34
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD;
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat; dan c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
2.1.8 Monitoring Efek Samping Obat MESO
Monitoring Efek Samping Obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi. Monitoring efek samping obat yang benar adalah dicatat pada lembar
MESO yang kemudian akan ditandatangani oleh dokter, kemudian akan dikirimkan secara ke pusat MESO Indonesia, yaitu Badan Pengawas Obat dan
Makanan BPOM di Jakarta Purwantiastuti, 2015. Pengawalan dan pemantauan aspek keamanan obat pascapemasaran
dilakukan untuk mengetahui efektifitas efectiveness dan keamanan penggunaan obat pada kondisi kehidupan nyata atau praktik klinik yang sebenarnya. Banyak
bukti menunjukkan bahwa sebenarnya Efek Samping Obat ESO dapat dicegah, dengan pengetahuan yang bertambah, yang diperoleh dari kegiatan pemantauan
aspek keamanan obat pasca pemasaran atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Farmakovigilans. Sehingga, kegiatan ini menjadi salah satu komponen
35
penting dalam sistem regulasi obat, praktik klinik dan kesehatan masyarakat secara umum.
2.1.9 Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi Penggunaan Obat EPO dalam PMK No. 58 Tahun 2014 merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu:
j. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat; k. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu;
l. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat; dan h. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
2.1.10 Dispensing Sediaan Steril
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi rumah sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya
kesalahan pemberian obat. Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses
pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan ASHP, 1985 dalam Dirjen Bina
Farmasi dan Alat Kesehatan, 2009. Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan
sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan
36
dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas
jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses pengerjaan produk aseptis.. Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk
dari kontaminasi mikroorganisme; sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain kontaminasi juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas,
produk dan lingkungan Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, 2009. Sedangkan menurut PMK No. 58 Tahun 2014 dispensing sediaan steril
harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat
berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan steril dalam PMK No.58 Tahun 2014 bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan;
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk; c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
2.1.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD