi
resep? Sesuai
Sesuai Sesuai
Sesuai Resep
memang dicek
petugas, namun
terkadang petugas
untuk menerima
obat sampai dengan serah
obat adalah orang yang
sama sehingga
hanya dicek satu orang.
Ditemukan juga kotak
ceklis pemeriksaan
resep yang harusnya di
Resep yang seharusnya
dicek oleh petugas
yang berbeda-
beda terkadang
hanya oleh satu petugas
karena sedang
sibuk atau banyak
resep masuk sehingga
butuh waktu yang cepat.
Perlu ada pembagian
tugas yang jelas agar
terjadi
160
Pertanyaan INF 1
AP RN2
RJ2 Observasi
Kesimpulan
paraf setiap petugas
sering kali kosong.Tidak
ada pembagian
tugas TTK yang jelas
karena semuanya
saling membantu.
ketertiban administrasi.
Apa pernah ada ketidaklengkapan
dalam resep? Resep jarang
yang lengkap Pernah
Sering Sering
Tidak ada resep yang
benar-benar lengkap
Tidak ada resep yang
ditulis lengkap
sesuai dengan
PMK 58 Tahun 2014
Berapa frekuensinya
dalam satu bulansatu tahun?
Sering Selalu ada
Setiap hari ada Setiap hari ada
Setiap resep Tidak ada
resep yang ditulis
lengkap sesuai
161
Pertanyaan INF 1
AP RN2
RJ2 Observasi
Kesimpulan
dengan PMK 58
Tahun 2014
Biasanya apa yang tidak
lengkap dari resep yang
ditemukan? Beragam
mulai dari tandatangan
dokter, umur, breat badan,
sampai alamat Persyaratan
adimnistrasinya Persyaratan
adminitrasi, kalau klinis
mungkin dosis Persyaratan
adimnistrasinya Paling
banyak ditemukan
tidak tercantum
berat badan dan tinggi
badan serta ceklis reaksi
alergi Banyak
ditemukan tidak
tercantum berat badan
dan tinggi badan serta
ceklis reaksi alergi
Bagaimana cara mengatasi jika
ada resep yang tidak lengkap
atau tidak jelas Konfirmasi
langsung ke dokter
Bertanya ke teman, senior,
jika masih tidak jelas ke dokter
langsung Bertanya ke
teman, senior, jika masih tidak
jelas ke dokter langsung
Bertanya ke teman, senior,
jika masih tidak jelas ke dokter
langsung Tidak
langsung ke dokter
dikonfirmasi tapi bertanya
pada apoteker
senior terlebih
dahulu baru ke dokter
Konfirmasi seharusnya
langsung ke dokter,
namun, jika masih bisa
dijawab oleh apoteker
senior maka tak
dilakukan konfirmasi
162
Pertanyaan INF 1
AP RN2
RJ2 Observasi
Kesimpulan
kejelasan lagi ke
dokter.
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan Rekonsiliasi Obat
Bagaimana teknik verifikasi
informasi obat yang digunakan?
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Petugas farmasi selalu mengecek
informasi atau terapi obat
pasien dan mencocokannya
dengan catatan perawat
Verifikasi telah dilakukan
komprehensif mulai dari
membandingkan dengan rekam
medis, catatan perawat, hingga
petugas farmasi
Bagaimana teknik komparasi
yang digunakan petugas untuk
membandingkan data obat pasien?
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Sesuai dengan observasi
Petugas UDD membandingkan
catatn kefarmasian
dengan catatn perawat
sebelum melakukan
Petugas sudah menjalankan
metode pencocokan
terapi dengan catatn peawat.
