105
Di RS X dalam kegiatan dispensing sediaan steril masih ditemukan petugas yang mencampur oat suntik tidak pada ruangannya. Hal ini bisa berisiko
baik untuk petugas maupun pasien. Selain itu, RS X memang belum melakuakn kegiatan dispensing sediaan steril lain karena tak ada pasien dengan obat
kebutuhan khusus seperti kanker. Ruang dispensing RS X sudah tersedia dan dilengkap dengan LAF kelas 100 yang memenuhi standar dan pengecekan setiap
tahunnya.
5.3 Gambaran Pencapaian Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit X
Dari 11 kegiatan pelayanan farmasi klinik, RS X hanya melaksanakan 7 kegiatan saja. Pelayanan farmasi klinik di RS X yang dilaksanakan terdiri dari
pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat, pemantauan terapi obat, monitoring
efek samping obat, dan dispensing sediaan steril. Sedangkan yang belum dilakukan adalah, konseling, visite, evaluasi penggunaan obat, dan pemantauan
kadar obat dalam darah. Di sisi lain, berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara, pelaporan
kesalahan kejadian obat dari tahun 2015 ke 2016 mengalami penurunan. Namun, pada 2016 laporan yang masuk hanya sampai dengan bulan September sedangkan
Oktober, November, dan Desember tidak ada laporan yang masuk.
106
Berdasarkan hasil wawancara dengan lima informasn semuanya menyatakan potensi kesalahan kejadian obat masih terjadi, namun pasti langsung
ditangani. Hal ini biasanya karena kesalahan saat entry atau membaca resep. “Biasanya resep ada saja yang tidak jelas, kalau begitu kita langsung
konfirmasi ke dokternya, ” RN 1
“Ada aja, sulit dihindati tapi kita langsung perbaiki kok,” MA “Ada saja kalau resep yang tidak jelas atau tidak lengkap sih, itu
kadang yang bikin salah- salah,” RN 2
―Kadang kalau begitu kita ketahui salah langsung entry ulang dan diperbaiki, jadi tidak ke pasien salahnya,
‖ RJ 2 ―Memang masih ada kesalahan di lapangan, kami sedang terus
mencari akar masalahnya, ‖ PS
Pelaporan kesalahan obat masih terjadi di RS X. Meski begitu RS X telah melakukan analisis dan investigasi untuk menurunkan angka kejadian kesalahan
obat yang terjadi. Karena di rumah sakit memang sulit untuk mendapat angka kejadian kesalahan obat yang nihil.
107
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada saat penelitian ini dilakukan ditemukan keterbatasan peneliti dalam melakukan penggalian informasi dan pencarian data. Di antaranya:
1. Peneliti tidak bisa melakukan observasi atau telaah dokumen rekam medis sehingga tidak dapat mengamati variabel penelusuran riwayat
obat. 2. Keterbatasan waktu informan dalam memberikan informasi karena
waktu pekerjaan informan yang padat terutama pada apoteker dan asisten apoteker di rawat jalan.
6.2 Analisis Input Pelayanan Farmasi Klinik
Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu dengan meningkatkan mutu dan kuantittas sumber daya, tenaga, biaya,
peralatan, perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi atau dengan kata lain meningatkan input atau struktur serta
memperbaiki metode atau penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini memperbaiki proses pelayanan organisasi kesehatan
Wijono dan Wijaya, 2012. Input yang ada di RS X memang masih kurang terutama dalam
penerapan teknologi. Peresepan masih manual dan belum terkomputerisasi. Sistem komputer baru ada pada billing harga dan cek persediaan serta