Namun, semuanya masih
163
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan Rekonsiliasi Obat
penyerahan obat manual dan belum dilakukan
dnegan sistem informasi yang
terintegrasi
Bagaimana proses
konfirmasi antar apoteker dan
dokter bila ada ketidakjelasan
resep? Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Petugas farmasi
atau apoteker kebanyakn
menanyakan dahulu ke
perawat di ruangan untuk
kemudian konfimasi ke
dokter. Kecuali di rawat jalan,
sering langsung menelepon
dokter Apoteker
berkoordinasi dengan dokter
dan perawat melalui telepon
sudah cukup baik, namun
seharusnya konfirmasi
langsung dilakukan ke
dokter tanpa pihak ketiga
Bagaimana proses pemastian
terapi yang diberikan kepada
pasien ketika Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Proses
pemastian terapi dengan
mencocokan data sudah
Proses pemastian sudah bagus dan
dilakukan komprehentif
mulai dari rekam
164
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan Rekonsiliasi Obat
terjadi pemindahan
pasien antar- ruangan atau
antar-rumah sakit?
dilakukan komprehensif
oleh apoteker dan perawat,
kerjasam keduanya juga
terlihat baik. Setiap hari ada
apoteker ke ruangan untuk
mencocokan dan memeriksa
catatan dengan perawat.
medis, catatan perawat, dan
petugas farmasi serta dokter
penanggungjawab
Bagaimana petugas
memutuskan tindakan ketika
terjadi ketidaksesuaian
resep atau obat? Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Sesuai dengan
observasi Melakuakn
konfirmasi dengan dokter
untuk melakukan
tidakan terapi yang seharusnya
Apoteker bekerjasama
dengan dokter dan perawat
untuk melakukan tindakan
selanjutnya pada pasien
165
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan Rekonsiliasi Obat
Bagaimana petugas
menuliskan laporan atau
dokumentasi atas ketidaksesuaian
yang terjadi? Ketika kejadian
langsung dilaporkan
Ketika kejadian langsung
dilaporkan Ketika kejadian
langsung dilaporkan
Ketika kejadian
langsung dilaporkan
Ketika kejadian langsung
dilaporkan Ditulis dalam
riwayat pasien dan laporan
bulanan ke manajer farmasi,
namun setiap kejadian langsung
ditulisssaat terjadi
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
Bagaimana cara rumah sakit
menjawab pertanyaan pasien
terkait obat atau terapi yang
digunakan? Langsung oleh
apoteker Langsung oleh
apoteker Langsung oleh
apoteker Langsung oleh
apoteker Langsung oleh
apoteker Pertanyaan
pasien langsung
dijawab dan direspons
pihak RS X melalui
apoteker dan TTK.
166
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
Adakah terbitan mengenai
infromasi obat yang dibuat
rumah sakit, seperti buletin,
leaflet, poster, atau newsletter?
Ada Ada
Ada Ada
Leaflet tak selamanya
tersedia terutama di
apotik rawat jalan eksekutif
yang terhitung apotik baru
Ada leaflet namun tak
selau tersedia di apotik,
seharusnya informasi ini
selalu ada
Bagaimana cara menyediakan
informasi bagi tim farmasi dan
terapi terkait penyusunan
formalium? Diberikan
formalium Diberikan
formalium Diberikan
formalium Diberikan
formalium Formalium
sudah disusun dengan baik
dan penuh warna
sehingga mudah dilihat
dan dipahami petugas
RS menyusun formalium
yang diperbaharui
setiap dua tahun untuk
seluruh petugas
farmasinya.
Apakah ada kegiatan
penyuluhan bagi pasien baik rawat
inap maupun rawat jalan
mengenai obat Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada PIO di rawat
inap sudah tertib
dilakukan apoteker.
Apoteker menulis lembar
PO dilakukan rutin oleh
apoteker pada pasien rawat
inap yang akan pulang
danrawat jalan
167
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
atau terapi yang ada di rumah
sakit? PIO yang
isinya obat yang
dibutuhkan pasien, dosis,
cara pakai, sampai dengan
efek sampungnya.
Di rawat jalan PIO diberikan
pada pasien secara lisan
saja saat penyerahan
obat. saat
mengambil obat.
Apakah ada pendidikan
berkelanjutan bagi tenaga
farmasi di rumah sakit?
Belum ada kalau dari RS
Belum ada kalau dari RS
Belum ada kalau dari RS
Belum ada kalau dari RS
Belum ada kalau dari RS
168
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
Apakah ada penelitian yang
dilakukan rumah sakit terkait
farmasi klinik atau obat?
Belum pernah Belum pernah
Belum ada Belum pernah
- Belum pernah
dilakukan penelitian oleh
mahasiswa
Apakah kendala yang dirasakan
oleh pihak farmasi terkait
PIO? Antrean panjang
Pasien sulit diajak bicara
Pasien sulit diajak bicara
Antrean panjang
PIO di rawat inap yang
dilakukan saat pasien akan
pulang selalu dilakukan oleh
apoteker, kebanyakan
pasien hanya diam dan
mendengarkan. Sedangkan di
rawat jalan PIO dilakukan
agak terburu- buru karena
banyak pasien yang
PIO di RS X baru pada
pasien pulang dan
penyerahan obat untuk
pasien rawat jalan, belum
ada penyuluhan
khusus atau PIO untk
tenaga kesehatan. PIO
yang dilakukan pun sulit
diukur apoteker ketika
169
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
mengantre sehingga hanya
seputar dosis dan cara
penggunaan, pasien pun
sulit bertanya bila apotik
sedang ramai. pasien hanya
diam saja. Di rawat inap
pasien yang dulit diajak
bicara juga akan sulit
diberi penjelasan
sedangkan di rawat jalan
penumpukan pasien
menyebabkan PIO tidak
berjalan baik dan
semestinya.
Konseling
Apakah ada konseling terkait
terapi obat yang diberikan rumah
sakit kepada Belum ada
Belum ada Belum ada
Belum ada RS X tidak
memiliki ruang konseling dan
petugas khusus RS X belum
melakukan konseling.
Seharusnya konseling
170
Pertanyaan INF 1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pelayanan Informasi Obat PIO
pasien? konseling
dilakukan terutama untuk
pasien dengan pengobatan
janga panjang serta obat-obat
khusus
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan Pemantauan Terapi Obat PTO
Bagaimana cara pengkajian
pemilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi,
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
ROTD ? Melakukan cek
reaksi obat kepada resep
yang memiliki lima jenis obat
atau lebih sekaligus
Melakukan cek reaksi obat
kepada resep yang memiliki
lima jenis obat atau lebih
sekaligus Melakukan cek
reaksi obat kepada resep
yang memiliki lima jenis obat
atau lebih sekaligus
Melakukan cek reaksi
obat kepada resep yang
memiliki lima jenis obat atau
lebih sekaligus
Apoteker melakukan cek
terhadap kemungkinan
reaksi obat pada pasien yang
menggunakan lima jenis obat
atau lebih sekaligus, di
situ apoteker akan mengecek
RS X baru melakukan
pengkajian dan pengcekan pada
pasien dengan terapi obat lima
jenis sekaligus atau lebih. Hal ini
karena SDM apoteker yang
kurang sehingga tak cukup waktu
171
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan
dosisi, cara penggunaan,
dan kandungan obatnya apakah
bisa menimbulkan
reaksi atau tidak untuk mengecek
dan memantau semuanya
Bagaimana cara pemberian
rekomendasi penyelesaian
masalah terkait obat ?
Koordinasi dengan dokter
untuk melakukan
tidakan terapi obat dihentikan
sementara, dihentikan
terapi, atau diganti terapi
Koordinasi dengan dokter
untuk melakukan
tidakan terapi obat
dihentikan sementara,
dihentikan terapi, atau
diganti terapi Koordinasi
dengan dokter untuk
melakukan tidakan terapi
obat dihentikan sementara,
dihentikan terapi, atau
diganti terapi Koordinasi
dengan dokter untuk
melakukan tidakan terapi
obat dihentikan
sementara, dihentikan
terapi, atau diganti terapi
Setelah apoteker RS X
melakukan cek kebenaran
adanya reaksi obat setelah itu
berbicara pada dokter untuk
melakukan tidakan terapi
obat dihentikan sementara,
dihentikan terapi, atau
diganti terapi Pemebrian
rekomendasi terkait masalah
obat dilakukan oleh apoteker
yang bekerjasama langsung dengan
dokter, caranya dicek kebenaran
adanya reaksi obat setelah itu
berbicara pada dokter untuk
melakukan tidakan terapi
obat dihentikan sementara,
dihentikan terapi,
172
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan
atau diganti terapi Bagaimana
pemantauan efektivitas dan efek
samping terapi obat yang dilakukan RS?
Belum ada pematauan
secara khusus untuk jenis obat
tertentu apa efektif
digunakan pasien atau
tidak. Pencatatan
efek samping dan efektivitas
obat dilakukan ketika
memang ada kejadian efek
samping obat Mengecek resep
oleh apoteker Pemantauan
dilakukan apoteker jika
ada pasien yang diduga
terkena efek samping obat
Apoteker hanya melakukan cek
melalui resep dan catatannya
dengan catatan perawat, belum
terlihat adanya pemantauan
efektivitas rerapi yang
digunakan pada setiap pasien
Pemantauan efektivitas belum
dilakukan sepenuhnya oleh
RS X, apoteker baru mengecek
resep dan catatan terapi obat, tapi
belum terlihat bagaimana
pengukuran efektivtas terapi
dilakukan apoteker
Monitoring Efek Samping Obat MESO
Bagaimana cara rumah sakit
medeteksi adanya kejadian reaksi obat
yang tidak dikehendaki?
Cek terhadap resep yang
memiliki lima jenis obat
sekaligus Cek terhadap
resep yang memiliki lima
jenis obat sekaligus
Cek terhadap resep yang
memiliki lima jenis obat
sekaligus Cek terhadap
resep yang memiliki lima
jenis obat sekaligus
Baru dengan melakukan cek
terhadap resep yang memiliki
lima jenis obat sekaligus
RS X melakukan deteksi reaksi obat
baru dengan melakukan cek
terhadap resep yang memiliki
lima jenis obat sekaligus
173
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan
Bagaimana cara mengidentifikasi
obat-obatan dan pasien yang
memiliki risiko tinggi mengalami
efek samping obat? Melihat di
catatan rekam medis dan
catatan terapi Melihat di
catatan rekam medis dan
catatan terapi Melihat di
catatan rekam medis dan
catatan terapi Melihat di
catatan rekam medis dan
catatan terapi Apoteker
melihat catatan terapi pasien
dan menganalisisnya
dengan resep yang diberikan
Di RS X apoteker melihat catatan
terapi pasien dan menganalisisnya
dengan resep yang diberikan
Bagaimana teknik evaluasi laporan
efek samping obat yang digunakan?
Dilakukan laporan jika
terjadi efek samping, jika
berulang dilakukan
kajian terhadap obatnya
Laporan saja jika ada
kejadian efek samping
Laporan saja jika ada
kejadian efek samping
Ketika ada laporan efek
samping langsung
ditindaklanjuti -
Laporan terkait efek samping obat
baru dilakukan saat kejadian
karena petugas farmasi
menganggap kejadian itu jarang
terjadi
Bagaimana cara bagian farmasi dan
terapi dalam mendiskusikan dan
mendokumentasikan efek samping obat?
Hanya laporan saat kejadian
pada manajer direkap sebulan
sekali Hanya laporan
saat kejadian pada manajer
direkap sebulan sekali
Hanya laporan saat kejadian
pada manajer direkap sebulan
sekali Hanya
laporan saat kejadian pada
manajer direkap
sebulan sekali -
Tidak ada diskusi hanya berupa
laporan yang dikumpulkan dan
nanti diolah dan direkap per bulan
untuk dilaporkan kembali ke
BPOM dan Suku
174
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RJ 1 Observasi
Kesimpulan
Dinas Kesehatan Bagaimana laporan
yang dibuat terkait efek samping obat
yang ditemukan? Dibuat sesuai
dengan standar dari BPOM
sebulan sekali Dari ruangan
dicatat dan dilaporkan
setiap ada kejadian ke
manajer Dari ruangan
dicatat dan dilaporkan
setiap ada kejadian ke
manajer Dari ruangan
dicatat dan dilaporkan
setiap ada kejadian ke
manajer -
Dari ruangan dicatat dan
dilaporkan setiap ada kejadian ke
manajer lalu baru dibuat lapoan
untuk BPOM
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan Dispensing Sediaan Steril
Bagaimana proses pencampuran obat
steril yang sesuai dengan kebutuhan
pasien? Hanya
pencampuran obat suntik.
Sesuai dokumen Hanya
pencampuran obat suntik.
Sesuai dokumen Hanya
pencampuran obat suntik.
Sesuai dokumen Hanya
pencampuran obat suntik.
Sesuai dokumen
Belum banyak terlihat kegiatan
di ruang dispensing
karena tidak ada petugas yag
berjaga, petugas farmasi baru ke
ruangan dispensing
ketika akan mencampur obat
Pencampuran seharusnya
dilakukanpetugas yang akan
melakukan pencampuran
harus ke ruangan khusus dispensing
sediaan streril menggunakan
APD dan baru melakukan proses
175
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan
suntik, selain itu masih ditemukan
juga petugas yang melakukan
proses dispensing di
outlet pencampuran di
dalam ruangan. Pencampuran
disesuaikan dengan
permintaan dari ruangan yang
sudah mengukur kebutuhan pasien
setiap harinya. Namun, masih
ditemukan petugas yang
melakukan pencampuran di
outlet karena alasan jarak ruang
dispensing yang jauh
Bagaimana cara petugas mengemas
obat? Dilakukan
secara steril Dilakukan
secara steril Dilakukan
secara steril Dilakukan
secara steril Semua petugas
melakukan swab steril saat
mengemas baik petugas di ruang
dispensing Semua petugas
sudah melakukan swab steril saat
mengemas baik petugas di ruang
dispensing
176
Pertanyaan INF1
AP RN 1
RN 2 Observasi
Kesimpulan
maupun di outlet maupun di outlet Bagaimana cara
petugas membuang limbah
obat? Ada tempat
sampah khusus untuk limbah
medis Ada tempat
sampah khusus untuk limbah
medis Ada tempat
sampah khusus untuk limbah
medis Ada tempat
sampah khusus untuk
limbah medis
Ada tempat sampah khusus
untuk limbah medis
Sudah ada tempat sampah khusus
untuk limbah medis
Apa saja Alat Pelindung Diri
APD yang digunakan petugas
dispensing? Sarung tangan,
masker, dan baju steril
Sarung tangan, masker, dan
baju steril Sarung tangan,
masker, dan baju steril
Sarung tangan,
masker, dan baju steril
Sarung tangan, masker, dan baju
steril Sarung tangan,
masker, dan baju steril
Apa kendala atau masalah yang
mungkin dihadapai dalam
dispensing sediaan steril selama ini?
Kelalaian petugas yang tak
menjalankan dispensing
sediaan steril sesuai SOP
Kelalaian petugas yang
tak menjalankan dispensing
sediaan steril sesuai SOP
Tidak ada petugas khusus
yang standby di ruangan
sehingga petugas mesti
bolak-balik Jarak
ruangan yang jauh
membuat petugas
kerepotan -
Petugas menjadi lalai dan abai
dengan SOP karena tidak ada
petugas khusus sehingga petugas
yang ada merasa kerepotan
177
Lampiran III
INFORM CONCERN Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi Klinik
di Rumah Sakit X Tahun 2016 Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya Erika Hidayanti, mahasiswa semester 9 Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir yang berjudul Gambaran Pelaksanaan Standar
Pelayanan Farmasi Klinikdi Rumah Sakit X Tahun 2017
.
Dengan ini peneliti memohon kesediaan BapakIbuSaudarai untuk berpartisipasi dalam penelitian ini untuk menjadi informan yang memberikan
keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan nantinya akan dijadikan bahan masukan untuk
pelayanan standar farmasi klinik dan sistem pencegahan kejadian medication error di rumah sakit. Peneliti juga memohon untuk merekam pembicaraan selama
proses wawancara berlangsung dan peneliti akan menjamin kerahasiaan isi informasi yang diberikan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Terima kasih atas perhatian dan bantuan BapakIbuSaudaraI yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Peneliti,
Erika Hidayanti
178
IDENTITAS INFORMAN Nama Informan
: No. Telepon
: Jenis Kelamin
: Umur
: Pendidikan
: JabatanPekerjaan
: Lama Kerja
: HariTanggal Wawancara :
Dengan ini saya bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian yang berjudul Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi Klinik
di Rumah Sakit Islam X Tahun 2017
Jakarta, __________
2016
……………………………….
179
Tata Cara Wawancara
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 2. Menanyakan kesediaan untuk menjadi informan dengan meminta tanda tangan
pada persetujuan menjadi informan 3. Menanyakan nama informan
4. Meminta izin untuk merekam pembicaraan selama wawancara sedang berlangsung
5. Memberikan pertanyaan dasar seperti umur, jabatanpekerjaan, pendidikan terakhir dan lama kerja
6. Mengajukan pertanyaan utama sesuai dengan pedoman wawancara 7. Mengucapkan terima kasih pada informan yang sudah berpartisipasi
8. Pemberian cindramata
Pedoman Wawancara
1. Sumber Daya Manusia SDM
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Petugas Bagian Pengelola SDM Farmasi
1. Berapa jumlah tenaga kerja yang ada pada pelayanan farmasi? 2. Bagaimana prosesalur penempatan pegawai pada bagian farmasi?
3. Bagaimana pembagian tugasnya? 4. Standar apa yang digunakan rumah sakit untuk menerima pegawai
pada bagian farmasi? 5. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam mengembangkan SDM
yang ada pada bagian farmasi? 6. Apakah ada pendidikan dan pelatihan lanjutan bagi para pegawai?
2. Sarana dan Prasarana
180
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Petugas Pengelola Sarana Prasarana Farmasi
1. Apa saja sarana dan prasarana pelayanan farmasi yang dimiliki rumah sakit?
2. Bagaimana cara perawatan saran dan prasarana pada pelayanan farmasi?
3. Bagaimana kesesuaian sarana dan prasarana yang ada dnegan kebutuhan rumah sakit?
4. Bagaimana cara peremajaan sarana dan prasarana yang ada? 5. Bagaimana penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada
pelayanan farmasi?
3. KebijakanSOP
Informan: Kepala Bagian Farmasi
1. Adakah kebijakanSOP tersendiri di rumah sakit bagi pelayanan farmasi klinik?
2. Apa yang menjadi dasar pembuatan kebijakan tersebut? 3. Bagaimana kesesuaian SOP dan pelaksanaan teknis menurut
Anda selama ini? 4. Apakah yang paling menjadi kendala dalam pelaksanaan SOP
pelayanan farmasi klinik?
4. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Informan: Kepala Bagian Farmasi
1. Bagaimana alur pengecekan kelengkapan administrasi resep? 2. Apa pernah ada ketidaklengkapan dalam resep?
3. Berapa frekuensinya dalam satu bulansatu tahun? 4. Biasanya apa yang tidak lengkap dari resep yang ditemukan?
5. Bagaimana cara mengatasi jika ada resep yang tidak lengkap atau tidak jelas?
Informan: Petugas farmasi penerima resep dan Petugas peracik obat
181
1. Bagaimana cara petugas memastikan resep yang diterima sudah lengkap dan jelas?
2. Apakah pernah menerima resep yang tidak lengkaptidak jelas? Berepa frekuensinya?
3. Bagaimana cara mengatasi resep yang tidak lengkap atau tidak jelas?
4. Bagaimana cara petugas menjaga ketepatan obat hingga stabilitas obat?
5. Rekosiliasi Obat
Informan: Kepala Bagian Farmasi
a. Bagaimana teknik verifikasi informasi obat yang digunakan? b. Bagaimana teknik komparasi yang digunakan petugas untuk
membandingkan data obat pasien? c. Bagaimana proses konfirmasi antar apoteker dan dokter bila ada
ketidakjelasan resep? d. Bagaimana proses pemastian terapi yang diberikan kepada pasien
ketika terjadi pemindahan pasien antar-ruangan atau antar-rumah sakit?
e. Bagaimana cara komunikasi petugas dengan pasien?
Informan: Apoteker petugas distribusi obat
1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan petugas dengan pasien saat memberikan obat?
2. Bagaimana cara petugas mengkonfirmasi ketidakjelasan atau ketidaksesuaian dokumen resep atau obat?
3. Bagaimana cara
petugas menentukan
adanya perbedaan
dokumentasi rsep atau obat yang berbeda itu disengaja atau tidak disengaja?
182
4. Bagaimana petugas
memutuskan tindakan
ketika terjadi
ketidaksesuaian resep atau obat? 5. Bagaimana petugas menuliskan laporan atau dokumentasi atas
ketidaksesuaian yang terjadi?
6. Pelayanan Informasi Obat PIO
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Apoteker yang bertugas dalam PIO
1. Bagaimana cara rumah sakit menjawab pertanyaan pasien terkait obat atau terapi yang digunakan?
2. Adakah terbitan mengenai infromasi obat yang dibuat rumah sakit, seperti buletin, leaflet, poster, atau newsletter?
3. Bagaimana cara menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi terkait penyusunan formalium?
4. Apakah ada kegiatan penyuluhan bagi pasien baik rawat inap maupun rawat jalan mengenai obat atau terapi yang ada di rumah
sakit? 5. Apakah ada pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi di rumah
sakit? 6. Apakah ada penelitian yang dilakukan rumah sakit terkait farmasi
klinik atau obat? 7. Apakah kendala yang dirasakan oleh pihak farmasi terkait PIO?
7. Konseling
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Konselor
1. Apakah ada konseling terkait terapi obat yang diberikan rumah sakit kepada pasien?
2. Siapa yang biasanya melakukan konseling? 3. Teknik apa yang digunakan dalam konseling?
183
4. Bagaimana komunikasi antar pasien dan apoteker yang biasanya terjadi?
5. Bagaimana cara petugas mengidentifikasi pemahaman pasien setelah konseling?
6. Bagaimana cara petugas mengeksplorasi masalah obat yang dirasakan oleh pasien?
7. Bagaimana cara petugas memberikan penjelasan terhadap masalah yang biasanya terjadi?
8. Apa saja kendala yang ada dalam koseling terapi obat di rumah sakit?
8. Visite
Informan: Kepala Bagian Farmasi, Kepala Seksi Pelayanan Farmasi, APoteker yang bertugas sebagai visitor
1. Apakah ada visite yang dilakukan oleh apoteker di rumah sakit? 2. Bagaimana teknik visite yang dilakukan?
3. Bagaimana pembagian jadwal dan petugasnya? 4. Apa saja yang dilakukan saat visite oleh petugas?
9. Pemantauan Terapi Obat PTO
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Apoteker
1. Bagimana pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD di
RS X? 2. Bagaimana cara pemberian rekomendasi penyelesaian masalah
terkait obat di RS X? 3. Bagaimana pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat
yang dilakukan RS?
10. Monitoring Efek Samping Obat MESO
184
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sesksi Pelayanan Farmasi
1. Bagaimana cara rumah sakit medeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami efek samping obat?
3. Bagaimana evaluasi laporan efek samping obat yang digunakan? 4. Bagaimana cara bagian farmasi dan terapi dalam mendiskusikan
dan mendokumentasikan efek samping obat? 5. Bagaimana laporan yang dibuat terkait efek samping obat yang
ditemukan?
Informan: Apoteke yang bertugas dalam MESO
1. Bagaimana cara petugas mengidentifikasi reaksi obat yang tak dikendanki sedini mungkin?
2. Bagaimana cara petugas mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang memiliki risiko tinggi mengalami efek samping obat?
3. Bagaimana cara petugas melaporkan kejadian efek smaping obat yang ditemukan?
11. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Informan: Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Seksi Pelayanan Farmasi
1. Bagaimana teknik EPO yang digunakan? 2. Bagaimana gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat?
3. Bagaimana perbandingan pola penggunaan obat pada periode ini? 4. Bagaimana masukan atau saran yang terjadi selama evaluasi
dilakukan? 5. Bagaimana penilaian pengaruh intevensi atas pola penggunaan
obat?
185
12. Dispensing sediaan steril
Informan: Kepala Urusan Sterilisasi dan Apoteker petugas dispensing
1. Bagaimana cara petugas memastikan jaminan dosis yang sesuai untuk pasien?
2. Bagaimana proses pencampran obat steril yang sesuai dengan kebutuhan pasien?
3. Bagaimana cara petugas melakukan penyiapan nutrisi parental? 4. Bagaimana petugas melakuakn perhitungan dosis yang akurat?
5. Bagaimana cara petugas melakukann pelarutan serta pencampuran untuk obat kanker
6. Bagaimana cara petugas mengemas obat? 7. Bagaimana cara petugas membuang limbah obat?
8. Apa saja Alat Pelindung Diri APD yang digunakan petugas dispensing?
9. Apa kendala atau masalah yang mungkin dihadapai dalam dispensing sediaan steril selama ini?
186
Lampiran IV
Pedoman Observasi
1. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana
Ada Tidak Ada
Keterangan
1 Ruangan
- Ruang kantoradministrasi
- Ruang penyimpanana sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai
- Ruang distribusi sediaan farmasi
- Ruang konsultasikonseling
obat - Ruang PIO
- Ruang produksi - Ruang Aseptic
Dispensing - Laboratorium Farmasi
- Ruang tunggu pasien - Ruang penyimpaan
dokumen - Tempat penyimpanan
obat di ruang perawatan - Fasilitas toilet, kamar
187
mandi untuk staf 2
Peralatan - Peralatan penyimpanan
- Peralatan peracikan - Peralatan pembuatan
obat - Peralatan kantor
- Lemari penyimpanan khusus narkotika
- Lemari pendingin - Pendingin ruangan
untuk ruang termolabil - Penerangan, saran air,
ventilasi, dan sistem pembuangan limbah
- Alarm - Peralatan sistem
komputerisasi - Peralatan produksi
3 Peralatan Aseptic
Dispensing - Biological safety
cabinetvertical laminar air flow cabinet
- Horizontal laminar air flow cabinet
- Pass-box dengan pintu berganda
- Barometer - Termometer
188
- Wireless intercom 4
Peralatan Pendistribusian 5
Peralatan Konsultasi 6
Peralatan Ruang Informasi Obat
7 Peralatan Ruang Arsip
1.1 Ruang Produksi
No Syarat
Kesesuaian Ya
Tidak 1
Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan
2
Terdapat saran perlindungan dari cuaca, banjir, rembesan air, binatang dan serangga
3
Rancang bangun sesuai dengan alur kerja dan alur orang
4 Pengendalian lingkungan terhadap udara, permukaan langit-
langut, barang masuk, dan petugas yang di dalam
5
Luas ruangan minimal 2 kali daerah kerja dengan jarak tiap peralatan 2,5 m
6
Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan barang
7
Ruang terpisah antar obat jadi dan bahan baku
8
Ruang terpisah untuk setiap proses produksi
9 Ruang terpisah untuk produksi obat luar dan obat dalam
10 Permukaan lantai, dinding, langit-langut, dan pintu harus
kedap air, tidak terdapat sambungan, tidak menggunakan media pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan dan tahan
terhadap pembersihdesinfektan
11
Daerah pengemasan dan oengolahan hindari bahan dari kayu kecuali dilapisi cat epoxyenamel
12 Ruang steril dan non steril harus diperhatikan ventilasi
189
ruangan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya
1.2 Ruang Aseptic Dispensing
No Syarat
Kesesuaian Ya
Tidak 1
Ruang bersih kelas 10.000
2
Ruang penyimpanan kelas 100.000
3
Ruang antara kelas 100.000
4 Ruang ganti pakaian kelas 100.000
5 Lantai datar dan halus tanpa sambungan, keras, serta resiste
terhadap zat kimia
6 Dinding rata dan halus, keras, serta resiste terhadap zat kimia
7 Sudt-sudut permukaan langit-langit dengan dinding dibuat
melengkung dengan radius 20 – 30 mm
8 Colokan listrik datar dengan permukaan dan kedap air serta
dapat dibersihkan
9 Penerangan, saluran, dan kabel dibuat di atas plafon
10 Rangka pintu terbuat dari stainles stell
11
Aliran udara menuju ruang bersih, ruang peniapa, ruang ganti pakaian, dan ruang antara harus melalui HEPA filter dan
memenuhi syarat kelas 10.000
12 Tekanan udara ruang bersih adalah 15 pascal lebih rendah
dari ruang lainnnya
13 Suhu udara di ruangan bersih dan steril dipelihara pada suhu
16-25 C
14
Kelembaban relatif 45-55